tirto.id - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, proyek mobil listrik yang sempat digadang-gadang pada tahun 2018 kemarin, saat ini sedang mengalami ketersendatan.
Sebab menurutnya, setelah dilakukan riset, uji coba, dan reverse engineering, kesimpulan harganya masih cukup tinggi.
"Saya selalu sampaikan pembandingnya, ada mobil dari Amerika yang pernah saya naiki," ujarnya di kantor Kemenristekdikti, Jakarta Selatan, Jumat (10/5/2019).
Proyek mobil listrik ini melibatkan 6 perguruan tinggi antara lain Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Institut Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Udayana (Udayana).
Selain masih berbiaya tinggi, kendala lainnya menurut Nasir, terletak pada proses memproduksi baterai. Menurutnya bahan baku untuk pembuatan baterai saat ini baru proses pendirian pabrik.
"Untuk baterai yang kami tugaskan itu UNS. Kami akan datang ke Halmahera, di sana ada tambang untuk pembuatan baterai. Di sana industrinya mulai dikembangkan nanti akan kami gandengan dengan perguruan tinggi," ujarnya.
Kendati masih menemukan berbagai kendala, Nasir optimis mobil listrik dapat rampung pada tahun 2022.
"Tahun segitu [2022] juga hitungan saya, bisa komersial. Body kami sudah punya, baterai di Halmahera baru selesai produksi di 2021. Kalau bisa kami gandengan lebih cepat," pungkasnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno