Menuju konten utama

Kisah Theodore Roosevelt yang Mengilhami Lahirnya Teddy's Bear

Teddy's Bear, karakter beruang yang jadi boneka populer di seluruh dunia, ternyata punya kaitan dengan Presiden AS, Theodore Roosevelt.

Kisah Theodore Roosevelt yang Mengilhami Lahirnya Teddy's Bear
Seekor beruang coklat terlihat dalam kandang beruang di desa Berezivka, dekat Zhytomyr, Ukraina, Selasa (15/8). ANTARA FOTO/REUTERS/Gleb Garanich

tirto.id - Beruang termasuk binatang yang berbahaya bagi manusia. Seekor beruang jantan dewasa bisa memiliki berat hingga 116 kilogram. Dengan berat badan sebesar ini, beruang mampu berlari hingga 50 kilometer per jam dan bergerak dengan lincah. Meskipun punya empat kaki, tetapi hewan berbulu tebal ini juga bisa berdiri menggunakan dua kaki. Setiap kakinya dilengkapi dengan telapak berkuku panjang dan tajam.

Kuku-kukunya adalah senjata baginya untuk memanjat pohon, merobek dan membunuh mangsa, juga menggali tanah. Gigi beruang berjumlah 32 hingga 42 buah tergantung spesiesnya dan meskipun berukuran kecil tetapi punya kekuatan untuk mengoyak lapisan daging.

Dengan rekam jejak sebuas ini, bagaimana bisa beruang berubah wujud menjadi boneka lucu berbulu tebal yang menemani anak-anak tidur dan bermain hampir di seluruh dunia? Bukan cuma itu, boneka beruang juga kerap menjadi hadiah yang dinantikan--sebuah simbol cinta dan kasih sayang--saat perayaan Valentine’s Day yang bersanding dengan coklat dan bunga.

Kisah Perburuan Theodore Roosevelt yang Gagal

Hanya berselang enam bulan setelah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-26, Theodore Roosevelt menghadapi sebuah krisis yang dipicu oleh pemogokan serikat pekerja tambang pada musim semi 1902. Para buruh menuntut jam kerja lebih pendek dan upah lebih tinggi sebagai respons atas surplus produksi batu bara.

Kesepakatan tak segera dicapai sedangkan musim dingin semakin dekat. Roosevelt kemudian mengambil jalan tengah dengan mengancam akan mengirim pasukan militer guna mengambil alih tambang batu bara. Selama musim gugur, Roosevelt bertemu dengan perwakilan serikat pekerja dan pemilik tambang hingga akhirnya tercapai kesepakatan pada Oktober 1902.

Roosevelt memutuskan untuk berlibur setelahnya dengan menerima undangan berburu dari Gubernur Mississippi Andrew Longino. Sebetulnya, Longino juga punya agenda sendiri dengan mengundang Roosevelt. Dia saat itu tengah menghadapi sentimen dari lawan politiknya, James Vardaman yang sangat rasis. Longino berharap kehadiran Roosevelt bisa mengamankan posisinya dalam melawan James Vardaman.

Roosevelt dan Longino pun bertemu pada pertengahan November 1902. Seorang mantan budak kulit hitam bernama Holt Collier kemudian ditugaskan untuk memandu agenda perburuan mereka. Siapa menyangka, agenda ini menjadi awal mula bagaimana boneka beruang diproduksi massal dan tersebar hingga ke seluruh dunia.

Smithsonian Magazine dalam sebuah laporan menulis, Collier awalnya merancang agar piknik berburu itu berlangsung selama 10 hari. Tetapi, Roosevelt tak sabaran. Dia ingin segera melihat beruang sejak hari pertama. Tentu saja keinginan itu tak terwujud. Tapi di hari kedua, anjing-anjing pemburu milik Collier mengendus seekor beruang, membikin Roosevelt dan seluruh pasukan berburu di bawah arahan Collier merangsek masuk ke dalam hutan, berpacu dengan lumpur dan semak belukar.

Setelah berjam-jam melakukan pengejaran, anjing-anjing Collier mulai menyalak. Mereka menemukan seekor beruang berwarna hitam tua yang terpojok di dalam lubang berair. Namun, sebelum Collier sampai di lokasi, seekor anjingnya mati tercabik-cabik.

Murka dengan kematian binatang kesayangannya, Collier mengambil senapan dan menembak beruang itu tepat di bagian kepala. Dia lantas mengikat beruang itu ke pohon sambil menunggu Roosevelt tiba. Collier pun menghadiahkan binatang buas itu kepada Roosevelt namun pria yang kerap disapa Teddy itu menolak mentah-mentah.

Menyaksikan seekor beruang berdarah-darah dengan napas tersengal dan diikat ke pohon, Teddy menolak “hadiah” dari Collier dengan alasan perburuan semacam itu sangat tidak sportif. Penolakan Teddy pun segera menjadi perbincangan di seantero AS setelah Clifford K. Berryman, seorang kartunis menginterpretasikan ulang cerita itu ke dalam komik bernada satir yang terbit di koran Washington Post edisi 17 November 1902.

Keberuntungan Keluarga Michtom dan Lahirnya Ideal Toy Company

Kabar mengenai perburuan Teddy yang gagal sampai juga ke telinga pasangan suami istri Morris Michtom dan Rose Michtom. Dua sejoli itu mengelola toko permen di Brooklyn, New York. Tersentuh dengan cerita Teddy yang menolak menembak seekor beruang tak berdaya, Rose pun mulai menjahit boneka beruang semalam suntuk dengan kain beludru yang halus dan mewah untuk anaknya.

Namun, boneka itu justru menarik perhatian banyak pengunjung ketika mereka tidak sengaja melihatnya. Ini memberikan ide kepada Rose dan Morris untuk menjual boneka itu dalam skala besar apalagi dengan kisah perburuan Teddy yang kian populer. Rose dan Morris pun sepakat menamai boneka itu Teddy’s Bear, beruang Teddy. Namun, sebelum memproduksinya secara massal, mereka mengirim surat kepada Roosevelt untuk meminta izin menggunakan namanya.

Respons Roosevelt sebetulnya tidak begitu positif. Alih-alih menunjukkan antusiasme, Roosevelt menulis dalam surat balasannya: dia tak masalah jika pasangan Morris dan Rose menamai boneka beruang mereka dengan namanya, tapi dia ragu itu akan membuat perbedaan.

Lebih dari seratus tahun kemudian, kita tahu keraguan Roosevelt sangat amat meleset. Teddy’s Bear kini bahkan telah menjadi kenangan manis bagi sebagian anak-anak dan muda-mudi yang dimabuk cinta. Pada tahun 1907, Ideal Novelty and Toy Company resmi berdiri dan mulai memproduksi massal boneka beruang yang sekarang kita kenal sebagai Teddy’s Bear. Perusahaan itu berubah nama menjadi Ideal Toy Company pada 1938 ketika Morris wafat dan posisinya digantikan oleh kemenakannya, Abraham Katz.

Teddy’s Bear mendapat momentum keberuntungan–katakanlah sekali seumur hidup–ketika pada tahun 1904, Roosevelt mengadopsi boneka ini sebagai simbol Partai Republikan. Setali tiga uang, boneka ini juga memperoleh popularitasnya berkat gempuran media massa. The New York Times bahkan punya kolom komik strip khusus bernama “The Roosevelt Bears” yang beroperasi selama bertahun-tahun.

Seakan gayung bersambut, pada tahun 1906, kebun binatang Bronx di New York kedatangan dua ekor beruang yang kemudian juga diberi nama “Roosevelt Bears” masing-masing bernama Teddy B dan Teddy G. Histeria pun segera menyergap anak-anak di seluruh penjuru New York. Mereka terobsesi dengan boneka beruang hingga benda ini jadi salah satu mainan yang wajib dimiliki anak-anak saat itu. Sebuah rentetan momentum yang menjadikan Ideal Toy Company memperoleh kemenangannya.

Menyulut Pro Kontra, Dituduh Memberangus Naluri Keibuan

Kembali ke era 1900-an ketika boneka Teddy’s bear pertama kali diproduksi massal, di era ini teori-teori konspirasi bermunculan karena ide tentang supremasi kulit putih dibangun berdasarkan kecemasan dan ketakutan. Salah satu teori konspirasi yang paling absurd tapi kenyataannya dipercaya banyak orang adalah teori genosida kulit putih (white genocide) dan bunuh diri ras (race suicide). Teori ini muncul atas respons dari rendahnya tingkat kelahiran dan perkawinan campuran antara ras kulit putih dengan ras kulit berwarna.

Boneka Teddy’s Bear juga sempat merasakan getahnya gara-gara teori ini. Big Think melaporkan, akibat popularitas boneka ini, seorang pendeta bernama Michael G. Esper pernah berkhotbah bahwa boneka beruang Teddy telah mendorong terjadinya bunuh diri ras dan mengancam naluri keibuan perempuan.

Apabila ditarik, pernyataan ini sebetulnya tidak begitu mengherankan mengingat mainan anak-anak, boneka apalagi, telah dipisahkan peruntukannya bagi laki-laki dan perempuan akibat adanya pengkondisian gender. Dalam khotbahnya, pendeta Esper menuduh boneka Teddy’s Bear sebagai keburukan yang mengerikan yang menggantikan kebaikan daripada boneka-boneka lama.

Khotbah pendeta Esper memang tidak punya dasar yang kuat, tetapi apa yang dia katakan tak akan bergulir bagai bola salju tanpa pengaruh media cetak yang punya andil besar dalam memperkeruh situasi. Big Think mencatat, pada tahun 1907 saja, kurang lebih ada 108 berita yang beredar di 27 negara bagian yang mengutip perkataan pendeta Esper. Bahkan termasuk The Washington Post, yang memajang histeria kecemasan itu di halaman paling depan, sekalipun mereka adalah yang pertama mempopulerkan Teddy’s Bear.

Sampai saat ini, boneka beruang Teddy masih menjadi obsesi bagi banyak orang. Anak-anak muda–remaja pada umumnya–bahkan kerap menggunakan boneka ini sebagai bahasa cinta kepada pujaan hati mereka. Kalau perlu, makin besar bonekanya, makin besar rasa cintanya.

Lalu, bagaimana dengan beruang asli hasil buruan Collier yang dipersembahkan untuk Roosevelt? Smithsonian Institution, institusi yang menyimpan boneka Teddy’s bear pertama dari Ideal Toy Company mencatat, beruang tak berdaya yang diikat ke pohon itu mati di tangan Collier setelah dibunuh menggunakan sebilah pisau.

Baca juga artikel terkait TEDDYS BEAR atau tulisan lainnya dari Ruhaeni Intan

tirto.id - Humaniora
Kontributor: Ruhaeni Intan
Penulis: Ruhaeni Intan
Editor: Nuran Wibisono