tirto.id - Konflik antara Armenia dan Azerbaijan kembali memanas. Lantas, seperti apa kondisi terkininya? Apa penyebabnya?
Pada Minggu, 24 September 2023, etnis Armenia di Nagorno-Karabakh melakukan eksodus besar-besaran setelah Azerbaijan melancarkan operasi militer di wilayah konflik peninggalan era Uni Soviet itu.
Secara internasional, Nagorno-Karabakh diakui bagian dari wilayah Azerbaijan. Akan tetapi, kawasan ini di luar kendalinya, karena sebagian besar dikuasai etnis Armenia selama tiga dekade.
Armenia dan Azerbaijan selama ini sudah berperang dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Azerbaijan merebut wilayah Nagorno-Karabakh dan sekitarnya dalam perang 6 minggu tahun 2020.
Berdasarkan perjanjian yang ditengahi Rusia, pasukan Armenia harus menarik diri dan terbatas pada bagian yang lebih kecil. Militer Azerbaijan lalu melancarkan operasi militer besar-besaran pada 19 September 2023, hingga memaksa gencatan senjata.
Reuters melaporkan, para pemimpin lokal di Nagorno-Karabakh mengklaim 120.000 warga Armenia di wilayah ini tidak ingin menjadi bagian dari Azerbaijan karena dibayangi rasa khawatir atas penganiayaan dan pembersihan etnis.
Warga kemudian mengendarai mobil dengan melewati Koridor Lachin sebagai satu-satunya jalan menuju perbatasan Armenia.
Sedangkan pemerintah Armenia menyebutkan 1.050 orang sudah menyeberang ke Armenia dari Nagorno-Karabkah pada Minggu (24/9), malam hari.
Akar Konflik Armenia-Azerbaijan dan Latar Belakangnya
Nagorno-Karabakh terletak di pegunungan Kaukasus Selatan di wilayah Eropa Timur atau di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia di Asia.
Kawasan ini selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan Persia, Turki, Rusia, Utsmaniyah, hingga Soviet.
Setelah kekaisaran Rusia lengser pada tahun 1917, wilayah tersebut diklaim Azerbaijan dan Armenia, kemudian menjadi daerah otonom Azerbaijan selama masa Uni Soviet.
Nagorno-Karabakh ditinggali mayoritas etnis Armenia, tetapi di bawah kekuasaan Azerbaijan.
Dalam catatan BBC, parlemen di Nagorno-Karabakh sebenarnya memilih untuk menjadi bagian dari Armenia pasca-runtuhnya Uni Soviet.
Akan tetapi, Azerbaijan terus berusaha menekan gerakan separatis. Di lain sisi, Armenia justru memberikan dukungan bagi gerakan penentang Azerbaijan.
Bentrokan antar etnis kemudian terjadi selama bertahun-tahun setelah kedua negara menyatakan merdeka dari Uni Soviet.
Perang Azerbaijan dan Armenia dalam memperebutkan Nagorno-Karabakh terjadi sejak akhir 1980-an hingga awal 1990-an.
Perang Karabakh Pertama (1988-1994) menyebabkan 30.000 warga terbunuh dan lebih dari 1 juta yang sebagian besar orang Azerbaijan terpaksa mengungsi.
Februari 1992, penduduk etnis Azerbaijan di kota Khojaly, Nagorno-Karabakh, dibunuh pasukan Armenia. Azerbaijan mengklaim lebih dari 600 orang tewas meskipun laporan ini dibantah pihak Armenia.
Pada 1994, pasukan Armenia menguasai Nagorno-Karabakh dan sejumlah wilayah perbatasan. Dalam kesepakatan dengan Rusia, Nagorno-Karabakh masih menjadi bagian Azerbaijan.
Akan tetapi, sebagian besar wilayah tersebut diperintah separatis yang dijalankan etnis Armenia dan atas dukungan Armenia.
Perang Karabakh Kedua meletus lagi selama 44 hari pada tahun 2020 dan dimenangkan Azerbaijan. Perang berakhir setelah terjadi kesepakatan damai yang ditengahi Rusia pada tanggal 10 November 2020.
Menurut laporan Crisisgroup.org, perang ini telah menyebabkan 7.000 tentara tewas dan menelan korban jiwa warga sipil sebanyak 170 orang.
Dari hasil perjanjian tersebut, Azerbaijan kembali menguasai secara penuh 7 distrik yang berdekatan dengan Nagorno-Karabakh dan sempat dikuasai pasukan Armenia sejak perang sebelumnya.
Selain itu, Azerbaijan juga menguasai sebagian besar wilayah Nagorno-Karabakh. Sisanya dijaga pasukan penjaga perdamaian Rusia, tetapi masih diperintah oleh otoritas lokal.
Pasca perang 2020, posisi militer yang berlawanan dari kedua pihak hanya dipisahkan jarak 30-100 meter saja di Nagorno-Karabakh, dari sebelumnya yang mencapai ratusan meter.
Pergerakan garis terdepan juga membuat posisi militer berhadapan secara langsung dengan pemukiman penduduk.
Pasukan penjaga perdamaian Rusia berjaga sepanjang jalan utama daerah berpenduduk Armenia di zona konflik dan jalan arteri lalu lintas utama antara Armenia dan Nagorno-Karabakh, termasuk di Koridor Lachin.
Pada 13-14 September 2022, perbatasan Armenia-Azerbaijan sepanjang 200 km itu kembali memanas dan menelan korban hingga disertai aksi penahanan.