tirto.id - Penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba masih menjadi masalah sosial yang angkanya terus bertambah setiap tahunnya di seluruh dunia.
Dilansir dari laman resmi Badan Narkotika Nasional (BNN), dalam World Drug Report UNODC tahun 2020, tercatat sekitar 269 juta orang di dunia menyalahgunakan narkoba (penelitian tahun 2018).
Narkoba atau narkotika dan obat-obatan berbahaya lainnya, bukan untuk disalahgunakan. Kenikmatan ilusi yang dialami penggunanya tidak sebanding dengan efek buruk yang akan diterima.
Orang-orang yang telah kecanduan narkoba bahkan tidak bisa sembuh total sekali pun telah menjalani rehabilitasi.
Menurut Brigjen Polisi Sulistyo Pudjo Hartono, Kepala Biro Humas dan Protokol (BNN), seorang pecandu narkoba tidak bisa sembuh total diakibatkan karena sebagian saraf-saraf mereka telah mengalami kerusakan.
Dilansir dari Antara News, kerusakan paling utama dialami oleh otak, dan organ tubuh lainnya. Oleh sebab itu, narkoba menjadi zat perusak fisik dan mental.
Pengertian Narkoba
Narkoba atau Narkotika menurut BNN adalah zat atau obat dengan sifat alamiah, sintetis, maupun semi sintetis yang mempunyai efek penurunan kesadaran, halusinasi, hingga daya rangsang.
Dalam pemakaian berlebihan, zat tersebut dapat menimbulkan efek kecanduan. Semakin dipenuhi keinginan untuk mencandu, maka dosis yang dikonsumsi bisa lebih besar.
Sementara menurut UU Narkotika pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa narkotika merupakan zat buatan atau pun yang berasal dari tanaman yang memberikan efek halusinasi, menurunnya kesadaran, serta menyebabkan kecanduan.
Pemanfaatan dari zat-zat itu adalah sebagai obat penghilang nyeri serta memberikan ketenangan. Penyalahgunaannya bisa terkena sanksi hukum.
Seperti dikutip dari modul PJOK Kelas X (Kemdikbud 2020), narkoba memberikan reaksi pada tubuh sebagai depresan, stimulan, dan halusinogen.
Dilansir dari laman BNN Kalteng, berdasarkan efek yang ditimbulkannya, maka psikotropika dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Halusinogen
Pengguna narkoba jenis ini memiliki halusinasi yang kuat pada saat melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata. Contoh narkoba yang meberi efek seperti ini adalah kokain dan LSD.
2. Stimulan
Yaitu jenis narkoba yang berefek mempercepat kerja jantung dan otak lebih dari biasanya. Pengguna narkoba jenis ini akan memiliki tenaga extra. Efek lainnya adalah si pengguna merasa lebih senang dan gembira untuk sementara waktu.
3. Depresan
Yaitu jenis narkoba yang memiliki sistem kerja dengan cara menekan sistem saraf pusat serta mengurangi aktifitas fungsional tubuh.
Pengguna narkoba jenis ini akan merasakan efek tenang, tertidur / pingsan. Contoh Depresan adalah putaw.
4. Adiktif
Narkoba jenis ini mengakibatkan pemakai memiliki sifat yang pasif, karena kandungan zat yang ada dalam narkoba yang tergolong jenis ini dapat memutuskan saraf otak.
Mereka biasanya akan mengalami kecanduan. Pengguna biasanya akan selalu ingin dan ingin lagi mengkonsumsi narkoba jenis ini. Contohnya : ganja, heroin, putaw.
Seseorang yang sudah mengalami ketergantungan narkoba, kemungkinan besar tubuhnya akan mengalami kerusakan dan pada ujungnya akan berdampak pada kematian.
Tanda penyalahgunaan narkoba
Terdapat sejumlah gejala dan tanda-tanda fisik seseorang menggunakan narkoba, meski masih pada tahap awal. Berikut ini tanda-tanda dini penggunaan narkoba.
1. Gejala penyalahgunaan narkoba
- Cenderung menjadi pemalas
- Kurang memperhatikan tubuh sendiri
- Hidup tidak teratur
- Tidak mampu menjaga kepentingan orang lain
- Gampang marah
- Egosentrik
2. Tanda-tanda dini pengguna narkoba
- Kehilangan minat dengan pergaulan atau olahraga
- Lupa untuk merawat dan merapikan diri sendiri
- Sikap disiplin mengendur
- Mendadak menjadi penyendiri dan menjauhi orang lain
- Mudah tersinggung dan marah
- Gemar berlaku curang, tidak jujur, dan menjauhi tanggung jawab.
- Sering menghindari cahaya matahari atau sinar terang. Kadang merek menyiasati dengan memakai kacamata hitam bukan pada waktunya.
- Menutupi lengan memakai kemeja lengan panjang.
- Berlama-lama di tempat yang tidak umum seperti kamar mandi, gudang, kamar, dan sebagainya
- Suka mencuri barang di rumah
- Prestasi sekolah atau kerja menurun
3. Gejala fisik pengguna narkoba
- Berat badan turun drastis
- Mata cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitaman
- Buang air besar dan air kecil kurang lancar
- Sembelit atau sakit perut tanpa alasan jelas
- Muncul bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan terdapat bekas
luka sayatan
- Terjadi perubahan warna kulit pada tempat bekas suntikan
- Mengeluarkan air mata dan keringat berlebihan
- Sering nyeri pada kepala dan persendian ngilu
- Hidung banyak lendir, diare, dan bulu kuduk berdiri
- Susah tertidur dan gampang menguap
4. Tanda-tanda perubahan perilaku
- Lebih susah diajak bicara
- Senang menyendiri dan menjauhkan diri dari lingkungan sosial
- Sulit terlibat dalam berbagai aktivitas
- Sering tidak menepati waktu
- Mudah tersinggung
- Suka bicara berlebihan
- Tampak lebih sering minder (malu-malu)
- Tampak tidak tenang atau gelisah
- Sering curiga tanpa alasan.
Menurut BNN Tana Toraja, jika penggunaan narkotika sudah mencapai tahap yang berat (adiksi), maka harus ditangani secara medis.
Oleh karena itu segeralah bawa ke Rumah Sakit yang menyediakan layanan Rehabilitasi Pecandu Narkoba, atau ke BNN yang ada di kota Anda.
Secara umum ada empat tahapan yang harus dilakukan untuk mengatasi kecanduan narkoba dan di antaranya adalah:
Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan tidak hanya oleh dokter tetapi juga terapis. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kecanduan yang dialami dan adakah efek samping yang muncul.
Jika si pemakai mengalami depresi atau bahkan gangguan perilaku, maka terapis akan menyembuhkan efek tersebut baru melakukan rehabilitasi.
Detoksifikasi
Mengatasi kecanduan harus melalui beberapa tahapan dan salah satu yang cukup berat adalah detoksifikasi. Di sini pengguna harus 100% berhenti menggunakan obat-obatan berbahaya tersebut.
Reaksi yang akan dirasakan cukup menyiksa mulai dari rasa mual hingga badan terasa sakit. Di samping itu pecandu akan merasa tertekan karena tidak ada asupan obat penenang yang dikonsumsi seperti biasa.
Selama proses detoksifikasi, dokter akan meringankan efek yang tidak mengenakkan tersebut dengan memberikan obat.
Seorang pecandu juga harus memperbanyak minum air agar tidak terkena dehidrasi serta mengkonsumsi makanan bergizi untuk memulihkan kondisi tubuh.
Lamanya proses ini sangat bergantung pada tingkat kecanduan yang dialami serta tekad yang dimiliki oleh si pemakai untuk sembuh.
Stabilisasi
Setelah proses detoksifikasi berhasil dilewati, selanjutnya dokter akan menerapkan langkah stabilisasi. Tahapan ini bertujuan untuk membantu pemulihan jangka panjang dengan memberikan resep dokter.Tidak hanya itu, pemikiran tentang rencana ke depan pun diarahkan agar kesehatan mental tetap terjaga dan tidak kembali terjerumus dalam bahaya obat-obatan terlarang.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yandri Daniel Damaledo