Menuju konten utama

Kurs Rupiah Melemah dan Tahun Politik Pengaruhi Realisasi Investasi

Meski realisasi investasi meningkat sebesar 3,1 persen namun cenderung melambat sebab dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah.

Kurs Rupiah Melemah dan Tahun Politik Pengaruhi Realisasi Investasi
Thomas Lembong. Antara Foto/Sigid Kurniawan

tirto.id - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS mempengaruhi realisasi investasi yang cenderung tumbuh melambat. Kurs rupiah saat ini sudah melemah hingga level Rp14.600 terhadap dolar AS pada Senin (13/8/2018) dari kisaran Rp14.400 sejak Mei 2018.

Rilis BKPM realisasi investasi pada Triwulan II/2018 mencapai angka sebesar Rp176,3 triliun. Ada peningkatan sebesar 3,1 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 yang sebesar Rp170,9 triliun.

Namun, ada kecenderungan perlambatan realisasi investasi. Jika realisasi Triwulan II/2018 sebesar 3,1 persen dibandingkan dengan Triwulan I/2018 sebesar 11,8 persen secara year on year (yoy) dengan Triwulan I/2017, dan Triwulan II/2017 sebesar 12,7 persen secara yoy dengan Triwulan II/2016.

"Stabilitas rupiah begitu penting untuk sentimen investasi dan kepercayaan pasar," ujar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Trikasih Lembong di Kantor BKPM Jakarta pada Selasa (14/8/2018).

Sehingga, menurut Thomas, perlu mendorong Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan (BI-7 Days Reverse Repo Rate/BI-7DRRR) dan memperketat likuiditas guna menstabilkan rupiah.

"Kecuali kita bisa stabilkan atau yakinkan pasar dan investor bahwa rupiah mencapai stabilitas baru. Kecenderungan investor saat ini wait and see atau menunda realisasi investasi itu kuat sekali," ujarnya.

Di dalam negeri, selain melemahnya kurs rupiah, tahun politik juga memiliki kontribusi terhadap sentimen investor untuk menahan realisasi investasi.

"Sikap wait and see yang akan terjadi pasti juga karena di tahun politik, diamplifikasi oleh gejolak rupiah dan gejolak pasar modal dunia," ujarnya.

Namun, ia masih meyakini bahwa investor sifatnya hanya menunda investasi bukan membatalkan investasi dan sifatnya jangka pendek, hingga dapat terbentuk keseimbangan rupiah baru.

"Saya cukup yakin bahwa ini penundaan dalam semua dialog kami. Tidak ada pembatalan hanya menunda, ini berdampak signifikan di jangka pendek. Itu yang membuat stabilitas rupiah begitu penting, selama investor belum yakin bahwa rupiah belum stabil, mereka akan tunggu terus sampai rupiah sampai pada equilibrium baru," terangnya.

Sementara itu, kata Thomas pelemahan kurs rupiah besar dipengaruhi dari luar negeri, khususnya kebijakan Pemerintah AS. Mulai dari proteksionisme perdagangan dalam negari dari barang-barang luar negeri AS, perang dagang AS-Cina, hingga yang belum lama terjadi adalah konflik politik yang melebar ke ekonomi antara AS-Turki. Hal itu semakin berimbas ke negara berkembang (emerging market).

"Ini dampak dari emerging market currency yang terjadi di Triwulan II yang kemudian sekarang berimbas kepada krisis moneter di Turki, yang sedang berjalan saat ini. Kami prihatin ini bisa membawa dampak bagi prospek investasi di Triwulan III dan IV tahun ini," ujarnya.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Bisnis
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Yantina Debora