Menuju konten utama
Misbar

The World of the Married: Yang Menarik dari Jamaknya Perselingkuhan

Apa lagi yang ditawarkan The World of the Married atas tema perselingkuhan dalam pernikahan yang terus direpetisi ini?

The World of the Married: Yang Menarik dari Jamaknya Perselingkuhan
The World of the Married. instragram/jtbcdrama

tirto.id - Drama The World of the Married dibangun setidaknya oleh tiga tema utama: relasi, perselingkuhan, dan keterpisahan. Ketiganya jamak hadir di masyarakat dan diulang di banyak cerita, telenovela, hingga di sinetron-sinetron kita.

Pertanyaan selanjutnya: pengetahuan apa lagi yang ditawarkan sutradara Wo Man-il dan penulis Joo-hyun dalam drama Korea The World of the Married atas tema yang terus berulang ini?

The World of the Married menceritakan konflik antara dokter Ji Sun-woo (diperankan oleh Kim Hee-ae) dengan suaminya, sutradara Lee Tae-oh (diperankan Park Hae-joon). Pernikahan dan keluarga mereka bubar gara-gara hubungan gelap suaminya dengan Yeo Da-kyung (Han So-hee), seorang perempuan muda dari keluarga kaya dan berpengaruh di kota Gosan.

The World of the Married mendedah relasi tiga tokoh utama tersebut beserta hal-hal yang terjadi usai perceraian, kisah menjadi orangtua tunggal, perkara menjadi anak dari ibu-ayah yang bercerai, hingga eksistensi pihak ketiga yang ‘menang’ setelah menyisihkan istri orang, serta drama-drama yang belum selesai di antara ketiga orang yang berkonflik tersebut.

Perempuan dan Keterpisahan

Episode terakhir The World of the Married mencetak rekor baru untuk peringkat penonton tertinggi yang pernah dicapai oleh drama di jaringan kabel Korea Selatan.

Menurut Nielsen Korea, episode terakhir The World of the Married mencetak peringkat nasional rata-rata 28,37 persen. Pada episode ke-12, drama ini berhasil mengungguli secara drastis drama SKY Castle yang memegang rekor sebelumnya untuk peringkat drama tertinggi dalam sejarah jaringan kabel.

Bukan hanya di Korea Selatan, The World of the Married juga riuh jadi bahan obrolan—bahkan perdebatan—di kalangan penonton drakor hingga akun-akun medsos feminis Indonesia. Hal ini lantaran tokoh Da-kyung yang kehadirannya memantik berbagai diskusi, mulai dari perkara perannya sebagai perempuan simpanan hingga polemik ketidaksetaraan bahasa dalam diksi seksis "pelakor" (perebut laki-laki orang) yang disematkan oleh masyarakat kita.

Tidak hanya Da-kyung, hampir semua tokoh perempuan dalam drama ini menarik—dan bisa jadi bahan diskusi tersendiri. Sineas memberi pilihan kepada penontonnya melalui jukstaposisi karakter perempuan dalam drama ini.

Kita bisa melihat kisah perempuan karier yang bercerai, ibu rumah tangga yang keluarganya di ujung perceraian, perempuan lajang nan ambisius sebagai direktur rumah sakit, hingga perempuan remaja yang terjebak dalam hubungan beracun.

Keragaman latar belakang tokoh-tokoh perempuan ini penting sebagai bagian dari bangunan premis, yang sineas akan pertanyakan kepada penontonnya. Ini termasuk narasi keterpisahan dalam perceraian Ji Sun-woo (seorang dokter dan punya anak) yang kemudian diperbandingkan dengan narasi yang terbentuk dari perceraian Go Ye Rim, seorang ibu rumah tangga yang sepakat dengan suaminya untuk tidak punya anak.

Perbandingan narasi ini muncul berkali-kali, termasuk dalam alasan awal Da Kyung bertahan dalam hubungannya. “Aku tidak ingin anakku terjebak dalam kondisi semenyedihkan anakmu,” katanya.

Perbandingan lain juga tampak saat perdebatan dalam rencana pemilihan direktur rumah sakit. Seol Myung-sook tak terima ketika dipandang sebelah mata oleh kepala RS hanya karena belum berkeluarga. Jukstaposisi yang lain juga ada dalam pendedahan keterpisahan anak dengan salah satu orangtuanya yang hadir dalam kehidupan timpang keluarga Ji Sun-woo, absennya sosok ayah pada Lee Tae-oh, serta perasaan kecewa atas perceraian orangtua Joon-young.

Keragaman alternatif ini dimunculkan untuk memberikan pengalaman penonton untuk mengalami perasaan yang mungkin ditawarkan dari kehilangan-ditinggalkan-meninggalkan.

Tak ada keluarga yang benar-benar utuh dalam The World of the Married. Konflik-konflik padat mengisi drama 16 episode ini hadir bukan sebagai kosmetik semata.

Infografik Misbar A World Of Married Couple

Infografik Misbar A World Of Married Couple. tirto.id/Quita

Dari awal sineas memilih untuk tidak membebani satu karakter perempuannya saja. Kehilangan dilekatkan hampir pada semua tokohnya. Menariknya, sineas tidak terus menerus mengulang premis perempuan sebagai korban—yang ditinggalkan. Yang muncul malah perempuan yang menjadi pemegang kemudi dalam perpisahan yang akhirnya dipilih.

Dari keragaman perspektif tokoh perempuan ini juga kita mendapati perkembangan menarik terkait cara tutur sineas. Kita bisa melihat bagaimana sineas menghormati karakter perempuannya dari keputusan akhir yang di buat oleh tiap perempuan di film ini (spoiler: Ji Sun-woo memilih bercerai, menetap di Gosan dan tidak sudi balik lagi kepada mantan suaminya, Da-kyung yang juga memilih bercerai menjadi orangtua tunggal dan mengejar mimpinya membangun galeri seni, serta Ye-rim yang juga memilih bercerai dan membangun bisnisnya sendiri).

Di antara jamaknya tema perselingkuhan dan kisah picisan soal korban-korban dari institusi bernama pernikahan, tentu kita butuh kebaruan sudut pandang. Kebaruan perspektif tersebut bisa kita perhatikan salah satunya dari bagaimana sineas bersikap pada filmnya. Bagaimana penulis bersuara melalui dialog karakter, atau juga pilihan sinematografer menempatkan kamera ketika menyorot adegan demi adegan.

Di titik ini The World of the Married berhasil membangun tokoh-tokoh perempuannya menjadi sosok yang siap memegang kendali atas keputusan masing-masing.

Terkait ending The World of the Married, Han So-hee juga pernah berkomentar, "Harap perhatikan apa yang telah didapat dan yang hilang dari para karakter setelah badai yang mengamuk ini, serta apa yang tersisa dari para karakter.”

Dalam The World of the Married, perceraian terungkap dan diyakini sebagai sesuatu yang menguatkan. Keterpisahan justru menjadi titik balik dalam merekonstruksi harapan yang lebih besar, keluarga yang lebih lekat, atau impian-impian yang sempat dilupakan.

Kehilangan biasanya diterjemahkan menjadi drama yang penuh haru dan berlarut-larut. The World of the Married mengubahnya menjadi kisah yang membingkai perempuan sebagai pribadi yang berdaya--bukan sebagai korban semata, tapi juga yang selalu pegang kemudi.

Baca juga artikel terkait DRAMA KOREA atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Film
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Windu Jusuf