Menuju konten utama

Korban Corona di Ekuador Melonjak: Pemerintah Sulit Kuburkan Mayat

Jumlah korban meninggal di Ekuador yangterus bertambah akibat virus corona membuat pemerintah setempat kesulitan dan berjuang keras untuk menguburkan mayat.

Korban Corona di Ekuador Melonjak: Pemerintah Sulit Kuburkan Mayat
Seseorang membantu ibunya yang menderita gejala-gejala umum yang berhubungan dengan COVID-19, ketika mereka tiba di pintu masuk rumah sakit di Guayaquil, Ekuador, Kamis, 16 April 2020. Malaikat de Jesus/Foto/AP

tirto.id - Jumlah korban virus corona yang meninggal di Ekuador dilaporkan melonjak tajam pada bulan ini, hal itu membuat pemerintah serta pihak berwenang di Kota Guayaquil, Ekuador kesulitan untuk menguburkan para warga yang meninggal akibat coronavirus COVID-19.

Seperti dilansir dari Aljazeera, Senin (20/4/2020), pandemi virus corona telah menyebabkan sistem kesehatan kota Ekuador runtuh, untuk mencari jenazah korban virus corona juga sangat sulit.

Salah satunya saat seorang warga bernama Darwin Castillo yang mengetahui bahwa ayahnya meninggal di Guayaquil, dan ketika Castillo pergi ke kamar mayat rumah sakit untuk mencari jenazah ayahnya, dia malah diberikan tubuh yang salah.

Dua minggu telah berlalu dan dia masih belum menemukan mayat ayahnya.

Guayaquil adalah kota terbesar di Ekuador, ibu kota provinsi Guayas ini mencatat sekitar 70 persen dari lebih 9.000 kasus virus corona di negara itu berada di Guayaquil.

Castillo, 31, yang bekerja sebagai buruh di perusahaan plastik, akhirnya mengembalikan peti mati yang dibelinya.

"Saya tidak menyalahkan rumah sakit atau kamar mayat. Ada orang yang sekarat di pintu masuk. Aku ingin ayahku ditemukan agar aku bisa memberinya pemakaman Kristen, untuk memberikan karangan bunga mawar kepada ayahku," ujar Castillo.

Manuel, ayah Castillo yang meninggal pada 31 Maret lalu itu berusia 76 tahun, dan merupakan seorang pasien dialisis yang mengalami sumbatan kateter.

Castillo pergi ke rumah sakit Los Ceibos dua hari kemudian untuk memulihkan tubuh. Ketika dia sampai di kamar mayat, dia justru menemukan kamar itu dipenuhi dengan mayat.

Dia lalu membayar karyawan 150 dolar AS untuk mendapatkan tubuh ayahnya di antara 170 mayat yang menumpuk.

Ketika dia diberikan tubuh yang salah, kamar mayat menyarankan dia mencari di antara mayat-mayat, termasuk para korban COVID-19, tetapi menolaknya karena takut terpapar virus corona.

"Jika tidak ada masalah ini, saya akan mencari ayah saya di antara mayat-mayat itu, tetapi saya akan mengekspos diri saya [terhadap virus]," katanya.

Kebijakan lockdown dari pemerintah telah membuat kekacauan di rumah sakit dan pemakaman, di samping itu juga banyak mayat yang tetap di rumah selama berhari-hari sebelum dikumpulkan untuk dikuburkan.

Selama beberapa hari terakhir, pemerintah Ekuador telah mengumpulkan 1.400 mayat dari rumah dan rumah sakit yang ada di Guayaquil.

Data itu didapatkan dengan menggunakan situs web untuk memberi tahu orang-orang tentang plot pemakaman mayat.

Menurut pemerintah, hampir 6.700 orang meninggal dunia bulan ini, tetapi kebanyakan dari mereka yang meninggal tidak diuji tes virus corona COVID-19.

Sedangkan data dari John Hopkins University menyebutkan, kematian akibat COVID-19 di Ekuador hingga Senin (20/4/2020) pukul 14.30 WIB adalah 474 jiwa.

Teresa Bo dari Al Jazeera yang melaporkan dari Buenos Aires, Argentina menyatakan, para ahli di kawasan itu percaya bahwa jumlah kasus virus corona di Amerika Latin mungkin tidak realistis karena tidak ada pengujian yang cukup.

"Mengakses kit pengujian adalah tantangan utama bagi sebagian besar pemerintah di kawasan ini. Lebih banyak data akan memungkinkan negara-negara di Amerika Latin untuk beradaptasi dengan apa yang terjadi di lapangan," ujarnya.

Kuburan Korban Coronavirus di Ekuador Diperluas

Di Guayaquil, Ekuador, dua tanah pemakaman telah diperluas karena banyaknya jumlah warga yang meninggal. Beberapa orang bahkan menyalahkan pemerintah atas kekacauan ini.

"Keluarga memiliki hak untuk mengetahui di mana kerabat mereka yang mati berada. Keluarga mengatakan bahwa orang mati tiba dengan identitas yang berubah. Mayat yang harusnya pria bisa berubah jadi perempuan," kata pengacara Hector Vanegas kepada AFP.

Vanegas, yang mewakili sekelompok warga Guayaquil tengah mempersiapkan gugatan terhadap pemerintah.

Ia sedang menyusun daftar warga yang terkena dampak kebingungan dan mengaku sudah menerima 190 telepon.

Moises Valle, seorang karyawan farmasi berusia 37 tahun, juga kehilangan ayahnya yang meninggal karena serangan jantung di rumah sakit Teodoro Maldonado Carbo.

Ketika Valle mengisi formulir untuk mengklaim jenazah, ia menemukan bahwa jenazah itu telah dikirim ke fasilitas kesehatan lain tanpa persetujuannya.

"Hari ini cobaan dimulai karena saya tidak bisa mengklaim mayat itu. Sampai kemarin nama ayah saya belum muncul di situs web," kata Valle kepada AFP.

Valle telah memperoleh sebidang tanah di kota Duran dan siap untuk pemakaman, tetapi terpaksa harus membatalkan layanan.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH