Menuju konten utama

Lifting Migas Stagnan, Jokowi Diminta Cermat Pilih Menteri ESDM

Tantangan sektor migas makin berat karena produksi terus menurun. Jokowi diminta hati-hati tentukan Menteri ESDM.

Lifting Migas Stagnan, Jokowi Diminta Cermat Pilih Menteri ESDM
Pekerja melintas depan kapal Floating Production Unit (FPU) Jangkrik sebelum upacara penamaan di Saipem Karimun Yard, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, Selasa (21/3). Kapal FPU Jangkrik merupakan fasilitas migas berbentuk kapal dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hariÊ(mmscfd) yang akan beroperasi di Blok Muara Bakau di cekungan Kutai, lepas pantai Selat Makassar, sekitar 70 km dari garis pantai Kalimantan Timur dan akan segera berproduksi pada pertengahan tahun 2017. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/pd/17

tirto.id - Direktur Riset Istitute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya menyebut tantangan Jokowi di sektor energi dalam lima tahun mendatang cukup besar.

Sebab, lifting migas RI cenderung stagnan dan tak sebanding dengan kebutuhan konsumsi dalam negeri. Ia mencatat, rata-rata produksi minyak bumi Indonesia hanya berkisar antara 700.000-800.000 barel/hari. Sementara konsumsi yang mencapai 1,5 juta barel/hari yang disuplai dari impor.

Hal tersebut jadi biang kerok defisit perdagangan RI dan dapat membuat stabilitas makro terganggu.

"Lifting migas turun 30 persen. Ketika defisit [neraca perdagangan migas] rupiah melemah secara signifikan," ujarnya dalam diskusi di Ballroom Hotel Dharmawangsa, Senin (21/10/2019).

Lantaran itu, kata dia, Jokowi perlu mempertimbangkan dengan matang siapa menteri yang akan ia pilih untuk mengurusi sektor energi. Sebab, sepanjang periode pertama pemerintahannya, posisi Menteri ESDM sudah berkali-kali diganti.

Tentu kata dia, pemasalahan ini berdampak pada kinerja industri migas.

"Yang kita prihatin investasi juga turun yang invest sekarang paling cepat di bawah 10 tahun. Jadi kalau menrun sejak 2014 sampai 2025, 2027, produksi kita akan sulit meningkat. Irak, Libya dan Venezuela, migas kita hanya di atas itu," terangnya.

Apalagi, kata dia visi Jokowi 30 persen manufaktur di periode II akan di dorong untuk menghasilkan peningkatan produk ekspor.

"Jangan sampai demand meningkat supply menurun untuk energi melemahkan rupiah dan makro. Kasihan yang di BI sudah keluarkan kebijakan supaya rupiah enggak jeblok," paparnya.

Baca juga artikel terkait KABINET JOKOWI-MARUF atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana