tirto.id - Pemerintah mengklaim pengembangan baterai litium bagi kendaraan bermotor listrik di Morowali akan melibatkan lebih dari satu negara. Beberapa diantaranya memiliki peran sebagai investor dalam infrastuktur penunjang.
"Dengerin ya, kita tidak pernah tergantung pada 1 negara pun. Mau Cina, Jepang, atau yang lain kita enggak mau," ucap Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman di Gedung Nusantara III, DPR RI pada Kamis (29/11/2018).
Menurut Luhut, pengembangan tersebut nantinya akan melibatkan negara asing seperti Jepang, Korea, dan Cina.
Sebagian dari negara-negara itu memiliki posisi sebagai investor dalam pengembangan baterai kendaraan bermotor listrik di Indonesia terutama bagi teknologi smelter nikel sebagai bahan baku baterai litium.
Detailnya, sejauh ini terdiri dari 36 persen oleh GEM (sebuah perusahaan daur ulang baterai), 21 persen oleh Tsingshin Group (sebuah perusahaan yang terlibat dalam investasi asing di berbagai bidang), 25 persen oleh CATL (perusahaan baterai listrik terbesar di Cina), dan 8 persen oleh Hanwa (perusahaan dagang asal Jepang yang bergerak di banyak lini bisnis).
Dari keseluruhan porsi investasi itu 10 persen sisanya akan dimiliki oleh Indonesia melalui Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Selain itu, Luhut menegaskan bahwa pelibatan sejumlah negara itu juga membuktikan dirinya tidak memiliki hubungan khusus dengan suatu negara asing. Ia berkilah bahwa ia bergerak atas semangat kebangsaan.
"Jadi enggak ada urusan mesra-mesraan (dengan satu negara asing). Saya mesra dengan nationality drive," ucap Luhut.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Yandri Daniel Damaledo