tirto.id - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3, Mahfud MD, menyangkal bahwa pembuatan film Dirty Vote berkaitan dengan dirinya, kendati ia mengenal dekat tiga akademisi yang tampil di dalamnya.
“Itu [film Dirty Vote] enggak ada hubungannya dengan saya. Malah sejak Pemilu tuh saya enggak pernah ketemu Feri Amsari,” katanya ketika menggelar doa bersama kerabat jelang Pemilu 2024 di kediamannya di Sambilegi Lor, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta pada Selasa (13//2/2024).
Feri Amsari, salah satu pakar hukum tata negara yang tampil di film Dirty Vote garapan Dandhy Laksono. Selain Feri, dua pakar hukum tata negara lain, Bivitri Susanti dan Zainal Arifin Mochtar, juga turut tampil dalam film tersebut.
Menurut Mahfud, kedekatannya dengan tiga pakar hukum tata negara tersebut tidak relevan untuk menghubungkan dirinya dengan produksi film yang menjelaskan dugaan kecurangan Pemilu 2024 tersebut.
“Saya punya tim reformasi hukum itu 60 orang lebih, itu ada yang ke Anies, ada yang ke Prabowo juga, jadi enggak ada hubungannya dengan saya,” katanya, menggambarkan hubungannya dengan para akademisi hukum lainnya.
Cawapres yang mendampingi Ganjar Pranowo tersebut juga mengaku tak mengetahui apakah ketiganya memberikan dukungan kepadanya di Pilpres 2024.
“Kan ada yang bilang, wah, itu timnya Pak Mahfud, enggak ada [hubungannya],” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Mahfud MD juga menyatakan bahwa film Dirty Vote yang dirilis pada 11 Februari lalu merupakan pandangan kritis terhadap pelaksanaan pemilu di Indonesia.
“Menurut saya itu pandangan kritis dari orang-orang idealis,” ujarnya.
Secara terpisah, budayawan Butet Kertaradjasa yang turut hadir di kediaman Mahfud, memberikan apresiasi kepada film Dirty Vote.
“Itu film yang sangat edukatif, film yang sangat bagus. Bukan pada aspek sinemanya, tapi kontennya,” katanya pada Selasa (13/2/2024).
Menurut Butet, publik memang memerlukan informasi seperti yang dijelaskan dalam film tersebut pada masa Pemilu ini.
“Publik memang membutuhkan satu informasi yang data akademiknya sangat kuat, yang bukan fitnah, tapi semua berdasarkan data dan jejak-jejak digital yang akurasinya dapat dipertanggungjawabkan,” katanya.
Serupa dengan yang disampaikan Butet, bagi Mahfud, film tersebut telah memberikan bukti sehingga bukan fitnah berisi hoaks.
“Isinya itu kan tidak ada yang baru. Itu kan fakta-fakta yang dijahit dengan sangat baik, artistik dari sudut sinematografis,” tutur Mahfud. “Satu persatu [kasus dalam film] itu ada data beritanya, ada fakta kejadiannya.”
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Maya Saputri