Menuju konten utama

Kemenko PMK Minta Industri Bantu Pengembangan Pendidikan Vokasi

Kemenko PMK meminta kalangan industri aktif terlibat dalam pengembangan kualitas pendidikan vokasi di Indonesia. 

Kemenko PMK Minta Industri Bantu Pengembangan Pendidikan Vokasi
Siswa SMK bersiap memasang panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya di atap gedung SMK Prakarya Internasional di Bandung, Jawa Barat, Rabu (30/5/2018). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

tirto.id - Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Agus Sartono meminta para pelaku industri nasional aktif terlibat membantu pemerintah mengenmbangkan pendidikan vokasi.

Agus mengklaim salah satu solusi untuk mengurangi kesenjangan akses pendidikan di Indonesia saat ini ialah pengembangan kualitas pendidikan SMK dan kampus-kampus politeknik.

Dia mencontohkan, salah satu masalah yang terjadi pada pendidikan vokasi di Indonesia ialah fasilitas magang yang belum memadai. Agus menjelaskan masalah itu muncul karena jumlah industri pembuka kesempatan magang jauh lebih sedikit dari angka peserta pendidikan vokasi.

"Setiap tahun, ada 1,7 juta lulusan SMK, belum lagi [lulusan] politeknik, yang memerlukan tempat magang. Bila satu perusahaan menyediakan 100 anak magang, berapa ribu perushaan yang disediakan? Inilah tantang kita," kata Agus dalam diskusi Indonesia Leader Forum 2 di Jakarta Selatan, pada Selasa (23/1/2019).

Oleh sebab itu, menurut dia, peranan pelaku industri sangat dinantikan. Dia mengingatkan industri bisa maju jika ditopang oleh pendidikan vokasi yang menyediakan sumber daya tenaga kerja berkualitas.

"Industri tidak mungkin berkembang tanpa ketersedian SDM yang baik. Penyiapan SDM profesional itu perlu kerja sama yang erat antara pemerintah dan dunia industri," kata dia.

Agus mengingatkan kesenjangan akses pendidikan di Indonesia masih tinggi, terutama di perguruan tinggi. Hal itu terlihat dari perbandingan angka persentase anak dari keluarga miskin dan kaya yang mampu menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

"Indikator sosial nasional menunjukan bahwa 20 persen dari keluarga tidak mampu itu, ada sekitar kurang dari 10 persen yang dapat melanjutkan sampai perguruan tinggi. Sementara 20 persen dari keluarga terkaya itu, hampir 50 persen dapat melanjutkan sampai perguruan tinggi," kata Agus.

Baca juga artikel terkait SEKOLAH VOKASI atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Addi M Idhom