tirto.id - Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengungkapkan adanya temuan kasus Monkey Pox atau cacar monyet perdana di Indonesia setelah dikonfirmasi dari hasil tes pada salah satu pasien di DKI Jakarta.
"Seorang pasien berusia 27 tahun asal DKI Jakarta dengan jenis kelamin laki-laki," kata Syahril dalam konferensi pers secara virtual pada Sabtu (20/8/2022).
Pasien tersebut merupakan pelaku perjalanan luar negeri yang datang dari salah satu negara dari 89 negara yang sudah terkonfirmasi adanya penularan cacar monyet oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun Syahril enggan menyebutkan asal negara yang baru saja dikunjungi oleh pasien cacar monyet tersebut.
"Pasien ini sehabis melakukan bepergian dari salah satu 89 negara yang sudah punya banyak penularan Monkeypox. Namun kami tidak bisa menyebut negara tersebut," terangnya.
Syahril menerangkan bahwa kasus cacar monyet ini ditemukan bukan dari hasil penelusuran, namun dari hasil inisiatif deteksi mandiri setelah pasien tersebut mengalami sejumlah gejala.
"Pasien ini merupakan WNI yang baru pulang dari perjalanan luar negeri pada 8 Agustus. Kemudian pasien mengeluh adanya demam pada 14 Agustus. Dan baru 16 Agustus muncul ruam-ruam," jelasnya.
"Meski telah merasa sejumlah gejala, namun pasien tidak segera ke dokter, baru pada 18 Agustus melakukan pemeriksaan mandiri dan beruntung dokter melakukan inisiatif untuk membawa sampel dari hasil usap di ruam cacar ke Kementerian Kesehatan untuk ditindaklanjuti, sehingga hasilnya ditemukan positif Monkeypox tadi malam," imbuhnya.
Syahril meminta masyarakat untuk tidak perlu khawatir, bahwa penularan cacar monyet ini tidak semasif COVID-19. Meski demikian, Syahril tetap meminta masyarakat menjaga diri dengan melakukan perilaku hidup sehat dan menjaga protokol kesehatan.
"Yang terpenting masyarakat menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan protokol kesehatan sehingga hal ini tidak hanya berlaku pada COVID-19 saja," ujarnya.
"Seandainya terinfeksi dan tidak ada infeksi tambahan atau komorbid berat maka akan sembuh secara sendiri. Sedangkan apabila ada ruam yang semakin parah bisa dikonsultasikan pada dokter kulit. Apabila ada gejala sesak napas berlebih bisa dikonsultasikan ke dokter paru," terangnya.
Untuk vaksinasi cacar monyet, pemerintah saat ini belum mencangkan sebagai program nasional. Hal itu dikarenakan adanya rekomendasi dari WHO untuk adanya vaksinasi massal.
"Kami ingin sampaikan kepada masyarakat tentang vaksinasi cacar monyet, WHO belum merekomendasikan vaksinasi massal seperti COVID-19. Adapun saat ini kita sedang memproses pengadaannya dan harus melalui pengadaan BPOM," ungkapnya.
Syahril juga menepis bahwa cacar monyet menyerang pada kelompok dengan orientasi gender tertentu seperti homoseksual yang kerap kali dituduhkan sebelumnya.
"Cacar monyet tidak menyerang kelompok tertentu, dan andaikata masuk dalam kelompok tertentu maka itu karena kontak erat," tegasnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Restu Diantina Putri