tirto.id - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menginginkan ada satu lagi perusahaan startup yang mampu memiliki nilai valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS atau Unicorn pada 2019. Adapun nilai valuasi itu merupakan nilai dari startup dan bukan hanya sekadar pendanaan yang diraihnya dari investor.
Rudiantara pun mengaku tidak memilih perusahaan startup tertentu untuk kemudian diarahkan agar menjadi “Unicorn”, bergabung dengan Go-Jek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia., yang lebih dulu menyandang status unicorn.
“Itu tidak bisa ditetapkan pemerintah karena itu kan merupakan transaksi bisnis. Tapi kalau saya sih, mudah-mudahan ada satu lagi, jadi bisa ada lima atau lebih pada akhir 2019 nanti,” kata Rudiantara di Djakarta Theater, Jakarta pada Minggu (28/10/2018).
Kendati menyebutkan bahwa pemerintah tidak bisa mengintervensi keputusan bisnis pada perusahaan startup, namun Rudiantara mengklaim apabila pemerintah menyediakan fasilitas agar perusahaan startup terus berkembang. Ia pun mengindikasikan pemerintah cenderung mendukung perkembangan perusahaan startup melalui sejumlah kebijakan yang diterbitkan.
Menurut Rudiantara, dukungan pemerintah itu dilakukan karena pemerintah menginginkan adanya 1.000 perusahaan startup digital hingga 2030. Untuk bisa mencapai keinginan tersebut, Rudiantara menekankan pentingnya pengembangan terhadap sumber daya manusia yang ditaksir jumlahnya mencapai 20 ribu orang.
“Karena kalau tidak [didorong], kita ini terlambat karena sumber daya manusia itu menjadi isu utama dalam pengembangan ekonomi digital, di samping kami juga mendorong munculnya sejumlah “Unicorn” lain,” ujar Menkominfo.
Masih dalam kesempatan yang sama, pendiri Northstar Group Patrick Walujo menyebutkan bahwa ada sejumlah perusahaan startup yang secara prospek bisnis berpotensi menjadi “Unicorn”. Northstar Group sendiri merupakan perusahaan pengelola dana yang telah bekerjasama dengan “Unicorn” di tanah air.
Patrick lantas menyebutkan bahwa perusahaan startup seperti Ruangguru dan Halodoc memiliki peluang, mengingat posisi masing-masingnya saat ini yang sudah besar di sektor pendidikan dan kesehatan. Kendati demikian, Patrick sempat mengingatkan bahwa tantangan yang harus dihadapi perusahaan startup sekarang ini terkait dengan kesediaan tenaga ahli yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan.
“Kami susah memprediksi seberapa cepat, namun kalau dari prospek bisnis memang banyak yang prospektif. Untuk mengatasi kekurangannya di tenaga ahli, kami sangat mendukung program vokasi dari pemerintah,” ucap Patrick.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH
