tirto.id - Perang sengit antara angkatan bersenjata dan pasukan paramiliter Sudan masih berlanjut. Perang saudara ini telah menewaskan ratusan orang dan membuat ribuan warga Sudan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Seperti diberitakan CNBC Selasa, 25 April 2023, perwakilan World Health Organization (WHO) di Sudan, Nima Saeed Abid, mengkonfirmasi 459 orang tewas dan 4.072 orang terluka dalam pertempuran tersebut.
Meskipun ia mengatakan jumlah yang sebenarnya kemungkinan besar akan lebih tinggi. Lantas, apa penyebab konflik di Sudan?
Penyebab Konflik Sudan
The Guardian mewartakan, perang meletus sejak pertengahan April lalu akibat perebutan kekuasaan antara dua faksi utama rezim militer, yakni antara angkatan bersenjata dan paramiliter.
Angkatan bersenjata Sudan dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, penguasa de facto negara itu.
Sementara paramiliter Rapid Support Forces (RSF), yang terdiri dari kumpulan milisi, dipimpin oleh mantan panglima perang Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, atau dikenal sebagai Hemedti.
International Crisis Group melihat ketegangan yang berkembang antara pasukan bersenjata dan RSF sudah terjadi sejak pemberontakan rakyat Sudan tahun 2019, terutama sejak kudeta tahun 2021, ketika Burhan dan Hemedti merebut kendali penuh atas negara dari warga sipil, mereka berbagi kekuasaan sejak saat itu.
Namun, stabilitas dualitas kekuasaan tidak berlangsung lama karena goyah akibat perselisihan mengenai wacana integrasi RSF ke dalam jajaran tentara reguler, yang akhirnya membuat perang saudara tidak bisa dielakkan.
Kondisi Terkini Perang Sudan
Seorang penulis perjalanan dari Massachusetts, Lakshmi Parthasarathy mengaku terjebak di tengah perang saudara Sudan. Warga negara Amerika Serikat itu menceritakan pengalaman dan kondisi wilayah pertempuran yang dia saksikan secara langsung.
"Ada pemadaman listrik, tidak ada air mengalir, tidak ada akses ke uang tunai. Jadi saya pergi dengan hanya membawa uang 20 dolar," ujar Lakshmi Parthasarathy, 32 tahun, kepada NBC News pada hari Selasa.
"Kota ini benar-benar kacau balau ketika saya pergi," kata Parthasarathy melalui pesan video dari sebuah sekolah yang telah berubah menjadi kamp pengungsi kecil di dekat Khartoum. Perjalanan ke pelabuhan evakuasi memakan biaya ribuan dolar, katanya.
Dia melihat tank-tank sebagai kendaraan yang membawa warga sipil, termasuk warga Sudan yang putus asa untuk mengungsi ke negara-negara tetangga melalui jalur darat dan laut, mencoba perjalanan berbahaya keluar dari ibu kota.
"Ada wanita, anak-anak, keluarga yang melarikan diri dari desa-desa di sepanjang jalan. Saya pikir pada saat itu hanya Khartoum yang mengalami kerusakan paling parah, tetapi kami melihat desa-desa yang jelas-jelas hancur akibat perang," kata Parthasarathy.
Fakta-fakta Terbaru Perang Sudan
Perang saudara Sudan pertama kali meletus di Ibu Kota Khartoum dan terjadi secara sporadis di wilayah sekitar. Berikut ini adalah fakta terbaru perang Sudan.
1. Evakuasi warga negara Inggris
Independent melaporkan, sekitar 260 warga negara Inggris diperkirakan akan diterbangkan keluar dari Sudan dalam semalam dengan tiga penerbangan terpisah dari lapangan terbang Wadi Saeedna. Pasukan Inggris akan mengambil alih kendali fasilitas tersebut dari Jerman pada hari Rabu.
2. AS evakuasi personil kedutaan
Militer AS mengevakuasi personel kedutaan pada akhir pekan. Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan pada hari Senin bahwa AS sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan kehadiran diplomatik di negara tersebut untuk membantu warga negara Amerika, yang kebanyakan berkewarganegaraan ganda.
Ia mengatakan, Departemen Luar Negeri AS telah menghubungi warga negara AS secara pribadi untuk membantu mereka menemukan rute ke tempat yang aman.
AS juga membantu warganya keluar dari Port Sudan, kata kedutaan besar di Khartoum pada Selasa di Twitter, menambahkan bahwa "penyeberangan perbatasan ke negara-negara tetangga dimungkinkan tetapi rutenya tidak dapat diprediksi atau berbahaya."
Diperkirakan sekitar 16.000 warga negara AS berada di Sudan sebelum perpecahan terjadi dua minggu yang lalu.
3. Warga sipil Sudan mengungsi
AP News mewartakan, warga sipil Sudan berbondong-bondong mengungsi dari wilayah perang dengan menggunakan angkutan umum. Mereka terpaksa membayar tiket yang jauh lebih mahal dibandingkan hari biasanya.
Warga yang memiliki mobil pribadi lebih memilih menggunakan angkutan umum karena tidak sanggup membeli bahan bakar untuk mobil karena harganya sangat mahal sejak perang saudara terjadi. Satu galon bahan bakar dibanderol mencapai 53 dolar Amerika.
4. Pemerintah Indonesia evakuasi WNI di Sudan
Berdasarkan data KBRI Khartoum, tercatat 1.209 WNI yang tinggal di Sudan. Sebagian besar dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa yang berdomisili di Ibu Kota Khartoum.
Pemerintah telah menyelamatkan 542 warga negara Indonesia (WNI) pada tahap pertama evakuasi dari Sudan.
“Sebanyak 542 WNI sedang dalam perjalanan dari Port Sudan menuju Jeddah, Arab Saudi,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha dikutip Antara News.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto