Menuju konten utama

Kisah Ardian Syaf Setelah Dipecat Marvel, Kebanjiran Tawaran

Setelah dipecat oleh Marvel Comics, Ardian Syaf justru banjir tawaran membuat komik dari penerbit lain.

Kisah Ardian Syaf Setelah Dipecat Marvel, Kebanjiran Tawaran
Ardian Syaf, ilustrator penggambar latar asal Indonesia jadi perhatian dunia terkait aksi 212 dan Surat Al Maidah di komik Marvel. Foto/ardiansyaf.com

tirto.id - Setelah dipecat oleh perusahaan penerbit komik Marvel Comics, Ardian Syaf sempat jeda sejenak dari aktivitas membuat ilustrasi komik.

Namun, komikus kelahirang Tulungagung, Jawa Timur, ini berkeyakinan takdir macam itu sudah tersurat dan jadi bagian dari perjalanan hidupnya. Saat ditemui Antara di rumahnya di Desa Tenggur, Rejotangan, Kamis (13/4/), Ardian berkata tak mau larut dalam kesedihan.

Bahkan lulusan Desain Komunikasi Visual dari Universitas Negeri Malang ini enggan disebut trauma karena efek pemecatan Marvel Comics, sebuah perusahaan penerbit internasional yang merilis sejumlah serial superhero yang mendunia seperti Iron Man, Spider-Man, Hulk, X-Men, dan sebagainya.

Di serial-serial komik yang laris manis di seantero jagat itu, Ardian terlibat dalam penggarapannya bersama komikus internasional lain di bawah bendera Marvel Comics.

Aan, panggilan Ardian Syaf, percaya ada hikmah di balik pemecatan. Ia menyesali tetapi tetap ingin melihatnya dari sudut pandang positif.

"Saya sangat yakin ini ada hikmah tersembunyi yang saya belum tahu," katanya.

Aan berkeyakinan, sebagai muslim, ia tidak boleh berputus asa. Bapak satu anak ini percaya soal apa yang disebutnya "keseimbangan" hidup yang baru.

"Biarlah ini menjadi pelajaran bagi saya pribadi. Dan untuk yang lain, semoga tidak melakukan hal yang sama kalau tidak siap dengan risiko seperti ini," ujarnya.

Saat disinggung mengenai sisipan angka "QS 5:51" dan "212" di salah satu panel X-Men Gold #1, Aan bilang semula hanya iseng.

Ceritanya, ia baru mengikuti apa yang disebut "Aksi Damai #212" di Jakarta, 2 Desember 2016. Aksi itu adalah gelombang protes terhadap Gubernur Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama yang dituduh melakukan penistaan agama. Gara-gara Ahok mengutip Surat Al-Maidah ayat 51, sang petahana ini diproses pengadilan di tengah iklim pemilihan kepala daerah yang kini memasuki putaran kedua. Aan bertemu ribuan muslim di aksi itu dan ia pulang membawa kesan mendalam.

Itu mendorong naluri seninya, demikian Aan, dan saat melanjutkan ilustrasi grafis superhero serial terbaru X-Men Gold #1 di meja kerja rumahnya, ia tergerak mengabadikan kesan mendalam itu.

Alhasil, ia menorehkan kombinasi "QS 51:5" dan kode "212" di dua panel komik terbitan perusahaan Amerika tersebut.

Namun, bukan sekali ini saja Aan menyisipkan nuansa "Indonesia" pada karya pesanan dari perusahaan komik luar. Ia pernah menyisipkan baliho kampanye Jokowi di salah satu panel komik pada 2012.

Tindakan ini bikin heboh komunitas pencinta komik di Indonesia. Bedanya, "keisengan" pertama Aan direspons lebih moderat, alias aman-aman saja. Sebaliknya, yang terakhir, bikin geger warga internet.

"Sejak mulai muncul kontroversi itu, saya menyadari situasinya bakal menjadi fatal sehingga berujung pemecatan saya oleh pihak Marvel," tuturnya.

Tak berapa lama, Ardian Syaf pun dipecat pada 9 April lalu.

Pihak Marvel Comics, dalam rilis resminya, juga mengonfirmasi menarik panel-panel kontroversial yang ditorehkan Aan dalam serial X-Men Gold #1 tersebut.

Dikutip dari ComikBook.com, Marvel menyatakan: "Karya (Ardian Syaf) yang disisipkan dalam X-Men Gold #1 tanpa sepengetahuan. Pesan dalam karya itu tidak mencerminkan pandangan penulis, editor, atau orang lain di Marvel dan bertentangan dengan pandangan inklusif Marvel Comics dan apa yang menjadi pendirian X-Men sejak diciptakan. Karya seni itu akan dihapus di cetakan berikutnya, versi digital, dan lisensi. Kami akan mengambil tindakan disipliner (kepada Ardian Syaf)."

(Baca: Ardian Syaf, Etika Kerja, dan Ideologi Marvel)

Tak Berniat Rasis

Kendati secara sadar menyelipkan simbol "QS 51:5" dan "212" dalam panel serial terbaru superhero X-Men Gold #1, Ardian Syaf menegaskan ia bukanlah seorang rasis.

Ia juga tidak anti-Kristen maupun Yahudi. Logikanya, menurut Aan, bila ia rasis, ia tidak akan pernah bekerja di perusahaan komik internasional sekelas Marvel Comics dan DC Comics.

"Sejujurnya, saya tidak ada niatan lain kecuali hanya ingin menyimpan kenangan akan aksi 212 itu dalam karya saya," ujar Aan, yang dikenal di komunitas komik internasional sejak 2007 lewat debut menggarap Dresden Files yang diterbitkan Dabel Brothers.

"Sama sekali tidak ada niatan bahwa saya anti begini atau anti begini," kata Aan.

Saat keisengannya semata justru berkembang runyam, Aan bilang itu tidak pernah diduganya.

Ia bilang, ia pasti tak akan menyisipkan pesan pribadinya di luar koridor karya pesanan jika tahu bakal memicu polemik yang kini mengakhiri kariernya di Marvel Comics.

Kerja berdasarkan produk orang lain membuatnya berhati-hati, sebetulnya. Sebelum serial komik X-Men Gold #1 resmi terbit, Aan bilang telah mengunggah sebuah panel yang ada sentuhan dan pesan pribadinya itu ke laman fanpage Facebook dia.

Saat serial komik itu resmi dirilis pada Rabu (5/4/2017), pembaca dan penggemar merespons dengan ulasan dan apresiasi positif. "Bahkan beberapa negara itu masuk 'Comics of the Week' yang banyak diburu pencinta komik internasional," ujarnya. Pihak Marvel Comics pun secara terbuka mengucapkan selamat via email kepada tim komikus.

Tetapi situasi berubah mencolok pada Sabtu pagi (8/4/2017) saat ia membuka pesan elektronik. Aan mendapati sudah ada surat terbuka plus foto panel tempatnya menyisipkan logo "QS 51" dan "212".

Dari situlah awal kegaduhan dan akhir kariernya sebagai komikus di penerbit komik raksasa. "Sejak itu saya sadar karier saya bakal segera berakhir," ujarnya.

Banjir Tawaran Membuat Komik

Karier Ardian Syaf di Marvel Comics telah berakhir. Ia resmi dipecat melalui surel pada Senin (10/4/2017) pukul 03.00 pagi.

Itu membuatnya melepas sejenak dari aktivitas membuat ilustrasi komik. Ia ingin menenangkan diri. Namun, kata Aan, sejumlah tawaran dari penerbit lain justru berdatangan.

Tak hanya dari Indonesia, beberapa penerbit lebih kecil dan kelas menengah di Amerika Serikat, hingga dari Timur Tengah, mengabarinya ingin mengajaknya bekerjasama. Belum satu pun dari tawaran ini ia sambut, untuk sementara.

Ada juga tawaran dari banyak kolektor yang pengin membeli versi pensil alias asli untuk dua panel hasil sentuhan (pesan dan politik) Aan di serial X-Men itu. Tetapi sampai kini belum ia respons, betapapun katanya tawaran itu terus meningkat.

"Manajer saya menyarankan agar karya asli ilustrasi komik tokoh superhero di serial X-Men Gold #1 yang ada tulisan simbol 'QS 51:5' atau '212' (masing-masing) dijual seharga 3 ribu dolar AS. Namun saya belum bisa putuskan," katanya.

Aan bilang ia tidak begitu terobsesi menjual karyanya itu. Ia ingin menyimpannya sebagai kenangan yang kelak bisa terus jadi pengingat bagi dirinya. Termasuk, katanya, menjadi "prasasti" bagi anak-cucunya kelak.

========

Naskah mengalami revisi pada 14 April, 15:00

Baca juga artikel terkait KOMIK MARVEL atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri