Menuju konten utama

Sepeda Motor Listrik Hasil Riset ITS Diproduksi Massal Akhir 2018

Menteri Nasir mengatakan sepeda motor listrik buatan Indonesia merek Gesits akan segera diproduksi massal. Tapi, dia mengingatkan Indonesia masih perlu mengembangkan teknologi pengisian baterai.

Sepeda Motor Listrik Hasil Riset ITS Diproduksi Massal Akhir 2018
Menteri ESDM Ignasius Jonan mencoba motor listrik Gesits (Garasindo Electric Scooter ITS) di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (19/10/2017). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.

tirto.id - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir menyatakan sepeda motor skuter listrik merek "Gesits" akan diproduksi massal pada akhir 2018. Teknologi sepeda motor listrik itu merupakan hasil riset ITS Surabaya. Gesits merupakan singkatan dari Garasindo Electric Scooter ITS.

"Insya Allah, akhir 2018 sudah mass production [produksi massal] yang dilakukan di bawah koordinasi PT Wikon [PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi] dan Garansindo. Kalau risetnya, dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)," kata Nasir di Semarang, pada Kamis (29/3/2018) seperti dikutip Antara.

Nasir menyatakan hal itu usai menyampaikan orasi ilmiah di Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Menurut dia, riset yang dilakukan perguruan tinggi sekarang ini memang harus mengarah kepada kebutuhan industri.

"Kami mengoordinasi seluruh kementerian dan lembaga di bawah koordinasi Menristek Dikti untuk membuat rencana induk riset nasional. Lebih pas kalau riset kedepan hilirisasi dan komersialisasi untuk dunia industri," katanya.

Menurut Nasir, sepeda motor listrik sangat dibutuhkan. Hal ini mengingat penggunaan sepeda motor dan mobil konvensional menyedot 35 persen dari total konsumsi energi nasional.

"Semua orang pakai motor dan mobil menggunakan bahan bakar minyak. Kalau bisa dihemat dengan listrik bisa bergeser ke listrik, berarti kita mampu melakukan penghematan energi yang luar biasa," kata dia.

Karena itu, menurut Nasir, pemerintah mendukung riset motor listrik yang dilakukan ITS Surabaya produksi massalnya pada akhir 2018.

Tak hanya motor listrik, Nasir menambahkan, mobil listrik nasional (molina) juga sudah disiapkan untuk mengurangi beban energi, termasuk penyiapan suplai listrik yang mencukupi.

"Problemnya, siapa yang menyediakan listrik? Kami sudah panggil PLN, panggil Pertamina. Bagaimana penyediaan energi listriknya supaya nanti charging [pengisian listrik] bisa di mana-mana dilakukan dengan mudah," kata Nasir.

Dia mengakui proses pengisian ulang baterai motor dan mobil listrik tersebut masih membutuhkan waktu lama, yakni sekitar 3-4 jam per kendaraan. Padahal, teknologi di luar negeri sudah bisa mempersingkat proses pengisian daya listrik motor dan mobil listrik hanya 5-7 menit.

"Peneliti saya tantang, ke depan bagaimana. Recharge [pengisian ulang baterai] kalau di negara lain cukup 5-7 menit per kendaraan, sangat cepat sekali. Apa yang harus dilakukan, kolaborasi dengan perguruan tinggi luar negeri," kata Nasir.

Baca juga artikel terkait SEPEDA MOTOR LISTRIK

tirto.id - Bisnis
Sumber: antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom