tirto.id - Armenia dan Azerbaijan kembali berkonflik untuk memperebutkan sengketa wilayah. Setidaknya, sebagaimana diwartakan BBC, pertempuran di Nagorno-Karabakh oleh kedua bekas republik Uni Soviet itu menewaskan 23 orang.
Daerah itu merupakan wilayah pegunungan di Kaukasus Selatan yang dikuasai Azerbaijan, tetapi ditinggali oleh mayoritas etnis Armenia. Salah satu konflik tertua di dunia ini pernah mengalami konflik di awal tahun 1990-an, setidaknya sekitar puluhan ribu orang tewas ketika bertempur dalam periode tersebut.
Pada Minggu (27/9/2020), Presiden Azerbaijan mengaku yakin akan mendapatkan kembali kendali atas wilayah tersebut. Darurat militer pun diberlakukan saat kekerasan meletus di beberapa bagian Azerbaijan, Armnia dan Nagorno.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan langsung memberikan dukungan untuk Azerbaijan. Ia bahkan mendesak dunia untuk ikut bersamanya dalam "pertempuran melawan invasi". Sebab, orang Azerbaijan memiliki hubungan dekat dengan Turki.
Konflik di Pegunungan Kaukasus tidak terselesaikan selama lebih dari tiga dekade sehingga kerap terjadi pertempuran berkala. Bentrokan di perbatasan pada bulan Juli juga menewaskan setidaknya 16 orang. Jumlah korban itu memicu unjuk rasa besar dalam beberapa tahun di ibu kota Azerbaijan, Baku. Mereka menyerukan untuk merebut kembali wilayah itu.
Tetapi, konflik antara Armenia dan Azerbaijan membuat negara Barat dan negara lain khawatir karena Kaukasus Selatan adalah koridor untuk jaringan pipa minyak dan gas alam yang dibawa dari Laut Kaspia ke pasar dunia.
Saling Tuding
Diwartakan Reuters, Nagorno-Karabakh mengatakan, 16 tentara telah tewas dan lebih dari 100 orang cedera setelah Azerbaijan melancarkan serangan udara dan artileri pada Minggu pagi. Amernia dan Nagorno-Karabakh mengumumkan darurat militer dan memobilisasi warga laki-lakinya.
Azerbaijan, yang juga mengumumkan darurat militer, mengklaim pasukannya hanya merespons penembakan yang dilakukan Armenia dan lima anggota dari satu keluarga telah terbunuh atas penembakan itu.
Azerbaijan juga mengatakan, pasukannya telah menguasai tujuh desa. Nagorno-Karabakh awalnya membantah hal itu, tetapi kemudian mengakui kehilangan "beberapa posisi" dan sejumlah korban sipil ikut menderita.
Sementara itu, Pemerintah Armenia menuding tentara Azerbaijan lah yang telah melancarkan serangan di Nagorno-Karabakh. Selain itu, mereka juga menuduh Azerbaijan mengerahkan serangan udara dan artileri di Nagorno-Karabakh.
Seperti dilansir Antara, sejumlah pembela hak asasi manusia di Armenia mengatakan dua warga sipil, yaitu seorang perempuan dan anak-anak, tewas tertembak oleh tentara Azerbaijan. Sementara itu, ibu kota Azerbaijan, Baku mengatakan sejumlah warga sipil di Azerbaijan juga terbunuh dan enam orang luka-luka.
Rusia, sebagai negara yang sudah lama berperan sebagai penengah konflik Armenia dan Azerbaijan, mendesak kedua pihak agar menghentikan pertempuran dan segera berunding untuk mencari jalan tengah.
Meskipun Azerbaijan dan Armenia telah menyepakati gencatan senjata sejak 1994, tetapi keduanya masih sering saling tuding siapa yang duluan meluncurkan serangan di Nagorno-Karabakh.
Mereka sudah lama mengalami konflik untuk memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh yang melepaskan diri dari Azerbaijan setelah bubarnya Uni Soviet.
Editor: Yantina Debora