tirto.id - Korea Utara menembakan rudal balistik pada Senin pagi, 20 Februari 2023 sebagai aksi protes latihan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat yang dianggap sebagai latihan invasi hingga memicu ketegangan.
Diberitakan AP News, Korea Utara menembakan dua rudal balistik jarak pendek ke arah perairan timur dalam uji coba senjata kedua dalam tiga hari.
Tak lama setelah itu, Korea Selatan langsung meningkatkan kewaspadaan, mempertahankan kesiapan dan menjaga koordinasi dengan Amerika Serikat.
Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, pihaknya mendeteksi dua rudal yang mendarat di sebuah kota di pesisir barat, sebelah utara Kota Pyongyang, ibukota Korea Utara, pada Senin pagi.
Sementara menurut Kantor Berita Pusat Korea, peluru artileri Korea Utara itu mensimulasikan serangan terhadap target yang mencapai jarak hingga 395 kilometer dari titik peluncuran rudal tersebut.
Lebih dari itu, Korea Utara mengatakan, peluncuran rudal balistik itu dapat dipersenjatai dengan senjata nuklir “taktis” yang bisa digunakan di medan perang.
“Frekuensi penggunaan Pasifik sebagai jarak tembak kami tergantung pada karakter aksi pasukan AS,” ungkap Kim Yoo Jung, kakak perempuan Presiden Korut Kim Jong Un.
Selain itu, Korea Utara juga mengklaim memiliki rudal yang mampu menyerang daratan AS dan Korea Selatan dengan senjata nuklir. Hal tersebut menjadi sebuah ancaman keras bagi negara tetangga yang dinilai tengah merencanakan invasi ke wilayah Utara.
Sebelumnya, pada hari Sabtu, 18 Februari 2023, Korea Utara sempat meluncurkan sebuah rudal balistik jarak jauh atau ICBM Hwangsong-15 ke arah laut lepas di dekat pantai barat Jepang.
Peristiwa itu langsung direspons AS dengan menerbangkan pesawat pengebom supersonik jarak jauh B-1B. Namun, AS mengatakan, penerbangan pesawat B-1B ditujukan untuk latihan terpisah dengan Korea Selatan dan Jepang.
Kim Yo Jung pada hari Minggu langsung merespons tindakan AS dengan memberikan ancaman akan mengambil langkah kuat tambahan terhadap latihan militer AS-Korsel yang akan datang.
Pada tahun lalu, Korea Utara sempat mencetak rekor tahunan dengan meluncurkan lebih dari 70 rudal. Alasannya masih sama, uji coba senjata tersebut merupakan peringatan terhadap latihan militer AS-Korea Selatan.
Mendapat kecaman keras tersebut, militer Korea Selatan dan Amerika Serikat disebut akan mengadakan latihan meja bundar pada pekan ini, guna mengasah respons bersama terhadap potensi penggunaan senjata nuklir oleh Korea Utara.
Penembakan Rudal Balistik Korea Utara Sampai ke Jepang
Seperti diberitakan Reuters, Korea Utara pada Sabtu pekan lalu, 18 Februari 2023, diklaim telah meluncurkan sebuah rudal balistik jarak jauh ke laut di lepas pantai barat Jepang. Peluncuran rudal balistik tersebut masih bagian dari aksi protes latihan AS-Korsel.
Menurut pihak berwenang Jepang, rudal itu jatuh di perairan di dalam zona ekonomi eksklusif Jepang. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyebut rudal tersebut tampak seperti ICBM. Dia mengutuk keras aksi tersebut karena mengancam komunitas internasional.
Menteri Pertahanan Jepang, Yasukazu Hamada mengatakan, rudal milik Korea Utara itu ditaksir memiliki jangkauan lebih dari 14.000 kilometer, sehingga diprediksi bisa mencapai daratan AS.
Meskipun demikian, tembakan rudal balistik pertama pada hari Sabtu itu tidak memicu kerusakan pada kapal maupun pesawat, namun harus menjadi perhatian lebih karena bisa menjadi ancaman besar bagi perdamaian dunia.
Setelah peluncuran rudal di hari Sabtu itu, Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan mengadakan pertemuan serta menyetujui kesepakatan untuk meningkatkan kerja sama keamanan dengan Washington dan Jepang.
Respons AS terhadap Aksi Korea Utara
Masih mengutip Reuters, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menggambarkan bahwa peluncuran rudal Korea Utara itu merupakan sebuah tindakan “provokatif”. Blinken tengah berusaha menghadirkan front persatuan dengan Korea Selatan dan Jepang.
“Hasil dari tindakan Korea Utara ini hanya untuk semakin memperkuat pekerjaan yang kami lakukan bersama, aliansi yang kami bagi, dan komitmen kami untuk membela mitra dan sekutu kami,” tegas Blinken dalam pidatonya.
Tak berbeda jauh dengan Blinken, Gedung Putih juga akan mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi tanah air dan para sekutu regional, serta menyerukan tanggapan terpadu dari komunitas internasional.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto