Menuju konten utama

Kemungkinan Risiko yang Terjadi Sebab Perkawinan Beda Rhesus Darah

Perkawinan antara perempuan dan laki-laki berbeda rhesus darah bisa memicu risiko. Adapun risiko itu ialah perbedaan rhesus darah ibu dan janin.

Kemungkinan Risiko yang Terjadi Sebab Perkawinan Beda Rhesus Darah
Ilustrasi Golongan Darah. foto/Istockphoto

tirto.id - Perbedaan golongan darah antar-pasangan tidak berpengaruh pada keharmonisan rumah tangga. Pendapat soal golongan darah diidentikkan dengan sifat dan karakter tertentu yang mempengaruhi hubungan antar-pasangan, hingga kini masih diperdebatkan kebenarannya.

Faktanya, perbedaan golongan darah antara suami-istri justru bisa berpengaruh apabila pasangan berencana memiliki keturunan. Risiko pada kesehatan janin bisa muncul akibat perbedaan rhesus darah ibu dan ayah. Sebab perbedaan rhesus. Hal ini karena perbedaan rhesus darah di antara pasangan berpotensi memunculkan ketidakcocokan rhesus darah ibu dan janinnya.

Apa itu rhesus darah?

Golongan darah secara umum dibedakan menjadi empat golongan, yakni golongan darah A, B, AB, dan O. Selain penggolongan tersebut, ada faktor lain yang tak kalah penting untuk diketahui yakni faktor rhesus atau Rh.

Jadi, terdapat dua sistem yang selama ini dipakai untuk mengelompokkan golongan darah, yakni ABO (golongan darah A, B, AB, O) dan rhesus.

Adapun rhesus (faktor rhesus) adalah kadar protein khusus (Antigen D) yang berada di permukaan sel darah merah. Khusus rhesus, dibagi lagi kategorinya menjadi rhesus negatif dan rhesus positif.

Dikutip dari Kids Health, orang yang membawa protein khusus tersebut di sel darah merahnya, akan disebut memiliki Rh-positif. Sementara, orang yang tidak membawa protein ini memiliki Rh-negatif.

Risiko Akibat Ibu Punya Rhesus Berbeda dari Janin

Pada perkawinan pasangan yang memiliki perbedaan rhesus, ada kemungkinan ibu mengalami inkompatibilitas rhesus saat kehamilan. Inkompatibilitas rhesus saat kehamilan bisa dianggap terjadi ketika janin memiliki golongan darah rhesus positif, sedangkan sang ibu mempunyai golongan rhesus negatif.

Sebagai contoh, perkawinan seorang wanita dengan Rh negatif dan seorang pria dengan Rh positif berpotensi membuat janin memiliki darah Rh-positif, yang diwarisi dari ayah, atau berbeda dari sang ibu. Kasus seperti ini diperkirakan terjadi pada 50 persen kasus perkawinan berbeda rhesus.

Karena itu, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui situs resminya merekomendasikan 7 jenis tes yang perlu dilakukan oleh para pasangan yang akan menikah. Salah satunya adalah tes golongan darah dan rhesus.

"Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mengetahui kecocokan antara rhesus dengan efeknya terhadap ibu beserta sang anak. Rh-negatif pada perempuan dan Rh-positif pada pria berisiko menimbulkan ketidaksesuaian yang berakibat fatal pada anak," demikian keterangan di laman Promkes Kemenkes.

Ketidakcocokan Rh biasanya tidak menjadi masalah pada kehamilan pertama ibu. Ini karena darah bayi biasanya tidak masuk ke sistem peredaran darah ibu selama kehamilan. Namun, di kehamilan kedua dan setelahnya inkompatibilitas dapat menjadi masalah yang cukup serius.

Menurut American College Obsentricians and Gynecologists, ketika darah janin Rh positif masuk ke aliran darah ibu dengan Rh negatif, tubuh sang ibu akan mengartikan darah janin sebagai benda asing. Tubuh ibu akan mencoba menghancurkannya dengan membuat antibodi anti-Rh.

Antibodi ini kemudian melewati plasenta dan menyerang sel darah janin. Risikonya ialah, sel darah merah bayi dapat hancur dan bayi mengalami anemia atau kekurangan sel darah merah. Padahal, sel darah merah merupakan pengantar oksigen ke seluruh tubuh bayi. Kondisi seperti ini sangat berbahaya dan bisa mengancam keselamatan bayi dalam kandungan.

Meskipun begitu, risiko akibat kasus inkompatibilitas rhesus di kehamilan ini masih mungkin untuk diatasi. Dikutip dari laman Healthline, pada kunjungan prenatal pertama, biasanya dokter akan menyarankan pemeriksaan golongan darah dan faktor Rh. Jika ditemukan potensi ketidakcocokan Rh, kehamilan akan dipantau secara ketat dan mungkin memerlukan perawatan ekstra.

Dokter juga akan merekomendasikan suntikan imunoglobulin Rh pada bulan ketujuh dan 72 jam pasca-persalinan. Suntikan imunoglobulin Rh berfungsi seperti vaksin yang membantu mencegah tubuh ibu membuat antibodi Rh yang dapat menyerang janinnya.

Baca juga artikel terkait GOLONGAN DARAH atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Addi M Idhom