Menuju konten utama

Konsumsi Makanan dan Transportasi Lebaran Penyumbang Inflasi

Kepala Badan Pusat Statistik memaparkan, dua kelompok terbesar penyumbang inflasi pada Juli 2016 berupa tren konsumsi makanan dan transportasi saat Lebaran. Selain kenaikan pengeluaran untuk makanan, panjangnya masa arus balik dan arus mudik pada Lebaran juga turut memicu kenaikan inflasi dari transportasi dan jasa.

Konsumsi Makanan dan Transportasi Lebaran Penyumbang Inflasi
Ratusan calon penumpang pesawat terlihat mengantre untuk masuk ke dalam Terminal 1 C Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (2/7). (Antara Foto/Muhammad Iqbal)

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, tren konsumsi tinggi, terutama pada kelompok bahan makanan dan transportasi selama perayaan Lebaran turut andil menyumbang inflasi Juli 2016 sebesar 0,69 persen secara bulanan (month to month/mtm).

"Sepanjang Juli 2016 tingkat inflasi untuk kelompok bahan makanan sebesar 1,12 persen dengan andil 0,23 persen, dan untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,22 persen dengan andil inflasi 0,22 persen,” papar Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Senin (1/8/2016).

Dua kelompok tersebut mencatat inflasi tertinggi dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya.

"Paling tinggi ini karena beban makanan, jadi puasa dan Lebaran ini sangat mempengaruhi sekali," ujarnya.

Selain kenaikan pengeluaran untuk makanan, Suryamin menambahkan, panjangnya masa arus balik dan arus mudik pada Lebaran juga turut memicu kenaikan inflasi dari transportasi dan jasa. Inflasi bulanan pada Juli 2016 ini sedikit lebih tinggi dibandingkan Juni 2016 yang sebesar 0,66 persen.

"Karena Lebaran pada 6 Juli , artinya 1-5 Juli ini masih ada pengaruh arus mudik dan setelah 6-15 Juli itu arus balik," tuturnya.

Selain inflasi dari kelompok bahan makanan dan transportasi, kata Suryamin, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi sebesar 0,54 persen dengan andil 0,09 persen.

Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,24 persen, dengan andil 0,06 persen.

Selanjutnya inflasi kelompok sandang 0,44 persen dengan andil 0,03 persen, kelompok kesehatan 0,37 persen dengan andil 0,02 persen, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,51 persen dengan andil 0,04 persen.

Suryamin menerangkan inflasi komponen inti sepanjang Juli mencapai 0,34 persen dengan andil 0,26 persen.

Kemudian, inflasi juga dibentuk dari kenaikan harga pada kelompok yang diatur pemerintah (administered prices) mencapai 1,32 persen dengan andil 0,20 persen, dan inflasi harga-harga bergejolak (volatile food) mencapai 1,20 persen dengan andil 0,23 persen.

Dengan inflasi bulanan sebesar 0,69 persen pada Juli 2016, maka inflasi tahunan sebesar 3,21 persen (year on year/yoy), dan inflasi tahun kalender mencapai 1,76 persen (year to date/ytd).

Suryamin mengatakan laju inflasi 0,69 persen juga menjadi capaian inflasi Juli terendah dalam lima tahun terakhir.

Dengan inflasi tahunan sebesar 3,21 persen, dan tahun kalender 1,76 persen, capaian tersebut masih sesuai dengan asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 sebesar 4 persen dan juga proyeksi Bank Indonesia di 3-5 persen.

Baca juga artikel terkait INFLASI

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari