tirto.id - Tes Modul Akhir (TMA) menjadi titik krusial dalam seleksi Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kementerian Agama (Kemenag), termasuk bagi guru Raudhatul Athfal (RA) di jenjang pendidikan anak usia dini.
Bagi peserta PPG RA, TMA menguji lebih dari sekadar teori, tetapi juga menuntut kecakapan praktis dalam mengelola pembelajaran anak usia dini.
Instrumen ini menjadi penentu apakah para peserta benar-benar siap terjun ke dunia pendidikan PAUD. dengan membawa kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian sesuai standar.
Tidak hanya soal kemampuan menjawab soal pilihan ganda, tetapi juga menyangkut kemampuan menerjemahkan teori ke dalam praktik nyata di ruang kelas.
Kumpulan Soal Tes Modul Akhir Guru Kelas RA PPG Kemenag
Berikut adalah contoh soal Tes Modul Akhir Guru Kelas RA PPG Kemenag:
1. Mengapa penting bagi anak usia dini untuk memahami konsep jati diri dalam kehidupan sosialnya?
- A. Agar mereka bisa bersaing dengan teman-temannya dalam menunjukkan kelebihan diri.
- B. Agar anak lebih percaya diri dalam membandingkan dirinya dengan orang lain.
- C. Untuk membentuk anak agar lebih patuh terhadap segala bentuk aturan tanpa pertimbangan.
- D. Supaya anak lebih cepat memahami teori psikologi sejak dini.
- E. Karena pemahaman jati diri akan membantu anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
- A. Mengajarkan anak untuk mengikuti perilaku moral hanya ketika ada imbalan.
- B. Mendorong anak untuk memahami keadilan dan kasih sayang sebagai prinsip moral utama.
- C. Membiasakan anak untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tanpa pertimbangan etis.
- D. Memastikan anak menghafal ayat-ayat tentang moralitas tanpa refleksi maknanya.
- E. Mengajarkan anak untuk patuh pada aturan tanpa mempertanyakan alasan di baliknya.
- A. Mengutamakan tes tertulis agar hasilnya lebih objektif.
- B. Menyediakan hasil akhir yang dapat dibandingkan dengan anak lain.
- C. Berorientasi pada perkembangan anak secara individual.
- D. Menggunakan satu metode yang sama untuk semua anak.
- E. Menggunakan sistem peringkat untuk menentukan prestasi.
- A. Menekankan tugas-tugas tertulis sebagai metode utama dalam pembelajaran.
- B. Menghindari penggunaan alat permainan karena dianggap tidak edukatif.
- C, Membatasi kebebasan anak agar lebih fokus pada pembelajaran akademik.
- D. Meminimalisir interaksi sosial agar anak lebih mandiri.
- E. Meningkatkan keterampilan sosial, kreativitas, dan pemecahan masalah melalui interaksi dan permainan.
- A. Agar guru lebih mudah menyampaikan materi tanpa inovasi.
- B. Agar kurikulum PAUD di seluruh Indonesia menjadi seragam.
- C. Agar anak-anak lebih mengenal budaya daerahnya sejak dini.
- D. Agar anak lebih fokus pada teori daripada praktik langsung.
- E. Agar anak lebih cepat memahami konsep akademik secara global.
- A. Associative Play
- B. Parallel Play
- C. Onlooker Play
- D. Cooperative Play
- E. Solitary Play
- A. Mengajarkan anak-anak tentang keberagaman budaya dan agama melalui permainan peran.
- B. Memastikan anak-anak hanya belajar tentang satu agama tertentu.
- C. Menekankan perbedaan dalam praktik keagamaan sebagai sesuatu yang membingungkan.
- D. Menghindari pembelajaran tentang agama di usia dini.
- E. Melarang anak-anak untuk berteman dengan teman yang berbeda agama.
- A. Faktor ekonomi orang tua saja.
- B. Kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan.
- C. Hanya pengalaman di sekolah.
- D. Hanya lingkungan keluarga.
- E. Hanya faktor genetik.
- A. Metode ceramah dari guru agar anak terbiasa mendengar.
- B. Pemberian tugas rumah yang terstruktur.
- C. Pengajaran langsung tanpa keterlibatan anak.
- D. Kegiatan bermain yang menyenangkan dan bermakna.
- E. Latihan tertulis yang diberikan secara rutin.
- A. Dengan menggunakan metode pembelajaran tradisional dengan perangkat digital.
- B. Dengan menyediakan media digital interaktif yang mendukung keterampilan membaca dan menulis.
- C. Dengan mengajarkan anak untuk lebih banyak menonton video edukasi tanpa aktivitas langsung.
- D. Dengan memberikan akses tanpa batas terhadap semua jenis teknologi tanpa pendampingan.
- E. Dengan membatasi penggunaan teknologi agar anak lebih fokus pada buku cetak.
- A. Menekan anak agar lebih giat belajar di rumah.
- B. Mendapatkan laporan nilai akademik secara berkala.
- C. Mengetahui peringkat anak dibanding teman sekelasnya.
- D. Memahami perkembangan anak dan mendukung kebutuhan belajarnya di rumah.
- E. Menentukan apakah anak sudah siap untuk naik kelas,
- A. Mewajibkan semua sekolah menggunakan kurikulum yang sama tanpa penyesuaian.
- B. Mengurangi fleksibilitas kurikulum agar guru tidak kesulitan dalam mengajar.
- C. Mengurangi keterlibatan guru dalam perencanaan pembelajaran.
- D. Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada guru tentang metode inovatif.
- E. Mewajibkan guru untuk tetap menggunakan metode ceramah agar lebih mudah.
- A. Terbatas pada ruang kelas agar anak lebih fokus belajar.
- B. Formal dan menekankan pada kedisiplinan tinggi.
- C. Terstruktur ketat dengan fokus utama pada akademik.
- D. Kaya stimulasi, aman, dan memberikan kesempatan eksplorasi.
- E. Fokus pada hasil akhir tanpa memperhatikan proses belajar.
- A. Dengan menghafalkan ayat-ayat dan hadits tanpa praktik langsung.
- B. Dengan membiarkan anak memilih sendiri nilai-nilai moral yang ingin mereka anut.
- C. Dengan menekankan kebiasaan baik melalui keteladanan dan pembiasaan sehari-hari.
- D. Dengan memberikan hukuman kepada anak yang tidak mengikuti aturan agama.
- E. Dengan mengajarkan anak untuk berkompetisi dalam memahami nilai agama dan moral.
- A. Setiap anak berkembang dengan kecepatan yang sama.
- B. Anak usia dini lebih memahami konsep abstrak dibanding konkret.
- C. Hanya faktor genetik yang menentukan perkembangan anak.
- D. Perkembangan anak dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman.
- E. Perkembangan terjadi dalam satu aspek secara linier.
- A. Karena seni lebih cocok diajarkan setelah anak memasuki pendidikan dasar.
- B. Karena seni hanya membantu anak yang memiliki bakat dalam bidang tersebut.
- C. Karena seni adalah kegiatan tambahan yang tidak terlalu penting dalam pembelajaran utama.
- D. Karena seni hanya digunakan sebagai bentuk hiburan dalam kelas.
- E. Karena seni membantu anak mengekspresikan diri, meningkatkan kreativitas, dan memahami budaya.
- A. Menjadi sarana eksplorasi individu tanpa keterlibatan sosial.
- B. Mendorong anak untuk lebih mandiri tanpa intervensi guru atau teman sebaya.
- C. Mengasah keterampilan akademik seperti membaca dan berhitung secara terstruktur.
- D. Membantu anak mengembangkan keterampilan motorik kasar secara spontan.
- E. Memungkinkan anak untuk menginternalisasi aturan sosial melalui interaksi dengan teman sebaya.
- A. Guru memberikan ceramah panjang tentang moralitas tanpa interaksi langsung.
- B. Anak dibiarkan belajar sendiri tentang moralitas tanpa arahan.
- C. Guru harus menjadi contoh nyata dalam menerapkan nilai-nilai moral di kelas.
- D. Pendidikan moral diberikan hanya dalam bentuk hafalan dan ujian tertulis.
- E. Anak hanya diajarkan teori moral tanpa melihat contoh nyata.
- A. Mengajarkan tentang perbedaan agama tanpa memberikan kesempatan anak untuk berdiskusi.
- B. Memisahkan anak-anak berdasarkan latar belakang agama dalam kegiatan belajar.
- C. Menghindari diskusi keberagaman agar anak-anak tidak bingung.
- D. Menekankan satu ajaran agama secara eksklusif.
- E. Mengembangkan tema pembelajaran seperti "Bersama dalam Keberagaman" dengan aktivitas inklusif.
- A. Memberikan tugas menulis tanpa ada kegiatan eksplorasi.
- B. Meminta anak menghafal nama-nama benda tanpa mempelajarinya secara langsung.
- C. Mengajak anak membuat taman mini dengan menanam dan merawat tanaman sendiri.
- D. Memberikan soal pilihan ganda setiap hari tanpa kegiatan praktik.
- E. Menggunakan metode ceramah sebagai satu-satunya cara mengajar.
- 1. E
- 2. B
- 3. C
- 4. E
- 5. C
- 6. A
- 7. A
- 8. B
- 9. D
- 10. B
- 11. D
- 12. D
- 13. D
- 14. C
- 15. D
- 16. A
- 17. E
- 18. C
- 19. E
- 20. C
Penulis: Yulita Putri
Editor: Dicky Setyawan