Menuju konten utama

Kim Jong-un Yakin Korea Utara Bisa Mandiri Secara Ekonomi

Presiden Korut Kim Jong Un mengatakan ia akan membuktikan bahwa mereka bisa mandiri secara ekonomi. 

Kim Jong-un Yakin Korea Utara Bisa Mandiri Secara Ekonomi
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melambaikan tangannya saat ia tiba di stasiun kereta Dong Dang, Vietnam, di perbatasan dengan China, Selasa (26/2/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Athit Perawongmetha/cfo

tirto.id - Korea Utara perlu memberikan pukulan terhadap mereka yang mengenakan sanksi internasional kepada negara, dengan cara membuktikan diri bahwa mereka bisa mandiri secara ekonomi, kata kim Jong-un.

Kim Jong-un memberikan pernyataan tersebut pada Kamis (11/4/2019) kepada Korean Central News Agency (KCNA).

Sebelumnya, Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in dan Donald Trump baru saja bertemu di Washington, Amerika Serikat.

Kim mengatakan bahwa ia akan membuat usaha dua kali lipat untuk mendukung perekonomian negara secara mandiri.

Ia mengatakan, seperti dilansir Aljazeera akan “memberikan pukulan jitu kepada para musuh yang salah mengira bahwa sanksi akan membuat Korea Utara bertekuk lutut.”

Pernyataan ini merupakan pernyataan resmi Kim setelah gagal menemui kesepakatan dengan Trump di KTT Hanoi, Vietnam Februari lalu.

Di samping itu, komentar ini juga menjadi sinyal bahwa Korea Utara akan fokus pada perkembangan ekonomi setelah gagal dalam upaya pembebabasan sanksi internasional.

Media pemerintahan Korea Utara telah melaporkan kunjungan Kim ke empat proyek ekonomi dalam lima hari, termasuk renovasi department store, resor turis, dan pusat ekonomi dekat perbatasan Cina.

Pada Rabu (10/4/2019), Kim menyebut kata: "kemandirian” selama paling tidak 27 kali dalam pidatonya di Komite Sentral Partai.

Salah satunya adalah ia menyebutkan, “kemandirian dan swadaya ekonomi adalah landasan bagi paham sosialisme kita, dimotivasi oleh kekuatan untuk meningkatkan dan mengembangkan dan mempertahankan nasib penting revolusi kita.”

“Korea Utara membuat kesalahan fatal di Hanoi dengan mengatakan tumit achilles (kelemahan)-nya adalah di sanksi internasional,” kata Hong Min, Direktur di kantor penelitian Korea Institute for National Unification (KINU) kepada reporter Aljazeera.

Melansir CNBC, Shin Beom-chul, senior Program Studi Kebijakan Negara di Asan Institute, Seoul mengatakan bahwa yang dimaksud oleh Kim sebagai musuh bukan saja AS yang menolak mengangkat sanksi internasional terhadap Korut, tetapi juga setiap pihak yang mendukung langkah AS.

“Korea Utara akan mengambil langkah independen sampai AS menawarkan untuk pengangkatan sanksi. Jika kamu mempertahankan sanksi, maka kamu musuh, sebaliknya jika kamu meringankan sanksi, maka kamu bukan [musuh].”

Baca juga artikel terkait KRISIS EKONOMI atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Politik
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yandri Daniel Damaledo