tirto.id - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menegaskan komitmennya untuk melakukan efisiensi pada lembaga yang dipimpinnya. Menurut Wimboh, ada sejumlah faktor yang mendorong niatnya untuk melakukan upaya efisiensi tersebut.
“Bagaimanapun juga ini adalah tantangan OJK ke depannya. Mengingat OJK adalah lembaga baru dan butuh resources cukup besar, serta sektor keuangan yang semakin kompleks, anggota Dewan Komisioner telah sepakat untuk memberi contoh dalam hal efisiensi itu,” ujar Wimboh dalam jumpa pers di Bank Indonesia, Jakarta, pada Kamis (20/7/2017) malam.
Wimboh sendiri belum secara konkret merinci langkah efisiensi yang hendak dilakukannya. Kendati demikian, ia menyebutkan langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan mengulas kembali anggaran OJK yang ada saat ini.
“Kalau dilihat secara umum, porsinya memang lebih banyak untuk biaya internal. Oleh karena itu, ke depannya kita harap biaya-biaya yang diperuntukkan bagi pengawasan dan operasional bisa lebih diperbesar,” kata Wimboh.
“Yang jelas mobil tidak lagi Mercedes-Benz lah, lalu perjalanan dinas (diharapkan jadi) sangat selected. Kita pilih mana yang memberikan nilai tambah secara langsung terhadap pelaksanaan tugas OJK. Selain itu, jumlah Deputi Komisioner juga bisa lebih sedikit daripada yang ada sekarang,” tambah Wimboh.
Lebih lanjut, Wimboh menyatakan inti dari rencana efisiensi tersebut tidak semata untuk menghemat uang, melainkan membangun kultur. “Sebagai abdi masyarakat, kita juga perlu melakukan penyesuaian organisasi, seperti perampingan. Itu akan berpengaruh pada kecepatan dan efisiensi dalam pengambilan keputusan,” ungkap Wimboh.
“Kita telah berkomitmen untuk bertindak sebagai panutan atau role model bagi seluruh jajaran di OJK. Semoga (upaya efisiensi) ini bisa ditiru juga oleh pegawai-pegawai OJK lainnya,” ucap Wimboh lagi.
Saat disinggung mengenai target dari efisiensi tersebut, Wimboh memproyeksikan OJK bisa menghemat anggaran dalam kisaran Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar sampai akhir tahun ini.
“Dengan kultur yang tertanam, itu merupakan modal awal. Untuk jangka pendeknya, bisa diwujudkan dengan pembelian tiket (transportasi) kelas ekonomi, (penurunan tipe) mobil dinas, mengurangi jumlah rombongan (saat dinas), dan lebih mengoptimalkan fasilitas di dalam kantor. Kita mulai dari yang kecil-kecil dulu,” jelas Wimboh.
Masih dalam kesempatan yang sama, Wimboh juga mengumumkan penunjukan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK periode 2012-2017 Nurhaida sebagai Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK periode 2017-2022.
“Beliau dinilai telah memahami masalah-masalah internal dengan baik. Bisa mewakili ketua dalam menjalankan tugasnya,” ucap Wimboh.
Sementara itu untuk lima anggota Dewan Komisioner lainnya, Wimboh turut menyebutkan masing-masing jabatan yang akan mereka emban dalam lima tahun ke depan.
Adapun Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal dijabat oleh Hoesen, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan dijabat oleh Heru Kristiyana, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan dijabat oleh Riswinandi, Ketua Dewan Audit dijabat oleh Ahmad Hidayat, dan Tirta Segara sebagai anggota Dewan Komisioner yang membidangi edukasi dan perlindungan konsumen.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Maya Saputri