Menuju konten utama

Loncatan-Loncatan Politik Ahok

Tiga kali Ahok melepaskan posisi politik dan amanah yang sedang diemban. Beberapa partai politik dijadikan kendaraan. Ahok bukan pendatang baru di dunia politik sebelum menjadi DKI 1 ia pernah menjadi anggota DPR , bupati belitung timur dan anggota DPRD belitung timur , ia disebut kutu loncat karena sudah beberapa kali pindah partai diantaranya PIB , Golkar dan gerindra Kelihaian Ahok pindah-pindah partai mendapat kritikan tajam dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon.

Loncatan-Loncatan Politik Ahok
Gerakan Teman Ahok membuka posko dan booth di sejumlah pusat perbelanjaan untuk pengumpulan KTP sebagai bentuk dukungan warga DKI Jakarta kepada Ahok yang mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI 2017 melalui jalur independen. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bukan pendatang baru di dunia politik. Gubernur DKI Jakarta itu pernah menjadi anggota DPR, calon Gubernur Bangka Belitung, Bupati Belitung Timur, dan anggota DPRD Belitung Timur. Menariknya, Ahok menggunakan beberapa partai politik sebagai kendaraan untuk masuk ke berbagai posisi politik penting tadi.

Ahok, Insinyur Geologi Universitas Trisakti Jakarta itu memulai karier politik dengan menjadi Ketua DPC Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) Kabupaten Belitung Timur. Posisi itu membawanya menjadi anggota DPRD Belitung Timur periode 2004-2009.

Setahun menjadi wakil rakyat, Ahok memutuskan meninggalkan kursinya untuk maju sebagai kandidat Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Ahok yang berpasangan dengan Khairul Effendi mendapat dukungan dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) yang dipimpin Eros Djarot. Mereka memenangkan Pilkada.

Setahun lebih menjabat bupati, Ahok rupanya tergiur mencoba peruntungan menjadi Gubernur Bangka Belitung pada Pilkada 2007. Pada 22 Desember 2006, dia resmi menyerahkan jabatan bupati kepada wakilnya, Khairul Effendi. Sayang, peruntungannya sedang tidak bagus.

Namun, bukan Ahok jika tak ulet. Pada tahun 2009, dia mencalonkan diri dan terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014 dari daerah pemilihan Bangka Belitung. Kali ini, ia menggunakan Partai Golkar sebagai kendaraan.

Untuk ketiga kalinya, lagi-lagi Ahok tak menuntaskan amanat yang sedang diemban. Pada tahun 2012, Ahok memutuskan mengikuti Pilkada DKI Jakarta dengan menjadi kandidat wakil gubernur mendampingi Jokowi. Kali ini, kendaraan yang dipakai adalah PDI Perjuangan dan Gerindra.

Demi kepentingan menjadi kandidat wagub, Ahok memilih keluar dari Partai Golkar yang saat itu mendukung pasangan Alex Noerdin dan Nono Sampono. Dia pun masuk ke Partai Gerindra.

“Saya saat ini sudah menjadi anggota Partai Gerindra. Gerindra sangat mau berkorban, tidak ada kadernya yang teruji sebagai kepala daerah, maka diambillah kadernya dari PDI Perjuangan dan saya sebagai wakilnya," kata Ahok saat itu.

Jokowi-Ahok memenangi Pilkada setelah mengalahkan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dalam dua putaran. Mereka pun menjabat untuk periode 2012-2017.

Disebut Kutu Loncat

Jakarta agaknya memberi peruntungan bagus buat Ahok. Gubernur Jokowi yang mengikuti perhelatan Pilpres 2014, ternyata menang dan harus meninggalkan kursi DKI-1. Pada 14 November 2014, Ahok pun resmi menjadi gubernur setelah sebelumnya menjadi Pelaksana Tugas selama Jokowi mengikuti kampanye Pilpres.

Hal yang unik, selama perhelatan Pilpres, sebagai kader Partai Gerindra, Ahok mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Apalagi kabarnya, Prabowo menawarkan posisi menteri dalam negeri jika memenangi Pilpres. Tujuannya, agar Ahok dapat melakukan reformasi anggaran di semua pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Kini, Ahok bersiap untuk kembali memasuki pertarungan Pilkada DKI Jakarta 2017. Ia sudah mendapatkan bantuan dari “Teman Ahok” untuk maju secara independen. Namun, Ahok juga sudah mendapatkan dukungan dari Partai Nasdem.

Kelihaian Ahok pindah-pindah partai mendapat kritikan tajam dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon. Ia menuding Ahok sebagai kutu loncat karena hanya mencari keuntungan di partai politik. Ahok dinilai tidak mementingkan ideologi partai politik.

Ahok santai saja menerima tudingan seperti itu. "Kalau kutu loncat, tidak ada dong yang mau nampung. Gitu loh," katanya ringan.

Pilkada DKI Jakarta 2017 akan menjadi pembuktian Ahok, apakah loncatannya semakin mantap atau membuatnya terpeleset.

Baca juga artikel terkait PILKADA DKI JAKARTA atau tulisan lainnya dari Kukuh Bhimo Nugroho

tirto.id - Politik
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Kukuh Bhimo Nugroho
Editor: Mahbub Junaidi