Menuju konten utama

Kisah WNI Soal Isu Kericuhan di TPS KBRI Malaysia

Pada sebuah video saat pencoblosan, sempat terjadi kericuhan di luar TPS KBRI Malaysia dengan meneriakkan masuk dan yel-yel pasangan nomor urut dua.

Kisah WNI Soal Isu Kericuhan di TPS KBRI Malaysia
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menunggu saat mengurus paspor di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (11/4). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.

tirto.id - Pada sebuah video saat pencoblosan, sempat terjadi kericuhan di luar TPS KBRI Malaysia dengan meneriakkan masuk dan yel-yel pasangan nomor urut dua.

Namun, menurut salah satu WNI yang memberikan suara di KBRI Kuala Lumpur pada Minggu (14/4/2019), Yoga, tidak ada kericuhan dalam kerumunan itu. Pasalnya, mereka yang sudah coblos tidak langsung pulang melainkan kumpul bersama teman-teman sehingga terlihat ramai.

"Ramai karena pada enggak mau pulang, mau kumpul dulu dengan teman-temannya. Teriakin yel-yel masing-masing kubu," kata Yoga, saat dikonfirmasi melalui telepon Whatsapp, Jakarta, Senin (15/4/2019).

Menurutnya, kedua kubu sah-sah saja menyampaikan pendapat karena pesta demokrasi sedang dijalankan WNI di luar negeri. Ia sempat khawatir dengan membludaknya pengunjung di KBRI, bahkan sampai menutup jalan. Namun, proses pencoblosan di tiga TPS tersebut berjalan aman.

Kata Yoga, antusias WNI mencoblos di Kuala Lumpur sangat tinggi dalam pesta demokrasi 5 tahun sekali.

Ia menceritakan terkait tiga TPS di Kuala Lumpur yakni TPS KBRI Malaysia, TPS Sekolah Indonesia dan TPS Rumah Dubes-Wisma Duta. Sejak pagi, ia ingin memilih tapi melihat kondisi kepadatan TPS terlebih dahulu. Di TPS KBRI Malaysia paling banyak antrean pemilihnya, disusul TPS Sekolah Indonesia dan TPS Rumah Dubes.

Yoga sendiri mendatangi TPS Sekolah Indonesia pada pukul 17.00 WIB, meskipun pembukaan TPS dimulai pada pukul 09.00 WIB. Hal itu dilakukan untuk menghindari antrean panjang bagi pemilih. Yoga bilang dari awal datang sampai dengan selesai coblos ia membutuhkan waktu 20 menit.

Selain itu, keputusannya memilih TPS Sekolah Indonesia untuk mengantisipasi kerusuhan akibat video, surat suara yang tercoblos pasangan presiden nomor urut 01, caleg Nasdem David Kirana dan caleg dari Partai Demokrat IR H Mariana Harahap di Selangor, Malaysia.

Dalam video tersebut, memang ada ancaman dari salah satu pendukung presiden nomor urut 02 untuk menduduki KBRI jika video ini tidak diviralkan dan dihentikan.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2019 atau tulisan lainnya dari Reja Hidayat

tirto.id - Politik
Reporter: Reja Hidayat
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Maya Saputri