tirto.id - Gunung Merapi meletus hari ini, sekitar pukul 16.31 WIB. Letusan Gunung Merapi itu terekam di seismogram dengan durasi 270 detik dan amplitudo 75 mm. Letusan itu juga memunculkan kolom abu setinggi 3000 meter dari puncak Gunung Merapi.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan erupsi pada Senin sore, 14 Oktober 2019 tersebut merupakan kejadian Awan Panas Letusan.
Beberapa jam usai Merapi meletus pada hari ini, gunung api itu kembali meluncurkan awan panas. Kali ini Awan Panas Guguran terjadi pada pukul 20.19 WIB, Senin malam (14/10/2019).
Berdasarkan laporan BPPTKG, Awan Panas Guguran pada Senin malam tercatat di seismogram dengan durasi sekitar 76 detik dan amplitudo maksimum 30 mm. Namun, jarak luncur awan panas tersebut tidak teramati karena cuaca di sekitar puncak Merapi sedang berkabut.
Menurut BPPTKG, letusan Gunung Merapi hari ini disebabkan akumulasi gas vulkanik yang terlepas secara tiba-tiba. Bahaya kejadian ini adalah kemunculan awan panas letusan yang bersumber dari material kubah lava.
Saat ini, jangkauan luncuran awan panas diprediksi sebatas di area radius 3 kilometer dari puncak Merapi. Sebab, dari pantauan BPPTKG, volume kubah lava Merapi saat ini baru mencapai 468.000 meter kubik.
Sebagai informasi, Awan Panas Letusan di Merapi pernah terjadi pada 22 September 2019. Saat itu, Awan Panas Letusan terekam di seismogram dengan amplitudo 70 mm dan durasi 125 detik.
BPPTKG sudah menjelaskan Awan Panas Letusan adalah istilah untuk menyebut luncuran awan panas yang didahului dengan letusan gas. Awan Panas Letusan terjadi saat material kubah lava runtuh akibat tekanan gas dari dalam.
Seiring dengan terus adanya suplai magma, gas vulkanik diproduksi secara kontinyu. Namun, karena dinamika tekanan, gas dapat tersumbat serta terakumulasi di bawah kubah lava, serta terlepas secara tiba-tiba. Akibatnya, tekanan gas itu bisa mendobrak dan membuat kubah lava runtuh menjadi awan panas.
Fenomena itu berbeda dengan Awan Panas Guguran yang muncul karena runtuhnya material kubah lava secara gravitasional, atau tanpa kecepatan awal yang signifikan.
Sampai sekarang, status Gunung Merapi masih di Level II atau Waspada. Area berbahaya yang tidak boleh dipakai untuk aktivitas manusia pun masih pada radius 3 kilometer dari Puncak Merapi.
Dampak Letusan Merapi Hari Ini: Hujan Abu di Magelang
Setelah Merapi meletus pada Senin sore, hujan abu melanda sejumlah kawasan di Magelang, Jawa Tengah.
Seorang warga Magelang, Masykur Hasan mengatakan hujan abu sempat masih terjadi pada pukul 20.00 WIB, Senin malam. Dia mengaku melihat hujan abu di Jalan Magelang-Yogyakarta kilometer 23.
“Enggak tebal banget hujan abunya, tapi kalau naik motor bisa terasa di mata,” ujar Masykur kepada Tirto pada Senin malam.
Sedangkan Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan letusan Merapi pada Senin sore, 14 Oktober 2019, memiliki sifat lontaran material ke segala arah.
"Terindentifikasi adanya letusan [sebaran] abu [vulkanik] sampai jarak maksimal 25 kilometer dengan intensitas tipis," ujar Hanik di kantor BPPTKG.
Hanik mengatakan, kecenderungan arah abu vulkanik ke arah Barat Daya dari Gunung Merapi, yakni kawasan Magelang, Jawa Tengah.
"Sisi barat lebih banyak seperti di Magelang, [Kecamatan] Muntilan tadi juga ada [hujan abu vulkanik]. Sisi barat daya, barat laut dari sana [puncak Gunung Merapi]," kata Hanik.
Menurut dia, sebaran abu vulkanik memang kemungkinan juga menuju arah lain, seperti ke Klaten (timur) dan Yogyakarta (selatan), tetapi cenderung tipis.
"Kalau abu [vulkanik] memang terganggu pada kecepatan dan arah angin," ujar dia.
Sementara Kepala BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto mengatakan hujan abu memang sempat terpantau di kawasan 6 kecamatan. Edy menambahkan BPBD Kabupaten Magelang telah berupaya membagikan masker ke masyarakat di lokasi-lokasi hujan abu terjadi. Dia mengimbau masyarakat tidak panik.
"Ada dua tim [dari] BPBD Kabupaten Magelang yang membagikan masker, masing-masing tim [bergerak] menggunakan mobil," kata Edy seperti dilansir Antara.
Enam kecamatan di Kabupaten Magelang yang terpapar hujan abu Merapi itu adalah Srumbung, Dukun, Salam, Sawangan, Muntilan, dan Mungkid.
Sebaran abu vulkanik Merapi, kata Edy, menjangkau belasan desa di enam kecamatan itu. Desa-desa itu ialah Ngargosoko, Mranggen, Srumbung, Sumber, Ngargomulyo, Kalibening, Ngadipuro dan Mangunsoko. Selain itu hujan abu terjadi di Desa Sucen, Jumoyo, Tamanagung, Muntilan, Bojog dan Pabelan.
Editor: Agung DH