tirto.id - Meskipun wacana mengenai full day school sudah ditarik kembali oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, pembahasannya masih terus berlanjut. Yang terbaru, Lembaga kebudayaan dan Kemanusiaan Maarif Institute menyatakan wacana perlu didukung dan disikapi secara positif oleh masyarakat.
"Tidak perlu ditanggapi dengan berlebihan. Kegaduhan atas wacana sekolah sehari penuh harus menjadi pintu masuk partisipasi banyak pihak atas perbaikan mutu pendidikan di Indonesia," kata Direktur Program Maarif Institute Abdullah Darraz dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat (12/8/2016), demikian seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Menurut Darraz, sistem full day school atau sekolah sehari penuh bukanlah hal yang baru di Indonesia. Beberapa sekolah seperti sekolah terpadu, sekolah internasional, dan pondok pesantren sudah menerapkan sistem itu.
Darraz menambahkan, jika wacana sekolah sehari penuh perlu didukung oleh masyarakat demi mengoptimalkan program tersebut untuk memperkaya aktivitas siswa didik dalam rangka penguatan karakter terutama dalam bentuk kontra radikalisme dan meredam kenakalan remaja.
"Program ini bisa menjadi semacam penguat sistem imun [pertahanan diri] internal institusi sekolah dari berbagai penyimpangan pelajar seperti tawuran, narkoba, dan radikalisme keagamaan," katanya.
Maarif institute mendorong program sekolah sehari penuh untuk menjadi lebih diterima agar kebijakan tersebut tidak dipahami secara sebagian dengan anggapan siswa selama seharian ada di dalam kelas.
"Aktivitas di luar ruang namun masih dalam lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu bagian dari sekolah sehari penuh," ucap Darraz.
Dia juga menegaskan, yang paling penting untuk dilakukan dalam sistem full day school tersebut adalah mendorong peran kreatif-inovatif sekolah dalam menciptakan berbagai aktivitas di setiap sekolah tanpa harus ada penyeragaman dan campur tangan kementerian.
"Intinya sekolah harus mampu menciptakan kegiatan di lingkungan sekolah yang dapat mendorong aktivitas-aktivitas positif di bawah pengawasan sekolah," ujar Darraz.
Sistem full day school memang menimbulkan pro kontra sebab belum jelas konsep seperti apa yang akan diusung oleh Muhadjir apabila sistem tersebut diterapkan.
Seperti yang pernah ditulis oleh tirto.id sebelumnya, dalam sebuah penelitian yang dirilis di The International Journal of Social Pedagogy disebutkan bahwa sistem full day school memiliki beberapa masalah. Salah satunya adalah jadwal aktivitas murid menjadi terlalu padat yang membuat mereka mudah lelah, dan meningkatkan potensi stres mereka.
Pada guru sendiri, sistem ini disinyalir memiliki pengaruh pada performa serta kualitas mengajar dari guru.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara