tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan ada temuan dua kasus COVID-19 varian Arcturus atau subvarian Omicron XBB.1.16 di Indonesia.
“Ada, dua sampel (ditemukan) di DKI Jakarta,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, ketika dikonfirmasi, Kamis (13/4/2023).
Nadia menyampaikan, penemuan varian Arcturus ini belum bisa dikaitkan dengan kenaikan kasus harian COVID-19 tiga hari ke belakang yang hampir mencapai 1.000 kasus.
“Sampel Arcturus baru ditemukan Maret dan karena peningkatan kita terlihat satu minggu terkahir, ini mungkin ada pengaruh dari adanya varian baru tapi bisa juga tidak,” ujar Nadia.
Menurut Nadia, peningkatan kasus COVID-19 seminggu ke belakang, bisa jadi karena masyarakat mulai abai dalam melakukan protokol kesehatan.
“(Juga) banyak masyarakat yang tidak tes sehingga tidak diketahui COVID dan tidak melakukan isolasi mandiri, malah tetap melakukan aktivitas sehingga menyebabkan mudah penularan,” tambah Nadia.
Ia juga menyatakan varian Arcturus masih belum mendominasi di Indonesia, maka tidak bisa dipastikan sebagai biang kerok penyebab kenaikan kasus harian COVID-19 belakangan ini.
Nadia mengimbau masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan dan melakukan kewaspadaan dengan melakukan pencegahan penyakit.
“Segera booster dan pakai masker kalau kita sakit atau merawat orang sakit,” tutup Nadia.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa Pemerintah telah mempersiapkan beberapa langkah strategis dalam melakukan transisi dari pandemi menuju status endemi COVID-19.
“Di masa endemi penyakit akan ditatalaksana seperti penyakit lainnya dan setiap individu akan menjaga kesehatan masing-masing karena mereka tahu mereka bisa mengatasi penyakit ini dengan baik,” jelas Budi di Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan, Kamis (13/4).
Budi juga menyatakan vaksin COVID-19 di Indonesia masih selalu dipersiapkan untuk masyarakat jika ingin mendapatkannya.
“Indonesia sudah siap, Indonesia bergerak dari pandemi menuju endemi. Dan kami secara strategis melakukan persiapan yang tepat dari sisi pendidikan (medis), di sisi produksi vaksin, di sisi produksi diagnostik, di sisi obat-obatan dan rumah sakit,” kata Budi.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Restu Diantina Putri