Menuju konten utama

Kemenkes: Pandemi Belum Usai, Tetap Berhati-Hati

Hal ini merespons pernyataan WHO yang menyebut akhir pandemi COVID-19 di dunia sudah di depan mata atau segera berakhir.

Kemenkes: Pandemi Belum Usai, Tetap Berhati-Hati
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 saat Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor di kawasan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (31/7/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa pandemi COVID-19 belum selesai dan perlu berhati-hati. Hal ini merespons pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Rabu, 14 September 2022, yang menyebut akhir pandemi COVID-19 di dunia sudah di depan mata atau segera berakhir.

“Masyarakat harus disampaikan lagi, ini belum selesai loh pandemi ini, harus hati-hati. Jadi tidak boleh kita tidak disiplin, tahu-tahu kita euforia, enggak mau pakai masker, kemudian kita enggak mau pakai vaksin ya, dan sebagainya,” kata Juru Bicara atau Jubir Kemenkes Mohammad Syahril ketika dihubungi Tirto pada Selasa (20/9/2022) siang.

Menurut dia, disiplin protokol kesehatan (prokes) 5M seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas, serta vaksinasi COVID-19 adalah upaya untuk Indonesia senantiasa mempertahankan dan sekaligus menekan terus angka kasusnya. Sehingga, nanti secara bersama-sama hampir di seluruh negara bisa diberikan suatu status pandemi akan berakhir oleh WHO.

“Itu dipertahankan terus dulu, sampai betul-betul WHO mencabut [status pandemi COVID-19],” ujar Syahril.

Dia menuturkan terkait kapan pandemi COVID-19 akan berakhir, tergantung enam kebijakan yang disampaikan oleh WHO dan harus dijalankan di semua negara. Pertama, harus melakukan vaksinasi dengan cakupan yang sudah ditentukan, terutama kepada kelompok berisiko tinggi termasuk tenaga kesehatan (nakes) dan lanjut usia (lansia) angkanya harus di atas 90 persen.

Kedua, lanjut Syahril, tetap harus ada upaya atau tindakan melakukan tes COVID-19 (testing) dan pemeriksaan genom sekuensing. Testing bertujuan untuk mencatat berapa banyak angka positif COVID-19 di suatu negara dan sekuensing untuk menentukan apakah ada varian baru atau tidak.

Kemudian, ketiga, dia menyebut yaitu suatu negara memastikan sistem kesehatan untuk pelayanan COVID-19. Misalnya, dengan menyiapkan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). “Kita kan sudah siap nih, bagus ya dari hulu ke hilir, dan ini pertahankan,” ucap Syahril.

Keempat, dia mengatakan bahwa suatu negara menyiapkan lonjakan kasus COVID-19. Karena sampai saat ini penyakit menular tersebut masih ada dan bisa terjadi lonjakan kasus dan varian baru.

“Nah kalau semua negara menyiapkan antisipasi lonjakan kasus, maka apapun variannya akan siap,” tutur Syahril.

Selanjutnya, lebih lanjut dia, kelima adalah suatu negara melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian COVID-19. Termasuk Indonesia perlu memperketat melakukan pencegahan dan pengendalian baik melalui prokes serta penanganan-penanganan kasus-kasus infeksinya.

Syahril pun mengatakan kebijakan terakhir atau keenam yang disampaikan oleh WHO agar pandemi COVID-19 dapat segera berakhir, yaitu suatu negara menyampaikan informasi kepada masyarakat terkait COVID-19 dengan baik.

“Jadi keenam ini bukan hanya Indonesia saja loh [yang harus melakukannya], tapi seluruh negara ya. Tapi bisa terjadi lonjakan kasus lagi, mana kala kita enggak disiplin termasuk kita enggak melakukan testing, enggak melakukan sekuensing, ternyata ada varian baru,” tandas dia.

Baca juga artikel terkait PANDEMI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri