tirto.id - Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menargetkan bertambahnya startup di Indonesia yang bergelar Unicorn. Hingga kini pemerintah mencatat 4 startup di Indonesia yang telah menyandang gelar unicorn.
Unicorn merupakan gelar yang diberikan pada suatu startup yang memiliki nilai valuasi (nilai dari suatu startup, bukan sekedar pendanaan yang diraih dari investor) lebih dari $1 miliar. Empat startup Unicorn di Indonesia ialah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
"Saya optimis di akhir 2019 kami akan punya 5 unicorn," ucap Rudiantara selaku Menteri Komunikasi dan Informatika di Hotel Shangri-La pada Selasa (13/11) lalu.
Optimisme Rudiantara mengarah pada dua bidang startup yang kini belum begitu berkembang yaitu pendidikan dan kesehatan. Menurut Rudiantara, kedua bidang itu sangat menjanjikan lantaran besaran anggaran APBN yang dihabiskan keduanya tergolong besar.
Menanggapi hal itu, Tomy Yunus Tjen selaku pendiri Squline yang bergerak di bidang pendidikan bahasa mengaku optimis dengan hal tersebut. Menurutnya, sektor pendidikan cukup strategis sebab pertumbuhan anggaran pendidikan selalu naik dari tahun ke tahun dan hampir setiap orang mengenyam pendidikan.
Akan tetapi, Tomy mengaku masih menemui kendala lantaran dibanding startup lainnya yang bergerak di bidang transportasi dan e-commerce, startup di bidang pendidikan dan kesehatan masih belum lumrah bagi masyarakat.
Tantangannya, pendiri startup di bidang ini masih harus berupaya untuk mendidik pasar. Tomy juga berharap pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Kesehatan menjadi yang terdahulu untuk berinisiatif membiasakan kehadiran startup di kedua bidang tersebut.
Untuk mencapai target, Kominfo telah mengupayakan pengembangan bakat di bidang digital. Menurut Rudiantara perusahaan kerap mengeluhkan kurangnya insinyur dan teknisi yang menguasai bidang digital sehingga seringkali perusahaan mengaku terpaksa mengimpornya dari luar negeri.
Kerja sama Kominfo dengan perusahaan ternama seperti Microsoft juga telah dilakukan melalui NextICorn yang berupaya menyaring 1.000 pendiri startup yang dianggap berbakat di bidangnya.
Mereka yang terpilih akan diberikan kesempatan untuk menghadiri pertemuan yang difasilitasi pemerintah untuk mempertemukan pendiri startup dan investor.
Kominfo juga telah mempersiapkan sejumlah inisiatif untuk mendorong pertumbuhan jumlah startup di Indonesia. Salah satunya pendirian startup di Indonesia tidak diharuskan memiliki lisensi.
Mereka yang ingin mendirikan hanya cukup melakukan pendaftaran di Kominfo. Rudiantara menilai karena jumlahnya masih sedikit, ia berharap semakin banyak startup yang bertumbuh.
"Simplified everything untuk startup. Tidak perlu diatur," ucap Rudiantara.
Selain itu, Rudiantara mengatakan pemerintah tengah berupaya mempercepat tersedianya akses internet di sejumlah daerah. Menurutnya, Indonesia memiliki banyak sekolah, desa, dan kantor polisi yang tidak terkoneksi Internet.
Karena itu, pemerintah akan mengupayakan pemansangan jaringan internet dengan bantuan teknologi high thoroughput satellite sebab tidak memungkinkan untuk menggunakan kabel serat optik.
"Bagaimana mereka dapat beroperasi dengan baik. Kami harus mengkoneksikan titik-titik itu. Tidak ada lagi daerah yang tidak akan terhubungkan dengan internet kecepatan tinggi," jelas Rudiantara.
Hal tersebut disampaikan Rudiantara pada Asian Digital Start Up Forum 2018. Rudiantara hadir sebagai pembicara kunci. Ia pun mengatakan pemerintah menyambut baik kesempatan investor asing untuk masuk dan mendanai startup Indonesia.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dipna Videlia Putsanra