Menuju konten utama

Majunya Sandi Sebagai Cawapres Jadi Ajang Spekulasi di Pasar Saham

Direktur Utama BEI Inarno Djayadi mengklaim tidak melihat adanya pengaruh dari sosok capres-cawapres tertentu terhadap pergerakan indeks saham di pasar modal.

Majunya Sandi Sebagai Cawapres Jadi Ajang Spekulasi di Pasar Saham
Seorang pria mengamati layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/8)antarafoto-ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto.

tirto.id - Kandidat capres-cawapres yang bakal bertarung di Pilpres 2019 telah mendaftar ke KPU RI, pada Jumat (10/8/2018). Joko Widodo (Jokowi) yang diusung sembilan parpol berpasangan dengan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin. Sementara itu, Prabowo Subianto menggandeng Sandiaga Uno, pengusaha muda yang sebelumnya menjadi wakil gubernur DKI Jakarta.

Munculnya nama-nama calon yang akan berkontestasi di Pilpres ini tak jarang menimbulkan sentimen di pasar modal. Saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, misalnya, sempat melonjak saat nama Sandiaga mendadak muncul dalam bursa kandidat Pilpres 2019.

Saham perusahaan berkode emiten SRTG itu sempat terkerek hingga menyentuh 120 poin atau 3,26 persen di level Rp3.800 pada Kamis (9/8/2018) pukul 14.30 WIB. Saham SRTG sempat menguat hingga level Rp3.890, meskipun pada saat penutupan berakhir di kisaran Rp3.710. Pada laporan tahunan SRTG, hingga per 31 Desember 2017 Sandiaga adalah pemilik 27,797 persen saham.

Nilai saham SRTG yang menguat ini rupanya terus berlanjut hingga Jumat (10/8/2018). Pada pembukaan perdagangan pagi tadi, saham SRTG berada di level Rp3.800. Sampai dengan penutupan perdagangan sesi satu, saham SRTG masih berada di level Rp3.800 dengan mengalami kenaikan 90 poin atau 2,43 persen.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djayadi mengklaim tidak melihat adanya pengaruh dari sosok tertentu terhadap pergerakan indeks di pasar modal. Ia menyebutkan bahwa kondisi pasar modal saat pemilu pada 2004, 2009, dan 2014 sekalipun selalu terjaga serta tidak memberikan dampak yang signifikan.

“Saya rasa masyarakat sudah mengerti, mana yang memengaruhi indeks, mana yang tidak. Saya enggak ngomong [tren] naik, tapi maksud saya bukan karena ada kegiatan [pemilu], terus anjlok. Yang ditakutkan kan itu,” kata Inarno di Gedung BEI, Jakarta, pada Jumat (10/8/2018).

Senada dengan Inarno, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini bila mengacu pada tiga pemilu sebelumnya, pasar modal tidak pernah mengalami kejadian yang berdampak pada situasi tertentu. OJK pun berharap stabilitas politik pada Pilpres 2019 terjaga sehingga tidak menimbulkan gejolak pada kondisi pasar.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso tidak menjawab secara gamblang seberapa besar pengaruh dari sosok capres maupun cawapres terhadap pasar modal ini. Ia hanya mengatakan bahwa siapapun sosok yang muncul, tentu harus didorong agar bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Siapapun calonnya akan kami harapkan mendukung pertumbuhan ekonomi, itu pasti. Justru dengan adanya capres dan cawapres itu, kami harus proaktif menyampaikan harapan-harapan kami,” kata Wimboh.

Namun, pernyataan Inarno dan Wimboh ini berkebalikan dengan Kepala Riset Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan. Menurutnya, faktor profil capres maupun cawapres tentu bisa berpengaruh terhadap keputusan para pelaku pasar. Alasannya, jabatan presiden atau wakil presiden berkaitan erat dengan pengambilan keputusan terkait hajat hidup orang banyak, termasuk dalam hal perekonomian dan bisnis para emiten di bursa saham.

Alfred menilai lonjakan nilai saham yang sempat terjadi pada SRTG hanya bersifat sesaat di mana para spekulator masuk. Ia membenarkan bahwa pergerakan dari sisi harga saham SRTG kemarin mencapai 4-5 persen. Namun, nilai transaksinya yang tercatat di kisaran Rp1-2 miliar dibandingkan kapitalisasi SRTG yang mencapai Rp10 triliun, masih relatif kecil. Saat penutupan perdagangan kemarin sore, SRTG tercatat naik 30 poin atau 0,82 persen.

“Itu karena trader melakukan spekulasi, kemudian melihat respons jelang akhir perdagangan, kembali melepasnya,” ucap Alfred kepada Tirto, Jumat (10/8/2018).

Adanya lonjakan nilai saham SRTG sejauh ini masih sifatnya temporer, Alfred meyakini bahwa sentimen yang lebih berkelanjutan bakal muncul apabila Prabowo-Sandiaga memenangkan kontestasi politik. Pelaku pasar pun akan melihat program kerja yang ditawarkan pasangan calon tersebut sebelum mengambil keputusan di pasar modal.

Alfred juga tidak menampik potensi munculnya sentimen positif terhadap saham syariah akibat pencalonan Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi. Alasannya, selain dikenal sebagai pentolan MUI dan PBNU, Ma’ruf Amin merupakan tokoh ekonomi syariah yang juga merupakan Ketua Dewan Pengawas Syariah PT Bank Muamalat Tbk.

“Kalau pasar mengaitkan potensi syariah karena Ma’ruf merupakan tokoh ekonomi syariah, cukup wajar. Namun saya melihatnya pasar tidak akan bereaksi cukup cepat,” kata Alfred.

Selain karena faktor emiten syariah yang masih sedikit jumlahnya, antusiasme masyarakat terhadap perekonomian syariah masih perlu ditingkatkan. Menurut Alfred, sosok Ma’ruf akan lebih mengarah pada optimalisasi mengingat pemerintah selama ini sudah mendorong perekonomian syariah dengan mengeluarkan kebijakan maupun instrumen yang mendukung.

“Bisa terealisasi secara signifikan karena Ma’ruf yang memiliki warna syariah lebih kuat. Tapi pelaku pasar akan realistis, melihat dulu potensi pertumbuhan syariah, programnya akan seperti apa,” kata Alfred.

Infografik CI Pergerakan Saham

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Abdul Aziz