tirto.id - Sebuah fakta mengejutkan terungkap dari tragedi kecelakaan pesawat di Kolombia pada November lalu yang menewaskan hampir seluruh anggota klub Chapecoense. Rafael Hezel, korban yang selamat dari tragedi itu, mengatakan pilot tak pernah meminta para penumpang untuk memakai sabuk pengaman saat pesawat dalam kondisi kritis.
“Pada titik itu tak ada seorang pun awak kabin yang memberitahu kami untuk menggunakan sabuk pengaman,” ujar Hezel, seperti dikutip The Guardian, Senin (12/12/2016). “Kami hanya terbang tanpa tahu apa yang akan terjadi,” lanjut jurnalis radio asal Brazil.
Menjelang berakhirnya perjalanan, penumpang di sekitar Hezel bertanya kepada seorang awak kabin berapa lama lagi mereka akan sampai di tempat tujuan. “Sepuluh menit,” jawab sang awak kabin. “Tiba-tiba kemudian seluruh lampu dan mesin mati,” ungkap Hezel. Sontak seluruh penumpang buru-buru kembali ke kursi mereka dan mengencangkan sabuk pengaman.
Tak lama kemudian pesawat jatuh, menabrak lereng dengan keras, dan semuanya gelap.
Ketika bangun, disekelilingnya terlihat banyak petugas penyelamat yang tengah mencari para korban. Rasa sakit luar bisa juga seketika menyerang tubuhnya. Ternyata itu berasal dari tujuh tulang rusuknya yang patah. Ia lalu coba memanggil rekan-rekan yang duduk di sebelahnya. Usaha itu sia-sia, mereka semua telah meninggal dunia.
Hazel menyebut bahwa keajaiban dan keberuntunganlah yang membuatnya dapat bertahan. Ia bersyukur dapat bangun ketika para petugas penyelamat tengah lewat disekelilingnya.
Ia juga belum bisa sepenuhnya percaya jika kecelakaan itu disebabkan oleh habisnya bahan bakar pesawat. “[Alasan] itu memuakkan,” ujarnya.
Otoritas Kolombia memang mengatakan bahwa habisnya bahan bakar adalah sebab utama kecelakaan yang menewaskan 71 penumpang tersebut. Sementara, pihak dari Brazil dan Bolivia masih melakukan proses investigasi.
Hazel sendiri merupakan salah satu dari enam orang yang selamat. Kelima lainnya adalah dua awak kabin dan tiga pemain Chapecoense. Ketika itu, pesawat berangkat dari Santa Cruz, Colombia, dan jatuh di dekat bandara Medellín, Kolombia, pada 28 November 2016.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari