tirto.id - Pesawat yang membawa delegasi tim sepak bola Brasil Chapecoense jatuh di Kolombia akibat kehabisan bahan bakar dan dalam keadaan darurat. Informasi itu diperoleh berdasarkan komunikasi terakhir yang terekam pilot pesawat saat melakukan panggilan radio, demikian keterangan yang dilansir dari Antara, Kamis (1/12/2016).
Sebagaimana dalam pemberitaan sebelumnya, kecelakaan pesawat yang terjadi Senin (28/11/2016) tengah malam waktu setempat itu menewaskan 76 orang dan mengguncang sepak bola dunia.
Hanya enam orang yang selamat dalam penerbangan maskapai carteran Bolivia LAMIA itu, termasuk tiga pemain Chapecoense yang saat itu dalam perjalanan menuju pertandingan paling bersejarah mereka, Final Copa Sudamericana.
"Nona, LAMIA 933 dalam gangguan total, gangguan elektronik total, tanpa bahan bakar," kata sang pilot dari Bolivia bernama Miguel Quiroga kepada seorang operator perempuan menara pengawas udara di bandara Medellin.
"Darurat bahan bakar, nona," sambung dia kemudian meminda izin mendarat darurat.
Fakta ini selaras dengan kesaksian seorang kopilot sebuah pesawat Avianca yang terbang bersamaan dengan pesawat jatuh itu yang mengaku mendengar pesawat LAMIA melaporkan kehabisan bahan bakar dan harus mendarat.
"Mayday mayday ...Bantu kami menemukan runway ...Tolong, tolong," kata kopilot bernama Juan Sebastian Upegui itu mengulangi apa yang didengarnya dari pilot LAMIA yang kemudian dikutip media massa Kolombia. "Lalu berhenti...Kami semua [yang mendengar komunikasi pilot LAMIA] menangis."
Alfredo Bocanegra, kepala otoritas penerbangan sipil, mengatakan rekaman itu bisa digunakan sebagai bagian dari penyelidikan, dan Upegui bisa disebut saksi mata. Seperti diketahui, pesawat BAe 146 buatan BAE Systems Plc itu kehabisan bahan bakar dan menabrak gunung.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari