tirto.id - Pemilihan Presiden Filipina 2022 diwarnai dengan tragedi mengerikan. Menurut berita terbaru, tiga petugas keamanan tewas setelah ditembak orang bersenjata di tempat pemungutan suara (TPS) Filipina selatan.
New Straits Times melaporkan, pemilu di Filipina memang cukup rawan karena undang-undang senjata yang longgar dan budaya politik yang keras meskipun polisi mengatakan pemilu tahun ini relatif damai.
Penembakan mematikan itu terjadi tak lama setelah pemungutan suara berlangsung di kotamadya Buluan di Pulau Mindanao. Itu adalah tempat kelompok bersenjata tumbuh subur.
Kronologi Penembakan 3 Petugas Keamanan di Filipina
Menurut keterangan mantan walikota Ibrahim Mangudadatu kepada AFP, pemerintah setempat menggunakan sekolah untuk tempat pemungutan suara. Ketika penembakan dimulai, orang-orang yang berada di ruangan langsung berlari mencari perlindungan.
Sementara itu, seperti dikutip The West Australian, para korban yang meninggal dalam serangan itu adalah petugas keamanan yang ditugaskan untuk mengamankan pemungutan suara.
Kolonel Cristo Lagyup, juru bicara polisi daerah, mengatakan tidak ada tersangka yang diidentifikasi dalam penembakan itu.
"Pemungutan suara terus dilakukan di daerah," katanya.
Sedangkan menurut juru bicara kepolisian provinsi Maguindanao Mayor Roldan Kuntong, seorang penjaga keempat terluka dalam serangan itu.
Peristiwa itu terjadi setelah lima granat meledak di luar sebuah tempat pemungutan suara di kotamadya Datu Unsay pada Minggu malam sehingga menyebabkan sembilan orang terluka.
Beberapa menit setelah serangan itu, sebuah granat kembali meledak di kota tetangga Shariff Aguak, namun tidak ada korban jiwa. Kedua kota tersebut juga berada di provinsi Maguindanao.
Polisi mengatakan, para korban granat telah berjalan dari desa pegunungan terpencil mereka untuk memberikan suara di balai kota di Datu Unsay ketika tempat pemungutan suara dibuka di seluruh negeri pada Senin pagi.
“Adalah kebiasaan mereka untuk turun lebih awal dari desa mereka yang jaraknya delapan hingga 12 jam berjalan kaki,” kata Kuntong.
Editor: Iswara N Raditya