tirto.id - Sekretaris Fraksi PPP DPR RI, Achmad Baidowi, mempertanyakan penanganan COVID-19 oleh pemerintah karena kasus positif kian meningkat hingga menyentuh 100.000 kasus pada Senin (27/7/2020) lalu.
Tak hanya itu, Awiek, sapaan akrabnya, juga menilai banyak klaster baru di ranah kantor-kantor pemerintah menjadi bukti kalau pemerintah tak berhasil edukasi pegawainya sendiri.
"Potensi bertambahnya laju peningkatan itu juga semakin terlihat setelah munculnya banyak klaster penularan baru. Di Jakarta misalnya baru-baru ini ditemukan kluster 59 klaster perkantoran dengan jumlah kasus positif Corona sebanyak 375 pegawai," kata Awiek lewat keterangan tertulisnya, Kamis (30/7/2020) sore.
"Mirisnya, sebagian besar berasal dari perkantoran pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemda. Ini menunjukkan bahwa pemerintah sendiri kurang berhasil dalam mengedukasi pegawai mereka," lanjutnya.
Awiek mengatakan pemerintah perlu memiliki langkah luar biasa untuk mencegah atau minimal memperlambat penularan COVID-19 di negeri ini. Apalagi, katanya, rata-rata kematian di Indonesia yang sebesar 4,7 persen juga jauh di atas rata-rata kematian dunia yang masih sebesar 4,2 persen.
Ia menilai langkah luar biasa dan kreatif harus dilakukan pemerintah khususnya untuk menyadarkan masyarakat agar mengikuti protokol kesehatan.
"Jika tidak, maka bukan tidak mungkin angka kematian di Indonesia akan meningkat dan melampaui negara lain yang lebih dahulu mengalami masalah dengan corona, dan ini sama-sama tidak kita inginkan," kata Awiek.
Sebelumnya, Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah mengkonfirmasi perkantoran di DKI Jakarta telah menjadi klaster penularan. Ia mengakui ada kenaikan kasus di wilayah perkantoran, hanya saja detailnya akan dikonfirmasi ulang ke kantor terkait.
Bahkan, sebagian besar merupakan kantor kementerian dan lembaga negara.
"Memang terjadinya peningkatan kasus di wilayah perkantoran, namun angka pada slide tersebut masih ada yang perlu di-update dan diverifikasi," kata Dewi saat dikonfirmasi, Senin (27/7/2020).
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Reja Hidayat