Menuju konten utama

Di Dunia Rekaan Kazuki Takahashi, Siapa pun Bisa Jadi Pahlawan

Kazuki Takahashi menjalani awal karier yang terjal. Popularitas dan peruntungannya meledak setelah Yu-Gi-Oh! diserialisasikan.

Di Dunia Rekaan Kazuki Takahashi, Siapa pun Bisa Jadi Pahlawan
Header Mozaik Kazuki Takahashi Sang Kreator Yu-Gi-Oh. tirto.id/Ecun

tirto.id - Idenya sederhana: setiap orang punya privilese untuk jadi pahlawan. "Dalam sebuah permainan, sang pemain bisa jadi pahlawan. Dan itulah premis dasar untuk Yu-Gi-Oh!," sebut Kazuki Takahashi dalam wawancara dengan TIME for Kids pada 2002.

Ketika Dragon Ball tamat pada 1995, telah ada begitu banyak manga pertarungan yang beredar. Itu bikin Takahashi kesulitan menemukan sesuatu yang orisinal. Sampai akhirnya, dia menemukan kata kunci “permainan” sebagai dasar manga aksinya, saat karakternya tak perlu menonjok siapapun.

"Tokoh utama, Yugi, adalah seorang bocah laki-laki lemah dan kekanak-kanakan," sebut Takahashi. "Yang menjadi seorang pahlawan ketika dia dalam permainan."

Maka manga Yu-Gi-Oh! pun memulai debutnya pada 1996. Dengan awal sederhana, ia menggambarkan dunia yang berputar di sekitar teka-teki terkutuk dan artefak tinggalan Mesir Kuno. Selanjutnya, cerita berfokus pada permainan kartu yang menghidupkan iblis, naga, dan ksatria lintas mitologi dunia melalui sistem hologram.

Yu-Gi-Oh! kemudian menjadi kegemaran global yang melahirkan serial anime, buku, film, gim video, dan tentu saja permainan kartu. Karyanya berdampak dengan cara yang hanya bisa diimpikan oleh banyak pencipta. Yu-Gi-Oh!, menurut Fandom, lantas menjadi salah satu waralaba media paling laku di dunia yang sejajar dengan The Lord of the Rings dan James Bond.

Karya Takahashi telah menyentuh hati jutaan orang. Karenanya, ungkapan duka mendalam dari para penggemar membanjir kala kabar dirinya meninggal secara tragis pada 6 Juli 2022. Tubuhnya ditemukan di lepas pantai Nago, Prefektur Okinawa.

Dia dilaporkan sedang snorkeling dan meninggal karena sebab yang tak diketahui. Rincian lebih lanjut tentang kematiannya muncul di awal Oktober kemarin. Mayor Robert Bourgeau mengatakan kepada surat kabar militer Stars and Stripes bahwa Takahashi mencoba menyelamatkan seorang tentara AS, seorang gadis 11 tahun, dan ibunya yang terjebak arus laut.

"Anda sering memainkan permainan 'bagaimana jika' orang ini memiliki dampak besar pada dunia," kata Bourgeau tentang Takahashi dan keputusannya yang berani. "Dia pahlawan. Dia meninggal karena mencoba menyelamatkan orang lain."

Seperti si culun Yugi dari Yu-Gi-Oh! yang bisa jadi pahlawan, artis manga ini kini benar-benar dikenang sebagai pahlawan.

Awal yang Terjal

Takahashi tertarik menjadi seniman manga berkat kamishibai, pertunjukan dongeng jalanan. Kamishibai dilakukan oleh seorang narator yang melakukannya di sudut jalan dengan set papan bergambar. Beragam ilustrasi ditempatkan dalam perangkat seperti panggung mini dan mereka menceritakan kisah sambil mengubah tiap gambar.

Takahashi biasaa mendatangi pertunjukan kamishibai sejak duduk di bangku sekolah dasar. Selama pertunjukan, dia bertanya-tanya apakah lelaki tua yang menjadi narator itu juga menggambar semua ilustrasi sendiri.

Takahashi memang suka menggambar dan mulai menyusun manga saat SMA. Satu momen yang membuatnya makin yakin menjadi mangaka justru ketika seorang guru merendahkan hobinya itu dan membandingkannya dengan mesin toilet. Dia juga di tertawakan oleh teman-teman sekelasnya.

Ketika berusia 19 tahun, salah satu cerita manga Takahashi memenangkan kontes di majalah komik shonen (untuk remaja laki-laki). Pada 1981, Takahashi mengajukan manga one shot yang berjudul Ing! Love Ball dengan nama pena Hajime Miyabi. Karyanya ini memenangkan Shogakukan New Comic Award dan kemudian diterbitkan di Weekly Shonen Sunday.

Takahashi menganggap itu sebagai debutnya dan percaya jalannya menjadi mangaka akan mulus. Namun selama sepuluh tahun berikutnya, banyak ceritanya justru ditolak majalah komik. Takahashi yang saat itu bekerja di sebuah perusahaan game tetap bersikukuh pada cita-citanya untuk membuat manga.

Pada 1986, dia akhirnya debut serialisasi dengan Go-Q-Choji Ikkiman. Meski begitu, ini bukanlah karya orisinalnya, melainkan sebuah adaptasi dari anime olahraga. Manga ini diserialisasikan di Weekly Shonen Magazine yang diterbitkan Kodansha.

Pada 1990, Takahashi berhasil membuat sebuah draf manga 100 halaman dan 200 halaman sketsa. Dia lantas membawanya ke redaksi Weekly Shonen Jump. Seorang editor yang membacanya menilai draf itu terlalu panjang, tapi dia tetap membacanya sampai tuntas.

Dia tahu belaka bahwa Takahashi ingin membuat cerita pertarungan. Namun, dia menolak draf panjang itu pada akhirnya.

Meski draf panjang itu ditolak, Takahashi berhasil menerbitkan karya orisinal pertamanya, manga sekali tamat Tokio no Tsuma, pada tahun itu juga. Selanjutnya, jalannya mulai lempang.

Pada Desember 1991, karyanya Tennenshoku Danji Buray mendapat mendapat serialisasi. Cerita tentang Buray sang tukang pukul yang jatuh cinta pada biarawati ini tuntas pada Maret 1992 dalam 13 bab. Ia kemudian diterbitkan dalam dua volume tankoubon.

Yu-Gi-Oh! Mengubah Segalanya

Bagi Takahashi sendiri, sebagian besar karya-karya awalnya adalah manga yang "gagal total". Dia memang tak menemukan kesuksesan sampai 1996, ketika dia menciptakan Yu-Gi-Oh!.

Karya itu berasal dari ketertarikan personalnya pada permainan. Takahashi mengaku terobsesi sejak bocah dan masih tertarik sebagai seorang dewasa.

Pada tahap perencanaan awal, Takahashi sebenarnya ingin menggambar manga horor. Meski hasil akhirnya adalah manga tentang permainan, beberapa elemen horor jalas memengaruhi aspek tertentu dari cerita Yu-Gi-Oh!.

Dalam bab pembuka serial ini, kita bertemu Yugi Mutou, seorang bocah kutu buku yang lemah lembut. Dia amat terobsesi pada teka-teki dan permainan. Suatu ketika, Yugi diberi permainan teka-teki misterius yang disebut Millenium Puzzle oleh kakeknya.

Dikatakan bahwa orang yang bisa memecahkan teka-teki dari Mesir Kuno itu akan dikabulkan satu permintaannya. Keinginan Yugi sangat sederhana: seorang teman.

Namun ketika berhasil menyelesaikan teka-teki itu, Yugi justru mendapat kekuatan misterius Shadow Games. Dia dirasuki roh firaun misterius yang dijuluki Raja Permainan. Dengan kekuatan itu, Yugi bisa menghakimi kejahatan lewat beragam permainan terkutuk.

Sebagian besar dari 60 bab pertama Yu-Gi-Oh! berputar di sekitar Yugi yang menghadapi para berandalan atau kriminal. Mulanya, mereka merundung Yugi atau salah satu temannya. Selanjutnya, Raja Permainan bakal merasukinya dan dia mulai menantang perundungnya melakukan permainan terkutuk Shadow Game.

Begitulah jalan keadilan ditegakkan. Shadow Games cenderung merupakan duel sederhana unjuk kekuatan, keterampilan, atau stamina, dengan taruhan tinggi. Para perundung yang terpikat bertaruh selalu menemui akhir yang sama: kalah dan kena sial, bahkan didorong ke dalam kegilaan. Di sinilah elemen horornya tampak.

Permainan kartu yang sekarang identik dengan Yu-Gi-Oh! Awalnya hanyalah komponen kecil dari konsep asli serial ini. Itu hanyalah satu dari sekian banyak permainan yang ditampilkan Takahashi dalam manga-nya, mulai dari hoki meja sampai pertempuran yo-yo.

Permainan kartu baru menjadi sentral cerita setelah redaksi Shonen Jump menerima banyak sekali surat penggemar yang meminta agar permainan itu lebih sering ditampilkan. Takahashi lantas menyambut keinginan para penggemarnya.

Alih-alih menjadi manga petualangan yang dipenuhi momen-momen horor, Yu-Gi-Oh! berubah haluan menjadi kisah tentang permainan kartu yang disebut Duel Monsters.

Infografik Mozaik Kazuki Takahashi

Infografik Mozaik Kazuki Takahashi Sang Kreator Yu-Gi-Oh. tirto.id/Ecun

Permainan Kartu yang Menggila

“Pada saat itu, pertarungan untuk tempat tersisa Dragon Ball akan dimulai. Selama dua tahun, semua orang akan membandingkan seri mereka dan benar-benar hancur, sampai akhirnya saya selamat,” sebut Eiichiro Oda, pencipta One Piece, menggambarkan skena Shonen Jump di pertengahan 1990-an.

Selain Oda dengan kisah bajak lautnya, yang selamat dari angkatan ini adalah Takahashi. Salah satu indikator sebuah manga populer adalah diadaptasi jadi anime. Dari 4 April hingga 10 Oktober 1998, anime Yu-Gi-Oh! musim pertama tayang dengan mencakup banyak cerita awal Takahashi.

Meski anime Yu-Gi-Oh! musim pertama ini sukses di Jepang, ia dibiarkan tanpa rilis internasional. Ini karena adegan kekerasan yang cukup seringnya muncul. Padahal, versi anime ini sudah lebih diperhalus daripada versi komiknya. Alasan lain, ia belum berfokus pada permainan kartu yang terkenal itu.

Toei Animation kemudian memproduksi Yu-Gi-Oh! Duel Monsters yang ditayangkan di TV Tokyo dari April 2000 hingga September 2004.

Serial ini memiliki 224 episode. Ia mengikuti perjalanan Yugi untuk menjadi Raja Permainan sejati dan menyelamatkan dunia dari kekuatan perusak Alam Bayangan. Anime ini pun dirilis secara internasional. Di Indonesia, ia ditayangkan RCTI.

Sejak itu, waralaba Yu-Gi-Oh! Meledak. Ia kemudian menelurkan banyak judul spin-off, film, dan gim. Waralaba ini tidak hanya produktif, tapi bisa dibilang salah satu produksi animasi Jepang paling terkenal di dunia. Tak kalah dari Pokémon dan Dragon Ball.

Selain komik dan animenya yang sangat sukses, permainan Duel Monster pun tak kalah tenar dan adiktif. Pada Januari 2021, karti-kartu dari dari gim ini diperkirakan telah terjual lebih dari 35 miliar lembar di seluruh dunia dan meraup untung lebih dari 1 triliun yen (sekitar Rp100 triliun).

Yu-Gi-Oh! sekarang dianggap sebagai salah satu permainan kartu paling sukses sepanjang masa. Ia duduk di samping waralaba permainan trading card populer lainnya, seperti Pokémon dan Magic: The Gathering.

Selama bertahun-tahun, Konami terus menjadi tuan rumah acara Official Card Game (OCG) di Asia Timur dan Trading Card Game (TCG) untuk versi internasionalnya. Pada 2021, pesepak bola Antoine Griezmann diangkat sebagai duta Yu-Gi-Oh!. Dia mengaku menonton serial animenya ketika kecil. Namun, kontraknya diputus tak lama kemudian karena kedapatan berlaku rasis dalam satu video yang beredar.

Skena kompetitif Yu-Gi-Oh! masih berkembang hingga hari ini, dengan pengenalan kartu baru secara reguler, pembaruan mekanik, dan perkembangan akses permainan. Selain itu, Yu-Gi-Oh! masih memegang Guinness World Record sebagai trading card game terlaris.

Di Balik Panggung

Di balik kesuksesan Yu-Gi-Oh!, Takahashi sebenarnya adalah pria yang sangat tertutup. Dia memberikan sedikit wawancara atau detail tentang kehidupan pribadinya. Namun, banyak fan yang mengagumi ciptaannya dan merasa seolah-olah mengenalnya dengan cara yang istimewa.

Takahashi sesekali mengungkapkan pendapat politik lewat karya seninya. Misalnya, dia pernah mengepos gambar di Instagram, karakter-karakter Yu-Gi-Oh! yang mengkritik pemerintahan Shinzo Abe, dan meminta pengikutnya untuk "memilih keadilan" dalam pemilihan Dewan Penasihat 2019. Meski kemudian dia melayangkan permintaan maaf, pos tersebut tak dihapus.

Seperti banyak seniman hebat lainnya, karya Takahashi berhasil menarik minat jutaan orang. Baik melalui karakternya atau mitologi Mesir dan permainan kartu yang dia hasilkan. Warisannya pasti akan terus berdampak pada mereka yang memiliki hasrat pada manga, anime, dan permainan.

Yang terpenting, pesannya bahwa siapa pun bisa menjadi pahlawan bakal terus bergema.

Ketika berita kematiannya muncul Juli lalu, semua mangaka di Shonen Jump mengirim pesan mingguan mereka di edisi terbaru majalah untuk memberi penghormatan pada sang “pahlawan”.

Oda memulai dengan mengatakan, "Yu-Gi-Oh! adalah sebuah revolusi manga!! Fan akan selalu bersenang-senang di dunia yang Takahashi Sensei ciptakan. Beristirahatlah dengan tenang!"

Baca juga artikel terkait YU-GI-OH atau tulisan lainnya dari Arif Abdurahman

tirto.id - Humaniora
Kontributor: Arif Abdurahman
Penulis: Arif Abdurahman
Editor: Fadrik Aziz Firdausi