Menuju konten utama

Kiat Kaya Ala "Frugal Living", Selektif dalam Pakai Sumber Daya

Frugal Living gaya hidup hemat, bukan pelit, yang secara bijaksana mengelola uang dan sumber daya agar tercapai tujuan finansial.

Kiat Kaya Ala
Ilustrasi frugal living. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Gaya hidup hedonis atau hedonisme yang banyak dipertontonkan warganet di media sosial bertolak belakang dengan konsep hidup hemat (frugal living). Jika kaum hedonis suka menghambur-hamburkan uang, penganut hidup hemat justru mengubah mindset konsumtif menjadi produktif. Tidak mudah menjalaninya, tetapi hidup bersahaja diyakini lebih baik.

Menjalani gaya hidup hemat ini butuh komitmen kuat. Salah satu yang mengaku berhasil menjalaninya adalah Nunung Purningsih. Pemilik akun TikTok @ownerpruistine yang viral itu sukses menerapkan konsep frugal living.

Hasil dari hidup hemat, Nunung dan suami yang berprofesi sebagai penjual nasi goreng, di usianya yang baru 25 tahun sudah bisa membeli sawah, rumah, dan mobil secara tunai. Dia juga mengaku punya tabungan ratusan juta yang dipakainya untuk modal bisnis skin care.

Melalui akun TikTok, ibu satu anak yang tinggal di Cikarang, Jawa Barat ini menceritakan caranya bisa hemat. Setiap hari, dia hanya mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk makan di warung tegal, sedangkan makan sorenya selalu nasi goreng.

Jika terbesit keinginan memberi barang yang dilihatnya di toko online, dia hanya memasukkannya ke keranjang belanja, tanpa membelinya. Untuk baju, Nunung hanya belanja baju murah seharga Rp15 ribu-Rp35 ribu. Itu pun hanya setahun sekali.

Sesekali dia juga pergi ke mall, tetapi tidak untuk berbelanja. Dia hanya window shopping (cuci mata) atau numpang foto selfie di toilet. Hiburannya adalah pergi ke Meikarta, yang hanya butuh uang untuk bayar parkir. Kalau pulang kampung, dia juga memilih naik sepeda motor.

Berbeda dengan Nunung, Aktor Adrian Maulana punya cara berbeda dalam menjalani konsep hidup hemat.

Dalam akun Instagram @adrianmaulana yang diunggah pada 12 September 2023, Adrian yang kini juga bekerja di perusahaan investasi asing, memilih naik KRL & GrabBike dari rumahnya di Bintaro, Tangerang, ke kantornya di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.

Adrian berhemat, bukan karena penghasilannya pas-pasan atau tidak punya uang. Honornya sebagai aktor, bintang iklan plus gajinya sebagai salah satu eksekutif di perusahaan investasi asing membuat dirinya mampu pakai mobil pribadi dan mengaji supir.

Tapi, dia memilih hidup irit agar uangnya bisa ditabung. Selain itu, naik KRL/MRT dirasakannya cukup nyaman dan tepat waktu.

Pilihan Hidup

Hidup hemat itu pilihan hidup. Alasan berhemat bisa karena penghasilan pas-pasan, bisa juga karena dia punya prioritas tertentu dalam hidupnya. Konsep hidup hemat ini juga menjadi topik menarik dalam buku berjudul, ”Frugal Living; How To Save Money and Live On a Budget,” karya Angela Pierce.

Berhemat adalah tindakan praktis dan bijaksana dalam menggunakan berbagai sumber daya, seperti uang, makanan dan waktu. Penganut gaya hidup ini biasanya menghindari pemborosan dan tidak memanjakan diri dengan kemewahan

Hidup hemat membuat keuangan sehat karena beberapa keuntungan. Pertama, orang hemat bebas dari utang, sebab berhasil mengelola uang dengan benar. Mereka bisa menyesuaikan antara pemasukan dengan pengeluaran.

Kedua, orang hemat bisa menabung, sehingga ada uang yang bisa diambil jika terjadi keadaan darurat. Ketiga, orang hemat bisa menghindari pemborosan sumber daya, baik itu makanan, uang, waktu, pakaian dan sebagainya.

Frugal living menekankan pada penghematan uang dan sumber daya. Mereka memilih irit hidupnya agar bisa mencapai kemapanan finansial lebih cepat

Keputusan untuk hidup hemat itu punya beragam alasan, seperti nilai-nilai pribadi, tujuan keuangan atau prioritas hidupnya. Beberapa pesohor ini dikenal hidup hemat, meski mereka punya harta berlimpah.

Pertama, Warren Buffet. Sebagai salah satu investor terkaya di dunia, Buffet masih tinggal di Omaha, Nebraska, rumah lama yang dibelinya di tahun 1958. Dia juga dikenal tidak suka mengoleksi barang-barang mewah.

Kedua, Ingvar Kamprad. Pendiri toko furnitur rumah tangga dan kantor di Swedia ini memiliki ratusan toko yang tersebar di lebih 60 negara di dunia. Kamprad menjalani hidup sederhana dan seringkali terlihat naik taksi daripada menggunakan mobil mewah.

Ketiga, Mark Zuckerberg, pendiri Facebook. Sebagai milyader muda, dia lebih sering tampil dengan pakaian sederhana, seperti paduan T-Shirt dan celana jeans. Zuckerberg juga bukan sosok yang suka hadir di pesta-pesta para pesohor.

Infografik Frugal Living Biar Produktif

Infografik Frugal Living Biar Produktif. tirto.id/Quita

Penganut Frugal Living vs Hedonis

Meski punya uang, penganut frugal living hanya akan berbelanja seperlunya. Dia akan mengabaikan FOMO (fear of missing out) atau rasa takut dianggap ketinggalan zaman yang menjadi tren di kalangan anak muda saat ini.

Daripada menghambur-hamburkan uang untuk hal yang kurang penting, mereka memilih berinvestasi atau menggunakan uangnya untuk hal-hal yang lebih produktif.

Sebaliknya, penganut gaya hidup hedonis akan memprioritaskan hidupnya untuk bersenang-senang. Hidupnya boros dan konsumtif, sehingga manajemen keuangannya biasanya berantakan. Mereka juga berpandangan YOLO (Your Only Live Once) atau memilih mengejar kesenangan saat ini daripada memikirkan masa depannya.

Mereka tidak terlalu peduli dengan masa depan finansialnya. Yang penting hidupnya sekarang ‘happy’. Perilaku hedonis yang banyak dipertontonkan oleh sosialita, baik dari kalangan pesohor maupun pejabat di media sosial itu telah menular ke generasi muda (pelajar dan mahasiswa).

Konsep Hedonisme awalnya diajarkan oleh Filosuf Yunani yang bernama Democritus. Kini, media sosial berkontribusi signifikan menyebarkan gaya hidup tersebut

Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Tarumanegara (Untar), Jakarta, Indah Surya C dan Rezi Ardiansyah di tahun 2021 yang berjudul, ”Dampak Penggunaan Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Hedonis,” membuktikan bahwa media sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap gaya hidup hedonis.

Pengaruh media sosial terhadap gaya hidup hedonis itu sangat besar, yaitu mencapai 88 persen, sementara 12 persen sisanya dari variabel-variabel lain yang tidak diteliti.

Artinya, semakin sering melihat media sosial, anak-anak muda itu akan lebih mudah terpengaruh oleh tren media sosial. Mereka jadi lebih sering berbelanja barang yang diinginkan (bukan yang dibutuhkan). Mereka juga akan lebih banyak menghabiskan uang untuk nongkrong dengan teman daripada membeli buku atau peralatan belajar.

Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan (DJKN Kemenkeu), gaya hidup hedonis ini juga menjadi salah satu pendorong perilaku korupsi di Indonesia. Pelaku korupsi tidak peduli mencuri uang negara demi memenuhi hasratnya untuk bersenang-senang dan membeli barang-barang mewah.

Kapan Waktu Tepat untuk Memulai Hidup Hemat?

Kapan sebaiknya memulai hidup hemat? Bisa dimulai sejak masih anak-anak. Pada umumnya, orang tua kita sudah mengajarkan hidup hemat sedari kecil. Contohnya, orang tua mendidik anaknya agar menyisihkan sebagian uang sakunya untuk ditabung. Lalu, membiasakan anak-anak membawa bekal makanan ke sekolah daripada jajan.

Anda juga bisa memulai hidup hemat, ketika sudah bekerja atau punya penghasilan sendiri. Alokasikan penghasilanmu untuk beberapa pos, seperti biaya hidup, tabungan hingga dana darurat. Waktu berikutnya adalah saat kondisi perekonomian sedang sulit, seperti saat pandemi atau krisis ekonomi.

Dalam situasi dimana tidak ada penghasilan atau berkurang penghasilannya, hidup hemat mau tidak mau harus dilakukan agar kebutuhan pokok terpenuhi.

Menurut Wealthsimple Inc., perusahaan layanan manajemen investasi online di Kanada yang mengelola aset sebesar CAD15 miliar atau kisaran Rp 171 triliun (kurs Rp.11.400/CAD) pada November 2021, hidup hemat punya makna lebih luas.

Menerapkan konsep hidup hemat itu bukan sekadar berbelanja saat diskon, suka belanja barang bekas, memasak sendiri, dan tidak suka keluar rumah. Namun, sadar akan pengeluaran dan fokus pada beberapa prioritas keuangan.

Sebenarnya, tidak ada cara yang jelas untuk hidup hemat, karena tergantung pada prioritas pribadi masing-masing. Meski demikian, kata Wealthsimple, ada beberapa cara dan strategi yang bisa diterapkan untuk hidup hemat, seperti berikut ini;

Lacak pengeluaranmu. Anda perlu tahu kemana perginya uang Anda. Dengan begitu, kamu bisa memutuskan kemana penghasilanmu disalurkan. Sebab itu, mulailah buat anggaran. Catat pemasukan dan pengeluaran.

Setelah satu bulan, cek pengeluaran, maka Anda mungkin akan menemukan hal-hal yang mengejutkan, seperti biaya kebiasaan makan siang atau happy hour yang jumlahnya ternyata besar. Setelah tahu, mulailah melakukan perubahan agar hemat.

Mengubah kebiasaan keuangan menjadi lebih hemat memang tidak mudah, tapi jika dilakukan dengan disiplin lama-lama juga akan terbiasa.

Membiayai kembali pinjaman Anda. Buatlah daftar utang Anda. Apakah Anda bisa melunasi utang lebih cepat dan membayar bunga lebih sedikit. Jika bisa, sebaiknya mulai lakukan agar hemat biaya bunga.

Perkecil Rumah Anda. Biaya perawatan rumah biasanya merupakan item terbesar dalam anggaran. Semakin besar rumah, maka biaya perawatannya juga semakin mahal. Jika Anda masih menyewa rumah atau apartemen, pilih rumah sesuai kebutuhan.

Jika masih lajang, kos atau apartemen studio bisa jadi pilihan tepat. Jika biaya perumahan Anda melebihi 20%-30% dari anggaran, pertimbangkan untuk pindah ke tempat tinggal yang lebih sederhana.

Cari Opsi Bekas. Berbelanja barang bekas merupakan tips hemat, seperti beli mobil bekas, baju bekas, bahkan furnitur bekas.

Beli Kartu Diskon dan Memasak Sendiri. Dengan kartu diskon, Anda bisa menghemat pengeluaran saat berbelanja. Selain itu, biasakan memasak daripada jajan agar menghemat pengeluaran makan.

Investasikan uang Anda. Menginvestasikan uang adalah kunci untuk membangun kekayaan dan membuat uang Anda bekerja untuk Anda. Mulai berinvestasi sedini mungkin, karena waktu adalah faktor penting untuk membangun sarang telur yang kokoh.

Menjalani frugal living, tidak berarti Anda harus makan rumput. Tetapi, memang ada pengorbanan tertentu, seperti mengubah kebiasaan minum di starbucks atau makan di resto mewah.

Baca juga artikel terkait GAYA HIDUP HEMAT atau tulisan lainnya dari Suli Murwani

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Suli Murwani
Penulis: Suli Murwani
Editor: Dwi Ayuningtyas