tirto.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan kondisi Gunung Merapi kembali tenang usai terjadi meletus, Senin (14/10/2019) sore.
"Jadi kejadian erupsi [Senin sore] itu kejadian tunggal. Setelah itu aktivitas Merapi kembali tenang. Jadi kegempaan relatif rendah saat ini," kata Kasi Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso, saat ditemui di kantornya, Selasa (15/10/2019).
Agus juga menjelaskan terdapat 6 kali kegempaan yang terjadi pada saat hari terjadinya letusan.
Jumlah itu dinilainya cukup rendah. Dan hari ini jumlah kegempaan juga tidak jauh berbeda, sehingga aktivitas Merapi kembali tenang.
Sementara terjadinya guguran pada Selasa (15/10/2019) pukul 00.04 WIB, menurut Agus itu merupakan sisa akumulasi gas dari letusan Senin sore.
Sisa akumulasi gas itu yang mendorong kubah lava, sehingga terjadi letupan awan panas yang cenderung kecil.
"Kini masih ada kejadian guguran yang bisa dan memang agak lebih tinggi dari hari-hari sebetulnya dan itu memang merupakan sisa aktivitas kemarin," katanya.
Sementara itu, terkait dampak letusan yang terjadi Senin Sore, Agus memperkirakan telah terjadi perubahan morfologi pada puncak gunung Merapi. Namun, untuk alur awan panas menurutnya tidak ada perubahan.
Sebelumnya Kepala BPPTKG Hanik Humaida, menjelaskan terjadinya letusan awan panas dengan tinggi kolom 3.000 meter pada Senin (14/10/2019) pukul 16.31 WIB, memiliki sifat lontaran material ke segala arah.
"Terindentifikasi adanya letusan (sebaran) abu [vulkanik] sampai jarak maksimal 25 kilometer dengan intensitas tipis," ujar Hanik saat ditemui di kantor BPPTKG, Senin (14/10/2019).
Namun, Hanik mengatakan, kecenderungan arah abu vulkanik ke arah Barat Daya yakni arah Magelang Jawa Tengah.
"Sisi barat lebih banyak kaya di Magelang [kecamatan] Muntilan tadi juga ada [hujan abu vulkanik]. Sisi barat daya, barat laut dari sana [puncak Gunung Merapi]," katanya.
Sementara untuk arah lain seperti timur ke arah Klaten dan selatan arah Yogyakarta, kata dia ada hujan abu, tetapi cenderung tipis. Dan jarak terjadinya hujan abu pun kata dia hanya yang dekat dengan puncak Merapi.
"Kalau abu [vulkanik] memang terganggu pada kecepatan dan arah angin," kata dia saat ditemui di Kantor BPPTKG.
Kemudian untuk arah awan panas, kata Hanik secara visual tidak dapat terlihat karena sekitar Merapi di selimuti kabut. Namun jika dilihat dari durasi letusan yakni 270 detik, maka kata dia luncurannya tidak lebih dari 3 Kilometer
Hanik menjelaskan penyebab terjadinya letusan ini karena adanya akumulasi gas dari pergerakan magma Merapi yang terus berproses.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Zakki Amali