tirto.id - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, hipertensi merupakan gerbang awal dari munculnya jenis penyakit tidak menular (PTM) lainnya, seperti jantung, dan gagal ginjal. Yang mana pembiayaan pelayanan kesehatan PTM sendiri memakan biaya yang cukup banyak.
"Pembiayaan JKN tahun 2018 menunjukkan sebanyak 1,3 juta orang atau peserta mendapat pelayanan untuk penyakit katastropik. Yang menghabiskan biaya sebanyak Rp20,4 triliun," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Cut Putri Arianie dalam rangka Hari Hipertensi Sedunia di kantor Kemenkes RI, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019).
Ia merujuk data dari Kemenkes pada 2018 untuk masing-masing jenis PTM. Tercatat penyakit jantung menghabiskan dana Rp10,5 triliun, kanker Rp3,4 triliun, stroke Rp2,6 triliun, gagal ginjal kronik Rp2,4 triliun, thalasemia Rp490 miliar, haemofilia Rp358 miliar, cirosis hepatis Rp334 miliar, dan leukimia Rp333 miliar.
Untuk itu, menurutnya, perlu komitmen tegas dari masing-masing individu untuk menyelesaikan persoalan hipertensi khususnya bagi dirinya sendiri. Sebab faktor risiko hipertensi masih bisa diubah.
"Yang bisa diubah itu, misalnya jika hipertensi disebabkan pola makan, jenis makan, dan perilakunya, merokok dan seterusnya," ujarnya.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono mengatakan, setiap individu penting untuk melakukan kontrol pada dirinya sendiri. Mulai berhenti merokok, menjaga diet sehat, rajin bergerak, dan pintar mengelola stres. Untuk menjaga tekanan darahnya agar tetap stabil di bawah 140.
"Semoga di bulan Hipertensi ini masyarakat lebih aware, karena bisa saja kita merasa tidak memiliki hipertensi tapi justru sebaliknya, pelu deteksi dini yang dilakukan mandiri atau ke fasyankes (fasilitas layanan kesehatan)," pungkasnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Dhita Koesno