Menuju konten utama

Kim Jong-Un Tunjuk Adik Perempuannya Pegang Kekuasaan Korut

Promosi Kim Yo-jong dipandang sebagai tanda bahwa dia dipercaya. Adik perempuan Kim Jong-un itu kini menjadi salah satu wanita paling kuat dan berpengaruh di Korea Utara.

Kim Jong-Un Tunjuk Adik Perempuannya Pegang Kekuasaan Korut
Kim Jong un bersama adik perempuannya Kim Yo-jong. Foto: KCNA/EPA

tirto.id - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mempromosikan adik perempuannya ke elite politik kuat negara itu dan mengkonsolidasikan posisinya sebagai salah satu wanita paling berpengaruh.

Kim Yo-jong, demikian nama adik perempuan Kim, telah menjadi anggota alternatif dari badan pembuat keputusan utama, kata media pemerintah Korea Utara melaporkan pada Minggu (8/10/2017).

Langkah tersebut menunjukkan bahwa Kim Yo-jong telah menggantikan bibinya, Kim Kyong-hee, yang sebelumnya sebagai pengambil keputusan utama ketika pemimpin Korut Kim Jong-il, masih hidup.

"Ini menunjukkan bahwa rekam jejak dan pengalamannya jauh lebih substantif daripada yang diyakini sebelumnya. Ini adalah konsolidasi lebih lanjut dari kekuatan keluarga Kim," kata Michael Madden, seorang ahli Korea Utara, seperti dikutip The Guardian.

Perubahan personel tersebut diumumkan setelah pertemuan komite pusat negara dari partai pekerja yang berkuasa. Dalam pertemuan itu, Kim juga mengatakan bahwa senjata nuklirnya adalah "alat penangkis kuat" yang menjamin kedaulatan rezimnya dan membantu melawan "ancaman nuklir yang terus berlanjut dari imperialis AS.”

Kim Jong Sik dan Ri Pyong Chol, dua dari tiga orang di belakang program rudal, juga dipromosikan di tengah perombakan yang lebih luas. Tatanan baru ini membuat kondisi makin tegang antara Pyongyang dan Washington mengenai ambisi nuklir Korea Utara.

Berbicara kepada wartawan pada Sabtu (7/10/2017), Donald Trump mengatakan "hanya satu hal yang akan berhasil" dalam menangani Korea Utara. Presiden AS itu tidak menjelaskan apa yang dia maksud, namun sebelumnya mengatakan bahwa AS akan "benar-benar menghancurkan" Korea Utara jika perlu melindungi diri dan sekutu-sekutunya.

Kementerian unifikasi Korea Selatan mengatakan bahwa promosi Kim Yo-jong bisa menjadi upaya Korea Utara untuk melakukan navigasi melalui peningkatan isolasi.

"Reshuffle personel skala besar mencerminkan bahwa Kim Jong-un menanggapi situasi saat ini dengan serius, dan bahwa dia mencari terobosan dengan mempromosikan generasi baru politisi," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

Seperti semua anggota dinasti Kim yang memerintah Korea Utara, rincian biografi Kim Yo-jong masih samar. Dia diyakini berusia akhir 20-an dan, seperti kakaknya. Selain itu, ia juga diperkirakan telah menghabiskan waktu di sebuah sekolah asrama di Swiss selama masa mudanya.

Kim Yo-jong telah lama menjadi bintang yang sedang naik daun di kalangan kekuatan Korea Utara. Baru-baru ini ia diberi tanggung jawab untuk mengembangkan kultus tentang kepribadian pemimpin.

Media Korea Selatan baru-baru ini melaporkan bahwa dia telah menggantikan seorang kepala propaganda veteran dan telah mengambil alih kendali dengan "mengkonsolidasikan kekuatan Kim Jong-un" dan menerapkan "proyek pengabdian" terhadap pemimpin Korea Utara itu.

Pada tahun 2011, dia tampil cukup mencolok di pemakaman ayah mereka, Kim Jong-il. Dia kemudian tetap berada di luar sorotan publik sampai awal 2014, saat kembali muncul di sisi saudara laki-lakinya saat pemilihan untuk mengisi kursi di legislatif.

Sejak saat itu, dia telah membuat penampilan publik secara berkala bersama Kim Jong-un. Promosinya dipandang sebagai tanda bahwa dia dipercaya, dan menjadikannya salah satu wanita paling kuat di negara itu, di samping istri Kim, mantan penghibur Ri Sol-ju.

Pada bulan Januari, Departemen Keuangan AS mencantumkan daftar hitam Kim Yo-jong bersama dengan pejabat Korea Utara lainnya terkait "pelanggaran berat hak asasi manusia.”

Sebuah laporan penting PBB pada tahun 2014 menemukan bukti kuat tentang penyiksaan, eksekusi, pemenjaraan sewenang-wenang, kelaparan yang disengaja, serta hampir tidak adanya pemikiran dan kepercayaan bebas di negara ini.

Baca juga artikel terkait KONFLIK KOREA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari