tirto.id - Yeremia Tatang, dokter yang menangani David Ozora mengatakan korban penganiayaan oleh Mario Dandy itu tiba di Rumah Sakit Mayapada pada Rabu, 22 Februari 2023 malam sudah dalam keadaan koma. Tatang mengatakan berdasarkan pengukuran "glasgow coma scale" (GCS) menunjukkan angka 3.
"Angka tersebut menunjukkan bahwa respons tubuh David dalam keadaan terendah," kata Tatang dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Kamis (20/7/2023) dilansir dari Antara.
GCS untuk mengukur tiga aspek, yakni kemampuan membuka mata, kemampuan bicara dan gerakan tubuh.
"Dari ketiga aspek itu, David masing-masing mendapat poin 1. Sehingga jumlah GCS keseluruhan 3," katanya.
Tatang juga menyampaikan pihaknya sudah memberikan rangsangan kepada David saat berada di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Namun, tidak membuahkan hasil apapun.
"Kita sudah rangsang dengan sangat hebat sekali, tidak ada respon," kata Tatang.
Dia menjelaskan, nilai GCS yang tertinggi atau GCS normal adalah 15, yaitu E4V5M6. Sedangkan yang terendah adalah 3, yaitu E1V1M1.
Beberapa kondisi yang membuat seseorang menurun tingkat kesadarannya, seperti stroke, stroke ringan, cidera kepala, pendarahan otak dan lain-lain.
Tatang juga menjelaskan David Ozora mengalami luka di saraf otak yang bersifat permanen.
"Setelah di MRI (Magnetic Resonance Imaging) beberapa minggu, ada bercak putih, tepatnya di jembatan otak (corpus callosum) yang menghubungkan otak kiri dan kanan yang bersifat permanen," katanya.
Tatang juga menjelaskan bercak putih tersebut memang relatif mengecil tapi tidak akan menghilang dan akan membekas selamanya.
"Respon setiap orang dalam pemulihan kesehatan memang berbeda-beda. Saya belum bisa memastikan tingkat maksimal kesembuhan David," katanya.
Hanya saja, luka di saraf itu akan tetap menyisakan bekas sehingga tidak bisa pulih 100 persen.
Dari hasil pemeriksaan terakhir, kata Tatang, fisik David memang sudah bisa berjalan. Hanya saja baru beberapa langkah akan oleng ke kiri. Selain itu, dari aspek emosi dan bahasa juga belum pulih.