tirto.id - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, meminta publik agar lebih berhati-hati dalam melontarkan kalimat gurauan, apalagi sudah menyangkut adat dan nilai budaya seseorang.
Hal ini menanggapi candaan komika Pandji Pragiwaksono yang dinilai melecehkan adat Toraja melalui materi stand up comedy yang dibawakannya. Pandji pun dijatuhi sanksi adat oleh lembaga adat Tongkonan Adat Sang Torayan (TAST) berupa masing-masing 48 ekor kerbau dan babi, serta uang senilai Rp2 miliar.
“Ya jadi lagi-lagi saya sampaikan bahwa bercanda boleh tetapi ada batasannya karena masing-masing daerah memiliki adat istiadat, memiliki etika, memiliki budaya tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain,” kata Lalu kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Politikus PKB itu mengimbau bagi siapapun, baik publik figur, artis, hingga politisi, agar lebih bijak dalam bertutur kata, terutama membahas tentang adat dan budaya dari suatu daerah.
Jangan sampai, kata Lalu, kemudian gurauan yang dilontarkan untuk seseorang sampai menyinggung hal-hal yang personal dan sakral seperti adat dan budaya.
“Sehingga saya berharap siapapun baik politisi, publik figur, artis dan sebagainya ketika ingin mengomentari adat istiadat atau budaya yang dimiliki oleh suatu daerah tolong jangan berlebihan sehingga menimbulkan ketersinggungan,” ucapnya.
Lalu kemudian merasa prihatin dengan apa yang dirasakan masyarakat Toraja usai mendengar gurauan Pandji. Dia berharap persoalan ini bisa diselesaikan dengan cara yang baik.
“Nah tentu kita semua prihatin, nah sekarang ya kita serahkan kepada para teman-teman dan tokoh yang ada di Toraja tentunya bagaimana langkah-langkah tetapi sekali lagi mohon ini diselesaikan secara kekeluargaan,” tutur Lalu.
Sebagai informasi, materi Pandji Pragiwaksono yang dinilai melecehkan adat suku Toraja adalah candaannya mengenai prosesi pemakaman Rambu Solo. Dalam adat istiadat suku Toraja di Sulawesi Selatan, Rambu Solo dilakukan dengan menggelar sejumlah upacara yang melibatkan penyembelihan kerbau belang, kerbau biasa, juga babi.
Upacara ini kerap kali dilakukan dengan biaya yang besar karena jumlah hewan yang dikorbankan dalam prosesi ini bisa mencapai puluhan hingga ratusan ekor. Pandji Pragiwaksono memotret besarnya biaya tradisi Rambu Solo itu dalam materi stand-up comedy-nya.
Di atas panggung acara "Mesakke Bangsaku", Pandji menjelaskan bahwa adat ini bisa membuat orang Toraja jatuh miskin setelah menggelar upacara tersebut.
"Di Toraja ... kalau ada anggota keluarga yang meninggal, makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya," kata Pandji dalam acara tersebut.
Ia kemudian melanjutkan candaannya itu dengan menggambarkan orang Toraja yang tidak mampu mengadakan pesta itu. Menurutnya, di sana ada praktik membiarkan jenazah karena tidak mampu membayar biaya pesta.
"Misalnya anggota keluarganya meninggal, enggak punya duit nih, jenazahnya ditaruh aja di ruang TV, di ruang tamu gitu aja," katanya.
Dua pernyataan Pandji Pragiwaksono itulah yang dinilai Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI), telah melecehkan adat Toraja.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher
Masuk tirto.id


































