tirto.id - Sejak lama, drama percintaan dari Negeri Ginseng kerap mengusung romansa ala Cinderella: laki-laki kaya raya, dominan, dan berkuasa bertemu dengan perempuan pekerja keras dari kelas sosial ekonomi bawah yang posisinya rentan.
Pola cerita dengan trope rich man poor woman secara konsisten dapat kita temui selama satu dekade ke belakang—sebut di antaranya dalam Boys Over Flowers (2009), Secret Garden (2010), The Heirs (2013), hingga Business Proposal (2022).
Serial baru dari SBS TV, Love Scout (2025), boleh menjadi angin segar untuk lanskap K-drama romantis dengan usahanya membalikkan stereotip tersebut.
Melalui perjalanan romantis seorang pemimpin perempuan dengan karyawan duda beranak satu, Love Scout berupaya mengungkap dinamika sosial dan gender di masyarakat yang masih lekat pada budaya patriarki dan menjunjung tinggi ekspektasi tertentu terhadap perempuan dan laki-laki.
Gender Role Reversal
dalam Love Scout
Tokoh utama Love Scout, Kang Ji Yun (diperankan oleh Han Ji Min), adalah CEO ambisius dari perusahaan headhunting ternama, Peoplez.
Ji Yun digambarkan sebagai sosok pekerja keras yang tidak ragu mengambil keputusan tegas, termasuk memecat bawahannya tanpa basa-basi.
Sementara itu, Yu Eun Ho (diperankan oleh Lee Jun Hyuk) adalah karyawan laki-laki yang bekerja di departemen HR sebelum akhirnya menjadi sekretaris pribadi Ji Yun.
Kontras ini membalikkan dinamika gender yang lazim di dunia profesional.
Di berbagai representasi media, laki-laki kerap memegang posisi tertinggi dalam hierarki perusahaan, sementara perempuan menjadi tokoh pendukung sebagai sekretaris atau asisten yang setia.
Ini bisa ditemukan misalnya di serial Successful Story of a Bright Girl (2002), What's Wrong with Secretary Kim (2018) atau The Secret Life of My Secretary (2019).
Narasi bos perempuan dan sekretaris laki-laki dalam film memang bukan formula baru.
Sandra Bullock dan Ryan Reynolds pernah mencontohkannya di film The Proposal (2009). Meski begitu, relasi yang digambarkan terbatas dalam ruang semesta mereka berdua.
Di dalam Love Scout, narasi tentang relasi bos perempuan dan asisten laki-laki cukup efektif dikerahkan untuk mengungkap—bahkan membalikkan—peran gender.
Eksplorasi tema pengasuhan ayah, peran domestik laki-laki di rumah tangga, dan diskriminasi gender di dunia kerja, menjadikan serial ini lebih reflektif terhadap perubahan sosial di masyarakat Korea modern.
Representasi Ayah Tunggal dalam Drama Korea
Salah satu kekuatan utama Love Scout adalah penggambaran tentang perjuangan seorang ayah tunggal.
Eun Ho bukan sekadar laki-laki yang terampil mengasuh anaknya, melainkan benar-benar hadir dalam kehidupan si anak sembari menghadapi tantangan dan stigma sosial yang melekat pada peran ayah tunggal.
Di dalam sejumlah drama dan film Korea, ayah tunggal dilukiskan sebagai sosok yang kesulitan mengurus anak.
Mereka biasanya membutuhkan bantuan perempuan atau menjadi figur yang cenderung pasif dalam pengasuhan. Misalnya di film Scandal Makers (2008) dan Miracle in Cell No. 7 (2013) atau di serial drama Father, I’ll Take Care of You (2016).
Love Scout menampilkan Eun Ho sebagai ayah yang penuh kasih sayang dan mampu menjalani peran sebagai pengasuh utama dengan baik.
Selain mengerjakan tugas-tugas domestik di rumah, Eun Ho juga jago memasak, mengantar anak ke sekolah, dan memahami kebutuhan emosional anaknya tanpa mengandalkan figur ibu.
Karakter Eun Ho menekankan bahwa pengasuhan anak bukanlah beban yang hanya ditanggung perempuan, melainkan tanggung jawab bersama yang bisa dijalani siapa saja, terlepas dari gender.
Ketika Eun Ho menghadapi diskriminasi di tempat kerja karena keputusannya mengambil cuti, kita dapat merasakan betapa pahitnya realitas tentang pandangan sosial yang masih menganggap remeh peran laki-laki dalam keluarga.
Ketetapan hati Eun Ho untuk teguh pada pilihannya mengambil cuti semakin menegaskan keseriusan Love Scout untuk menantang norma tradisional dan memperkenalkan peran gender yang lebih fleksibel dan dinamis.
Alih-alih sekadar eksperimen naratif, pembalikan gender role dalam Love Scout dapat kita apresiasi sebagai refleksi dari perubahan sosial yang semakin mengakui keberagaman dan inklusivitas peran gender.
Karakter Perempuan Kuat di Drama Korea
Karakter CEO Ji Yun hadir sebagai protagonis yang memiliki sikap mandiri, tegas, berani menghadapi tantangan, dan tidak ragu untuk melindungi dirinya sendiri atau orang lain.
Karakternya semakin ditonjolkan di salah satu adegan pesta bersama bapak investor perusahaannya.
Di situlah Ji Yun digambarkan sebagai sosok yang tidak takut menghadapi konflik atau berbicara dengan otoritas, bahkan di lingkungan yang didominasi laki-laki.
Meskipun karakternya kuat, Ji Yun tetap memiliki sisi emosional, rasa peka dan kepedulian, serta kasih sayang ke sahabat, karyawan, dan Byeol–anak sekretaris laki-lakinya.
Karakter kuat dan penuh empati Ji Yun ini mengamini penjelasan Jack Halberstam dalam buku Female Masculinity (1998) yang membahas bagaimana perempuan tetap bisa menampilkan karakteristik maskulin tanpa kehilangan identitas femininnya.
Halberstam menekankan bahwa maskulinitas tidak hanya milik laki-laki, akan tetapi juga bisa menjadi bagian dari identitas perempuan tanpa meredupkan aspek-aspek feminin di dalam diri.
Dinamika ini membuat karakter Ji Yun terlihat lebih realistis dibandingkan karakter perempuan dalam drama-drama yang cenderung menonjolkan kekuatan tanpa memberi kedalaman emosional pada tokoh, misalnya Permaisuri Cho (diperankan Kim Hye Jun) di drama Kingdom (2019) atau Go Hae Ri (diperankan Bae Suzy), agen NIS tangguh di drama Vagabond (2019).
Ji Yun bukan sekadar "perempuan kuat" dalam artian klise. Karakternya begitu kompleks. Aktivitasnya sehari-hari pun mungkin akan relatable bagi sebagian penonton perempuan.
Meski banyak menghadirkan pembaruan dalam narasi gender, Love Scout memiliki beberapa aspek untuk dikritisi.
Salah satunya adalah bagaimana drama ini tetap mempertahankan elemen-elemen klise K-drama, seperti konflik keluarga yang terlalu dramatis dan terasa artifisial.
Selain itu, meskipun drama ini berhasil menampilkan perempuan sebagai pemimpin dan laki-laki sebagai pengasuh, masih ditemukan beberapa momen ketika Eun Ho ditampilkan sebagai ayah dan laki-laki yang terlampau sempurna.
Karakter Eun Ho, pada tahap tertentu, terkesan kurang realistis dan manusiawi untuk sepenuhnya terhubung dengan penonton.
Tanpa perlu bersusah payah menjadi propaganda feminisme yang eksplisit, serial ini mengajak kita untuk berpikir ulang tentang ekspektasi gender yang selama ini diterima sebagai norma.
Karakter-karakter tokoh yang kuat, narasi yang menyentuh, dan pesan sosial yang relevan menjadikan Love Scout sebagai hiburan menyegarkan bagi kalian yang ingin menyaksikan perubahan representasi gender di media populer.
Editor: Sekar Kinasih