tirto.id - Azerbaijan dan Armenia kembali berkonflik di perbatasan. Gejolak itu bisa mengancam perjanjian gencatan sejata yang telah disepakati sebelumnya.
Al Jazeera melaporkan, menurut kementerian Azerbaijan, tujuh anggota negaranya tewas akibat bentrok dengan pasukan Armenia, sedangkan 10 orang lainnya mengalami luka-luka.
Di sisi lain, pejabat Armenia melaporkan satu korban tewas, 13 tentara ditangkap dan 24 lainnya hilang dalam pertempuran hari Selasa (16/11/2021). Baik Azerbaijan dan Armenia saling menyalahkan.
Kementerian pertahanan Armenia mengatakan, militer Azerbaijan memulainya dengan menembak posisi-posisi Armenia. Sementara Pemerintah Azerbaijan menuduh Armenia melakukan "provokasi besar-besaran".
Kendati demikian, konflik itu mereda pada Selasa malam setelah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menelepon rekannya di Armenia dan Azerbaijan, yang intinya meminta mereka tak melanjutkan lagi perang tersebut.
Apa Pemicu Konflik Azerbaijan dan Armenia?
Kedua negara bekas Soviet ini pernah berperang selama enam minggu pada tahun lalu atas wilayah Nagorno-Karabakh. Perang itu setidaknya menewaskan lebih dari 6.500 orang.
Namun, yang menjadi penengah berakhirnya perang tersebut adalah Rusia yang dicapai pada November 2020. Kala itu, ada sekitar 2.000 penjaga perdamaian Rusia yang dikerahkan untuk berpatroli di sekitar Nagorno-Karabakh.
BBC melaporkan, salah satu masalah terbesar yang menjadi konflik kedua negara adalah Azerbaijan ingin memiliki koridor (tanah yang menghubungkan dua negara) ke eksklave Nakhichevan dan menuju Turki.
Namun, koridor bernama Zangazur itu harus melewati wilayah Armenia. Di sisi lain, Armenia pun tak mau memberikan jalan di tanahnya, terlebih di bawah kendali Azerbaijan.
Pada awal tahun ini, pemimpin Azerbaijan, Ilham Aliyev berjanji akan "memaksa" Armenia untuk memberikan konsesi terkait koridor tersebut.
Menanggapi perang yang terjadi Selasa baru-baru ini, Presiden Dewan Eropa Charles Michel mendesak para pemimpin Armenia dan Azerbaijan untuk merundingkan "gencatan senjata penuh".
Mr Michel menyerukan "deskalasi de-eskalasi" dalam diskusi dengan Presiden Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.
Editor: Iswara N Raditya