tirto.id - Hepatitis akut ramai menjadi perbincangan karena kasusnya terus meningkat. Hingga Rabu (11/5/2022) Kemenkes mengatakan kasus suspek atau diduga terkena hepatitis akut atau hepatitis misterius mencapai 15 anak.
Dari 15 kasus suspek atau diduga terkena hepatitis akut atau hepatitis misterius ternyata mayoritas kasus ditemukan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yaitu sebanyak 11 kasus.
“Masih di angka suspek 15 ya. [Kasus paling banyak] di DKI Jakarta ya, ada 11 kasus,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi kepada Tirto.
Dia menuturkan bahwa selain ditemukan di DKI Jakarta, 4 kasus lainnya masing-masing sebanyak 1 kasus ada di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim), serta Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Dari kelima belas anak itu, terdapat 12 orang yang berusia 1-16 tahun dan 3 orang berusia 17-20 tahun.
Lantas mengapa hepatitis akut disebut juga hepatitis misterius?
Kenapa hepatitis akut disebut juga hepatitis misterius?
Penyakit hepatitis akut juga disebut hepatitis misterius lantaran hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab penyakit tersebut.
Penyakit hepatitis akut adalah peradangan hati, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan termasuk kanker dan gagal hati, dan bisa berakibat fatal.
Hati sangat penting karena menghilangkan racun dari darah, terlibat dalam metabolisme dan mengatur pembekuan darah, di antara fungsi lainnya.
Dilansir dari The Guardian, Prof Asha Bowen, yang juga merupakan salah satu ketua Australasian Society for Infectious Diseases, mengatakan adenovirus adalah penjelasan yang paling mungkin sejauh ini soal penyebab hepatitis misterius, tetapi apakah itu penyebab mutlak, masih ada sedikit ketidakpastian tentang itu.
Hal senada juga dijelaskan oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Budi mengatakan kemungkinan virus yang diduga berkaitan dengan hepatitis akut adalah adenovirus strain 41.
"Tapi ada juga banyak kasus yang tidak ada kasus adenovirus strain 41 ini," ujarnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium di luar negeri yang telah dilakukan menyatakan bahwa virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Namun, adenovirus terdeteksi pada 74 kasus dil luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 juga ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Gejala awal penyakit hepatitis misterius pada anak
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Muzal Kadim, SpA(K) mengatakan terdapat beberapa gejala hepatitis akut pada tahap awal yang perlu diwaspadai ketika terjadi pada anak.
Gejala awal seorang anak terkena penyakit hepatitis akut atau hepatitis misterius adalah berkaitan dengan masalah pencernaan seperti mual, muntah hingga demam.
"Sebagian besar adalah gejala saluran cerna biasanya anaknya muntah, diare, sakit perut, demam, karena infeksi sering disertai demam," jelas Muzal seperti dilansir dari Antara.
Gejala lebih lanjut berupa bagian tubuh menguning, seperti mata dan akan menyebar ke badan jika sudah masuk dalam gejala berat.
Tahap selanjutnya adalah anak dapat mengalami kesadaran yang menurun ketika sel-sel hati sudah banyak yang rusak. Kerusakan sel hati yang besar akan semakin memperparah gejala, bahkan hingga mengakibatkan kejang dan jika tidak ditangani bisa menyebabkan kematian.
Untuk itu dia mendorong orang tua segera membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan, seperti Puskesmas dan rumah sakit jika anak mengalami gejala hepatitis akut tersebut.
"Oleh karena itu, sejak awal, sejak dini sebaiknya kita sudah waspada kalau mendapatkan kasus-kasus dengan gejala saluran cerna yang dicurigai seperti muntah, diare, sakit perut, demam kemudian kuning, air kencing berwarna tua seperti air teh, itu merupakan tanda-tandanya, segera dibawa ke rumah sakit untuk pertolongan," katanya.
Dia mengingatkan bahwa anak lebih rentan terhadap hepatitis akut karena belum memiliki sistem imun yang sempurna, terutama anak-anak yang berusia di bawah enam tahun seperti banyak kasus hepatitis akut yang ditemukan di beberapa negara.
Berapa lama masa inkubasi virus hingga mengakibatkan hepatitis akut atau hepatitis misterius?
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi kepada Tirto menjelaskan bahwa hingga saat ini belum diketahui dengan pasti berapa lama jarak antara seorang anak tertular virus penyebab hepatitis akut hingga muncul gejala.
"Belum tahu ya (berapa lama) Jarak dari tertular sampai muncul gejala. Belum diketahui tapi kalau dari gejala ringan sampai berat atau sembuh (kurang lebih) 7 sampai 10 hari," tegasnya.
Sehingga Nadia mengimbau agar anak-anak yang mengalami gejala hepatitis akut atau hepatitis misterius agar segera datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut tanpa harus menunggu munculnya gejala yang lebih berat.
"(Segera) ke RS untuk diperiksa lebih lanjut. Kalau yang saat ini (suspek hepatitis akut) masih dalam perawatan tapi data luar negeri ini sembuh 90%," katanya.
Jika sudah muncul gejala maka pemeriksaan yang akan dilakukan adalah pemeriksaan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) dan serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) di rumah sakit.
“Kalau sudah di atas 100, lebih baik di-refer ke fasilitas kesehatan terdekatnya karena SGPT, SGOT normalnya di level 30-an. Kalau udah naik agak tinggi sebaiknya di-refer ke fasilitas kesehatan terdekat,” pungkas Menkes.
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
Penyelaras: Iswara N Raditya