Menuju konten utama

KPAI Khawatir Banyak Buku Pelajaran Memuat Informasi Salah

KPAI menilai kesalahan informasi soal Ibu Kota Israel di buku IPS SD bukan hanya kesalahan penerbit tapi juga Kemdikbud.

KPAI Khawatir Banyak Buku Pelajaran Memuat Informasi Salah
Retno Listyarti. [foto/facebook]

tirto.id - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyimpulkan kesalahan penyebutan informasi soal Ibu Kota Israel di buku pelajaran SD, yakni seharusnya Tel Aviv tapi ditulis Yerusalem, tak hanya disebabkan kesalahan penerbit, tapi juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Komisioner KPAI Divisi Pendidikan Retno Listyarti menyatakan khawatir ada buku pelajaran lain yang juga memuat informasi salah. Sebab, kasus kesalahan penyebutan informasi soal Yerusalem di Buku IPS SD juga diduga kuat akibat kelalaian pihak Kemdikbud.

Dia mencontohkan kesalahan Kemdikbud bisa dilihat pada kasus keterlibatan PT. Intan Pariwara sebagai salah satu penerbit Buku Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD Kelas VI yang salah menyebut informasi soal Ibu Kota Israel.

Menurut Retno, terbitan PT. Intan Pariwara itu bersumber dari Buku Sekolah Elektronik (BSE) milik pemerintah. Buku terbitan Intan Pariwara itu sudah digunakan sejak 2009. Karena itu, kesalahan penulisan itu bukan tanggung jawab penerbit karena konten buku justru disediakan Kemdikbud yang saat itu masih bernama Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas).

"Tujuannya BSE ingin membuat buku pelajaran murah sehingga naskah dibeli pemerintah, diupload ke (situs) kementerian pendidikan nasional saat itu, dan penerbit manapun bisa melakukan penggandaan. Intan itu sebenarnya kategori itu, bukan penerbit tapi menggandakan. Itu jelas adalah buku yang sudah lolos pada pusat perbukuan," kata Retno Listyarti di kantor KPAI pada Senin (18/12/2017).

Retno sempat menunjukkan foto nama-nama negara di Asia Barat beserta ibu kotanya yang terdapat di buku terbitan Intan Pariwara. Dalam foto, tak terlihat keterangan untuk peta negara Palestina. Tabel hanya mencantumkan nama Israel dengan ibu kota Yerusalem.

"(PT) Intan mengambil dari websitenya Kemdikbud, mungkin kita sesama lembaga negara berkoordinasi saja sudah cukup tanpa harus memanggil percetakan itu,” kata dia.

Retno mengimbuhkan, “Dalam waktu dekat kita akan segera berkoordinasi dengan Kemdikbud untuk memastikan kualitas buku pelajaran dan memastikan jangan-jangan ada buku lain (memuat info salah)."

Menurut Retno, Kemdikbud harus menjadikan kasus lolosnya informasi salah di BSE bahan pembelajaran. Ia berharap tak ada lagi informasi salah untuk murid SD di masa depan.

"Karena kasus Intan jadi tanggungjawab Kemdikbud. Pembenahan buku pelajaran tampaknya jadi hal yang krusial," kata dia.

Tirto sempat mencari keberadaan buku terbitan Intan Pariwara yang memuat informasi keliru itu di laman bse.kemdikbud.go.id. Namun, pencarian tak membuahkan hasil. Ketiadaan buku yang bermasalah tersebut di laman BSE juga sebelumnya diakui Retno.

"Sekarang sudah tidak ada bukunya di BSE," kata dia.

Sementara itu, Penerbit Yudhistira Ghalia Indonesia (YGI) yang menerbuitkan buku Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) anak Sekolah Dasar (SD) dan menulis Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel akan menarik produknya dari pasar. Penarikan juga akan dilakukan terhadap buku-buku yang sudah dipegang siswa SD.

Wakil Kepala Penerbitan Yudhistira Djadja Subagdja berkata, perusahaannya akan mengganti buku yang ditarik dengan terbitan baru. Dalam terbitan baru, Ibu Kota Israel telah diubah mengganti Tel-Aviv dan Palestina ditulis memiliki Ibu Kota di Yerusalem.

"Ini kesalahan mengutip dan kami sudah mencetak bukunya, kemudian Insya Allah nanti kami sampaikan pada siswa dan yang lama ditarik, diganti baru," ujar Djadja di Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/12/2017).

Kepala Penerbit Yudhistira Ghalia Indonesia (YGI) Dedi Hidayat sebelumnya mengatakan, data yang digunakan dalam buku tersebut memang tidak akurat. Dedi mengaku Yudhistira mengambil data dari world population data sheet tahun 2010.

Djadja berkata, penarikan buku dari sekolah dan pasar akan terhambat penyelenggaraan ujian dan libur akhir tahun. Ia menargetkan penggantian buku selesai paling lambat akhir semester I 2018.

"Itu buku lama, berdasarkan KTSP [Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan] 2006, diterbitkan pertama 2010. Penarikannya melalui tim marketing, nanti melalui tangan-tangan mereka juga kami ada beberapa cabang di provinsi. Sementara yang kami cetak masih berkisar di angka lima ribu eksemplar," katanya.

Buku ini menjadi polemik setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendukung pemindahan Ibu Kota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Pemindahan ini dikecam beberapa negara termasuk Indonesia. Presiden Joko Widodo menyebut, Amerika Serikat banyak melanggar resolusi PBB, Jokowi pun meminta Amerika mempertimbangkan kembali dukungannya terhadap Israel.

Saat isu pemindahan ini ramai dibicarakan, Partai Keadilan Sejahtera Kepulauan Riau menemukan penulisan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dalam buku pelajaran yang diterbitkan PT YGI pada Selasa, 12 Desember 2017.

Polemik bergulir dan PT YGI mendapat banyak cibiran dan desakan buat segera menarik buku-buku tersebut. Belakangan, Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Kapuskurbuk) Kemendikbud mendapati ada kesalahan prosedur dari PT YGI dalam penerbitan buku ini.

Baca juga artikel terkait YERUSALEM atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Addi M Idhom