tirto.id - Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo menilai, alasan warga Madura, Jawa Timur menolak ajakan people power dari Politikus Partai Amanat Nasional Amien Rais karena dirinya bukanlah tokoh Nahdatul Ulama (NU).
Meskipun Madura merupakan salah satu daerah yang banyak mendukung capres-cawapres 02 Prabowo-Sandi, tapi kata Wasisto, mayoritas masyarakat Madura merupakan kelompok NU.
Kemudian, Amien Rais yang mengajak masyarakat Madura untuk melakukan people power bukanlah tokoh NU, sehingga mereka tidak ingin mengikuti instruksi Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Hal tersebut menanggapi Sejumlah Tokoh agama di Kabupaten Sumenep Madura yang meminta agar seluruh lapisan masyarakat tidak terpancing atau ikut dalam gerakan people power yang digagas oleh Amien Rais.
"Karena NU menolak tegas ajakan itu. Terlebih Amien Rais juga bukan tokoh NU," kata Wasisto kepada Tirto, Selasa (14/5/2019).
Kemudian, kata Wasisto, masyarakat Madura masih banyak yang patronase terhadap sosok Kiai. Apalagi, menurutnya, kultur patronase Kiai sangat mengakar di Madura.
Kemudian juga, yang menginstruksikan untuk tidak melakukan people power adalah mayoritas dari tokoh ulama. Sehingga warga Madura memilih tidak ingin menerima ajakan Mantan Ketua MPR itu untuk melakukan people power.
"Patronase di sini adalah ulama memegang kuasa simbol dan teologis di mana setiap tindakan dan perkataan menjadi sesuatu yang segera dituruti," ucapnya.
Selain itu, lanjutnya, masyarakat Madura tidak ingin mengulang trauma karena kerusuhan politik. Karena, kata Wasisto, Madura memiliki sejarah konflik berdarah setelah tahun 1998, di mana banyak etnis Madura menjadi korban akibat konflik etnis di Kalimantan Barat dan Tengah.
"Tentunya dari situ mereka belajar dari sejarah agar jangan termudah terpancing provokasi yang merugikan diri mereka sendiri. Terlebih ulama juga tidak menyetujui ajakan itu," tukasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno