tirto.id - Belum selesai perang Rusia dan Ukraina, pertempuran kembali pecah antara Armenia dan Azerbaijan. Menurut berita terbaru, hampir 50 tentara Armenia tewas dalam bentrok di sepanjang perbatasan Azerbaijan.
DW melaporkan, tentara Armenia dan Azerbaijan saling menembak di dekat Nagorno-Karabakh. Tragedi ini memicu kekhawatiran akan eskalasi yang mirip dengan perang tahun 2020.
Nagorno-Karabakh adalah sebuah daerah di Azerbaijan, di mana kelompok etnis Armenia mendeklarasikan sebuah republik untuk memisahkan diri.
Pertempuran itu mulai pecah pada Senin malam dengan penembakan artileri yang intens. Total hampir 100 orang tewas dalam insiden itu. Kedua belah pihak pun saling menyalahkan atas insiden yang terjadi.
Pada Selasa pagi, pasukan Azerbaijan dilaporkan menembak tentara Armenia di beberapa lokasi sepanjang perbatasan. Menurut Azerbaijan, pihaknya cuma merespons penumpukan ranjau darat dan senjata Armenia di dekat perbatasan.
Situasi Perang Armenia-Azerbaijan: Apa Akar Konfliknya?
Menurut juru bicara pertahanan Armenia Aram Torosyan, situasi berubah menjadi"sangat tegang" ketika pertempuran berlanjut.
Sedangkan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan, total pasukan yang tewas mencapai hampir 50 orang dan angkanya bisa terus bertambah. "Kami memiliki 49 [pasukan] tewas dan sayangnya itu bukan angka terakhir."
Di sisi lain, kantor Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan: "Provokasi yang dilakukan oleh pasukan Armenia di perbatasan telah dihindari dan semua tujuan yang diperlukan telah terpenuhi."
Menurut kementerian pertahanan Azerbaijan kemudian, setidaknya 50 anggota tentara tewas dalam bentrokan itu.
The Guardian melaporkan, lokasi perang itu berada di Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah pegunungan yang menjadi sumber konflik selama lebih dari satu abad.
Secara internasional, Nagorno-Karabakh diakui sebagai wilayah Azerbaijan, tetapi hal itu ditentang oleh penduduk di wilayah itu, terutama Armenia.
Pada tahun 1991, wilayah berpenduduk sekitar 150.000 jiwa mendeklarasikan kemerdekaan. Atas dukungan Armenia, sejak saat itu mereka membuat sistem pemerintahan sendiri sebagai Republik Artsakh.
Pada tahun 2020, perang sempat meletus selama enam minggu. Kala itu, Azerbaijan merebut kembali petak luas Nagorno-Karabakh yang menewaskan lebih dari 6.600 orang.
Kedua belah pihak akhirnya berdamai setelah ditengahi oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin. Kala itu, Moskow mengerahkan sekitar 2.000 tentara ke wilayah itu untuk menjaga perdamaian.
Editor: Iswara N Raditya