tirto.id - Banyak orang memanfaatkan bulan Ramadan untuk membuka bisnis sampingan. Mulai dari, menjual tajil atau makanan berbuka puasa, kue kering khas Idul Fitri, hingga baju muslim. Kini, perusahaan-perusahaan rintisan teknologi juga tidak ingin ketinggalan untuk memanfaatkan momen tersebut.
Tak sedikit aplikasi-aplikasi baru bermunculan sepanjang awal tahun berjalan ini, terutama aplikasi yang khusus menyasar umat Islam di Indonesia sebagai pangsa pasar utamanya. Sebut saja, aplikasi Umma yang diluncurkan pada 25 April 2019 lalu. Aplikasi yang dirilis oleh PT. Khazanah Prima Sukses ini menawarkan sejumlah fitur, mulai dari Alquran, jadwal salat, petunjuk arah kiblat hingga informasi-informasi lainnya.
Selain Umma, ada juga Muslimnesia. Aplikasi yang dirilis pada 3 Mei 209 oleh PT. Distinction On Technology Indonesia ini menawarkan sejumlah fitur bagi pengguna untuk belajar dan lebih mendalami ilmu agama Islam.
Ada pula aplikasi yang layanannya meniru Go-Jek, yakni Umma Pesan Antar. Aplikasi yang diluncurkan 8 Maret 2019 ini menyediakan pesan antar untuk seluruh kebutuhan muslimah, mulai dari transportasi, jasa kurir, kecantikan dan kesehatan, serta mekanik. Namun, aplikasi ini baru melayani wilayah Aceh saja.
Pengembang game asal Indonesia, Gambir Game Studio juga tak ketinggalan memanfaatkan momen Ramadan dengan meluncurkan game bergenre adventure bernuansa Ramadan, yakni Nisa & Musa: Petualangan Ramadhan pada 8 Mei 2019.
Prospek Aplikasi Islami
Bagi perusahaan aplikasi itu, Ramadan bukan hanya sekadar momen. Mereka jelas ingin membidik pertumbuhan pesat memanfaatkan momentum ini, terlebih Indonesia merupakan salah satu pasar muslim terbesar di dunia.
Dalam Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 207 juta jiwa atau 87 persen dari total penduduk sebanyak 238 juta jiwa. Jumlah itu merupakan 13 persen dari seluruh umat muslim di dunia.
Sementara itu, Boston Consulting Group (BCG) memprediksi jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 267 juta jiwa pada 2020. Dari total penduduk tersebut, sebanyak 62 persen (PDF hlm 6) merupakan warga kelas menengah.
Dengan asumsi warga kelas menengah muslim sebanyak 62 persen, dan umat muslim sebanyak 207 juta jiwa, maka warga kelas menengah muslim di Indonesia pada 2020 sekitar 128 juta jiwa. Angka ini tentu menggiurkan untuk "digarap".
Menurut CEO and Founder Alvara Strategic Research Hasanuddin Ali, pasar kelas menengah muslim penting untuk diperhatikan. Selain punya daya beli yang cukup tinggi, karakteristik konsumsi mereka juga berbeda dengan konsumen secara umum.
"Selain peduli dengan produk dan layanan prima, mereka juga sangat memperhatikan aspek spiritualitas dalam setiap produk dan layanan yang mereka gunakan. Kesadaran akan produk halal juga kian meningkat," tuturnya kepada Tirto.
Apa yang dikatakan Hasanuddin juga sejalan dengan fenomena yang terjadi saat ini, di mana tren hijrah di kalangan anak muda semakin marak. Salah satunya ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan hijrah seperti Shift atau Komunitas Terang Jakarta.
Banyak faktor yang memicu fenomena hijrah, termasuk Internet dan media sosial yang memudahkan akses pada literatur Islam populer, serta munculnya figur-figur ustaz populer.
Meraup Untung
CEO dan Co-Founder Umma Indra Wiralaksmana mengakui potensi pasar muslim yang bisa digarap sangat besar. Namun, lanjutnya, fokus utama Umma saat ini adalah membangun komunitas yang baik bagi umat Islam.
Ke depan, lanjutnya, monetisasi pada aplikasi Umma bisa dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari menawarkan lapak iklan atau advertising, membuka market place, hingga berkolaborasi dengan perbankan syariah.
"Oke [Umma] ini bisnis. Kami memang ada shareholder yang interest di situ. Namun, mereka juga memiliki keinginan untuk berkontribusi dalam memberikan manfaat bagi umat Islam," katanya kepada Tirto.
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir adalah salah satu pemegang saham di Umma. Orang terkaya ke-16 di Indonesia versi Forbes ini juga tidak memungkiri ada peluang bisnis yang bagus terhadap aplikasi bernuansa Islami
Apalagi, katanya, dalam sebuah penelitian yang dilakukan lembaga riset Internasional Pew Research Center menyebutkan bahwa 93 persen responden di Indonesia menganggap agama memiliki peran penting dalam kehidupan mereka.
"Jumlah pengguna yang tinggi membuktikan pembelajaran akan Islam telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari mulai dari halal travel, fashion dan hobi serta gerakan komunitas terutama di generasi muda," kata Garibaldi.
Umma mengklaim bahwa aplikasi mereka saat ini telah diunduh sebanyak 2,5 juta pengguna. Dari jumlah itu, sekitar satu juta pengguna lebih sudah aktif secara bulanan.
Potensi pasar muslim yang menggiurkan juga diutarakan oleh Founder Muslimnesia Ariani Rudjito. Bahkan, Muslimnesia ke depannya juga akan menawarkan layanan yang beragam dalam satu pintu atau biasa disebut dengan super app.
"Arahnya kesana (Super App)," tutur Ariani kepada Tirto.
Strategi menuju super app ini bukan hal baru. Dalam catatan Tirto, sejumlah aplikasi di Indonesia memang pelan-pelan menuju super app. Go-Jek Indonesia adalah contoh yang paling nyata. Hingga berita ini ditulis, Go-Jek telah menawarkan sekitar 22 layanan atau fitur kepada para penggunanya.
Ada pula OVO yang belakangan ini sangat agresif menawarkan layanan dan promo kepada warga. Aplikasi milik Lippo Grup ini sedikitnya memiliki delapan layanan atau fitur yang bisa digunakan warga, mulai dari membayar PLN, pulsa, hingga BPJS.
Melihat potensi pasar muslim yang besar, aplikasi Islami baru tampaknya masih akan terus bermunculan. Persaingan merebut kue tentu akan sangat ketat, dan tak menutup kemungkinan aplikasi Islami juga bersaing dengan aplikasi konvensional.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara