Menuju konten utama

Komunisme ala Jack Ma Topang Sistem Otoriter Cina

Keanggotaan Jack Ma di Partai Komunis Cina (PKC) menunjukkan luasnya pengaruh PKC di sektor swasta.

Komunisme ala Jack Ma Topang Sistem Otoriter Cina
Jack Ma, ketua eksekutif Alibaba Group, mendengarkan pembicara selama diskusi panel yang diadakan sebagai bagian dari Forum Pengembangan China di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, 19 Maret 2016. AP PHOTO/ Mark Schiefelbein.

tirto.id - Spekulasi terkait hubungan Jack Ma dan Partai Komunis Cina (PKC) yang beredar selama ini terjawab sudah. Senin (27/11), surat kabar resmi partai People’s Daily menulis bahwa sang miliuner merupakan anggota partai. Jack Ma, dengan demikian, sah disebut "kapitalis merah".

Keterangan itu muncul ketika People’s Daily mengumumkan komite pusat PKC akan memberikan Ma penghargaan atas kontribusinya untuk proses “reformasi dan keterbukaan” di Cina.

Ma tidak sendirian. Robin Li (CEO Baidu) dan Pony Ma (CEO Tencent) juga termasuk dalam daftar 100 orang yang akan mendapat penghargaan dari partai.

Para juri penghargaan menyatakan bisnis Alibaba milik Jack Ma berhasil membangun ekosistem teknologi yang masif di Cina, antara lain jaringan pembayaran bergerak untuk sistem logistik dan pembayaran melalui internet; riset independen dan pembangunan Alibaba Cloud, serta Electronic World Trade Platform (eWTP).

“Di bawah kepemimpinannya, Alibaba mampu masuk 10 besar perusahaan dunia berdasarkan nilai pasar, membuat Cina menjadi pemain utama di industri e-commerce, keuangan internet, dan komputasi awan internasional, menghasilkan sejumlah besar pengusaha dan berbagai start-up,” tulis surat kabar tersebut.

Sebagian besar dari 100 orang dalam daftar tersebut adalah anggota PKC. Namun, beberapa adalah non-partisan dan bukan anggota partai, termasuk Robin Li dan Pony Ma. Bersama Robin dan Pony, Jack Ma masuk ke dalam 10 besar orang terkaya di Cina menurut Hurun Report. Pada 2018 ini, Jack Ma bertengger di posisi puncak daftar tersebut dengan kekayaan 39 miliar dolar AS.

Jack Ma sendiri sebelumnya telah mengumumkan akan mundur dari jabatannya sebagai presiden Alibaba group pada September lalu.

Alibaba, Kapitalis Merah dan Partai Komunis

Profesor di bidang ilmu politik dan isu internasional Bruce J. Dickson menyatakan jumlah pengusaha merangkap anggota PKC (alias "kapitalis merah") terus meningkat dalam dua dekade terakhir. Situasi ini mendorong kemunculan aktor-aktor dan berbagai kepentingan baru di arena politik di Negeri Tirai Bambu. Namun, Bruce melihat bahwa pejabat partai dan para pengusaha di Cina memiliki kesamaan sudut pandang; kedua-duanya menjaga sistem politik di Cina dari gerakan-gerakan pro-demokrasi sebab sistem tersebut telah membuat mereka menjadi lebih makmur.

“Mereka [para kapitalis Cina] tidak memberikan ancaman langsung terhadap PKC; justru mereka adalah salah satu basis pendukung terpenting partai,” terang Bruce dalam "Integrating Wealth and Power in China: The Communist Party’s Embrace of the Private Sector" yang terbit di China Quarterly (2017, hal. 828).

PKC, lanjut Bruce, memang telah berusaha menyeret sektor swasta agar menjadi bagian dari partai. Mereka mendorong anggotanya untuk berbisnis dan di saat bersamaan merekrut pebisnis menjadi anggota partai. Kendati demikian, ada proses penyaringan yang berlaku.

Para kapitalis merah biasanya memiliki perusahaan-perusahaan terbesar dan dilibatkan partai dalam aktivitas-aktivitas politik. Ada banyak kapitalis merah yang sudah bergabung dengan PKC bahkan sebelum masuk sektor swasta.

“Integrasi antara kemakmuran dan kekuasaan di Cina dirancang untuk melanggengkan sistem politik otoriter yang ada ketimbang melawannya,” tulis Bruce. “Inilah elemen utama strategi PKC untuk bertahan yang sejauh ini berhasil.”

Melansir CNBC, spekulasi bahwa bahwa Jack Ma adalah kader komunis belah beredar lama, akan tetapi tak bisa dikonfirmasi hingga senin lalu. Seorang sumber anonim yang dikutip CNBC mengatakan Ma sesungguhnya sudah menjadi anggota PKC sejak tahun 1980-an ketika ia masih berada di universitas.

Selain itu, Jay Somaney dalam tulisannya di Forbes mengatakan, terdapat sejumlah indikasi bahwa pemerintah Cina telah membantu Alibaba sehingga bisa tumbuh pesat. Pemerintah Cina melindungi Alibaba dari kompetitor asing dengan secara tidak langsung melarang masuk perusahaan-perusahaan teknologi seperti Facebook, Google, dan Twitter ke Cina.

Selain itu, pemerintah Cina juga mendukung penggunaan Taobao dan Tmall, perusahaan belanja online milik Alibaba, untuk aktivitas transaksi antar-agensi pemerintah yang bernilai miliaran dolar AS.

Sikap Jack Ma sendiri terhadap PKC tampak hangat. Quartz melaporkan, ketika berbicara di sebuah konferensi di provinsi Zhejiang pada 29 November 2017, Ma memuji Pemerintah Cina yang menurutnya lebih unggul dari demokrasi ala barat karena dua hal: Kestabilan politik dan kemampuan PKC untuk terus berkembang dalam lima tahun terakhir.

“Usaha pemerintah Cina yang bersih dan jujur telah menarik perhatian seluruh dunia: Tidak ada negara di dunia yang seperti ini,” kata Jack Ma kala itu.

Dalam kasus perang dagang antara Cina dengan AS, Jack Ma juga menunjukkan keberpihakan pada pemerintah Cina dengan menarik janjinya untuk membuka satu juta lapangan pekerjaan di AS beberapa bulan lalu.

Menggurita

Sejak membuka keanggotaan untuk kalangan bisnis pada 2001, PKC yang berdiri pada 1921 memang semakin padu bergerak bersama para konglomerat. Mengutip Hurun Report, Pada 2011, Forbes menyatakan bahwa 90 persen dari 1.000 orang terkaya di Cina adalah pejabat atau anggota PKC.

Dari 10 orang terkaya dalam daftar Hurun Report 2018, ada dua konglomerat lain yang merupakan anggota PKC, yakni Wang Jianlin (Dahlian Wanda Group) dan Xu Jiayin (Evergrande Group). Kedua perusahaan bergerak di bidang properti.

Jianlin punya ribuan bioskop di seluruh dunia dan telah berinvestasi dalam sejumlah proyek real estate di berbagai benua. Beberapa kerabat para politikus Cina dan rekan bisnis mereka juga menguasai sejumlah besar saham di perusahaan milik Jianlin.

Strait Times mencatat, Xu Jiayin, orang terkaya di Cina versi Hurun Report pada tahun 2017, adalah anggota Chinese People’s Political Consultative Conference alias badan penasihat tertinggi PKC. Xu memang memiliki kepercayaan kuat kepada pemerintahan Presiden Cina Xi Jinping.

Infografik Jack ma dan partai komunis

“Kami percaya bahwa di bawah kepemimpinan yang kuat dari Komite Sentral Partai dengan Sekretaris Jenderal Xi Jinping sebagai pusatnya, kita akan memenangkan pertempuran melawan kemiskinan,” ucap Xu dalam sebuah acara publik pada awal 2017. Saat itu, ia masih menjalankan fungsinya sebagai anggota badan penasihat PKC.

Xu dan Jack Ma sama-sama memiliki saham di sebuah klub sepakbola di Guangzhou. Proses penjualan saham klub oleh Xu kepada Ma berlangsung sangat cepat, seolah menunjukkan kedekatan kedua konglomerat.

Menimbang kiprah Jack Ma dan Jianlin, pengaruh PKC melalui jaringan pebisnisnya secara tidak langsung telah menggurita di seluruh dunia. Jack Ma sendiri selama ini telah menjadi, mengutip Financial Times, duta besar soft power pemerintah Cina.

Ma tidak hanya telah menjadi konsultan dan pemodal untuk para pebisnis muda di Afrika dan membuka zona bebas untuk perdagangan digital di Malaysia. Ia juga bertindak sebagai konsultan informal untuk Perdana Menteri Inggris Raya Theresa May. Perlu dicatat pula bahwa Jack Ma telah ditunjuk sebagai penasihat e-commerce untuk Indonesia.

Baca juga artikel terkait ALIBABA GROUP atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Politik
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Windu Jusuf